Mataram (ANTARA News) - Lembaga nirlaba yang berpusat di Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus mendorong para donatur untuk peduli membangun hunian sementara (Huntara) bagi korban gempa bumi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat(NTB), yang masih banyak tinggal di tenda darurat.

"Donatur sudah mulai menipis ke Lombok, kami mengusahakan kampanye terus menerus agar tetap bersama Lombok," kata Ketua Relawan ACT Wilayah NTB, Lalu Muhammad Alfian, di Mataram, Selasa.

Pihaknya juga sudah menyampaikan ke Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah, bahwa saat ini sedang fokus membangun Huntara. Hal itu dilakukan untuk mencegah masalah baru ketika musim hujan tiba.

"Kami sekarang berkejaran karena mendekati musim hujan. Tapi dihadapkan juga pada fakta bahwa perhatian donatur juga terpecah ke gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah," ujarnya.

ACT, kata Alfian, sudah membangun 1.000 unit Hhuntara, yang terdiri atas hunian sementara terpadu (integrated community shelter- ICS), selter keluarga dan Huntara model "knockdown".

Tambangan 1.000 unit Huntara yang sedang dalam proses akan segera rampung. Seluruhnya tersebar di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.

Pihaknya menargetkan jumlah Huntara yang akan dibangun untuk korban gempa sebanyak 10.000 unit. Namun upaya tersebut tergantung dari respon masyarakat.

"Kami terus berupaya membangun sekuat tenaga dengan melibatkan masyarakat secara berkelompok," ujarnya.

Pentingnya Huntara untuk korban gempa di Pulau Lombok, juga menjadi perhatian PT. JNE, selaku perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik yang bermarkas di Jakarta.

JNE bekerja sama dengan ACT telah menyalurkan dana bantuan hasil pengumpulan dari karyawan se-Indonesia, senilai Rp214 juta. Sebagian bantuan dana tersebut disalurkan untuk biaya pembangunan Huntara model ICS di Kabupaten Lombok Utara.

Sebelumnya, Direktur JNE, Chandra Fireta, mengatakan pembangunan beberapa selter merupakan wujud kepedulian JNE sebagai perusahaan anak bangsa untuk membantu meringankan beban penderitaan para pengungsi korban pascagempa Lombok.

"Dalam perjalanannya yang hampir mencapai usia 28 tahun di Indonesia, JNE tidak hanya fokus pada perkembangan bisnisnya, tetapi juga berperan aktif dalam menjalankan kegiatan sosial," katanya ketika meninjau selter di area lapangan Gondang, Kabupaten Lombok Utara, pada beberapa waktu lalu.


 

Pewarta : Awaludin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024