Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Universitas Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra mengatakan manusia sebagai khalifah di bumi sebenarnya bertugas untuk memakmurkan alam dengan menjaga seluruh sumber daya alam yang ada didalamnya.
Azyumardi dalam bedah buku "Konservasi Burung Air: Perjuangan Melawan Kepunahan" karya Prof. Hadi S. Alikodra di Jakarta, Selasa, mengatakan dalam tingkat doktrin, manusia sebagai mahluk ciptaan terbaik, tetapi tidak bisa hidup dipisahkan dengan alam.
"Termasuk dengan burung. Oleh karena itu, dalam penciptaan manusia sebagai khalifah tugasnya memakmurkan alam dengan menjaga flora dan faunanya," katanya.
Baca juga: Jenis burung khas Indonesia bertambah
Apalagi, lanjutnya, jika ditambah dengan aspek spiritual sebagai "eco-sufism", maka tugas memakmurkan alam itu harus inklusif, termasuk kepada burung-burung air.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sufisme atau tasawuf yang merupakan ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi itu menekankan inklusif, "inner self".
"Tapi (persoalannya) ini belum diterjemahkan ke bahasa konservasi lingkungan. Sehingga ini menjadi tantangan kita bersama. Dan dalam buku Prof. Alikodra, ditekankan soal `eco-sufism` tadi," ujar Azyumardi.
Namun demikan, menurut dia, pada akhirnya akan terjadi penyatuan manusia dengan lingkungan dan Tuhan.
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead dan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno turut hadir dalam bedah buku Konservasi Burung Air: Perjuangan Melawan Kepunahan karya Prof. Hadi S. Alikodra tersebut.
Selain Prof. Azyumardi Azra yang ikut membedah buku, ada pula ahli burung dan primata Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ani Mardiastuti, Prof. Ir. Rudy C Tarumingkeng dari IPB, Pimpinan Program Wetland International Indonesia Hus Rusila Noor, dan penyanyi Agustinus Gusti "Nugie" Nugroho.
Baca juga: Bengkulu jadi jalur migrasi 12 jenis burung air
Azyumardi dalam bedah buku "Konservasi Burung Air: Perjuangan Melawan Kepunahan" karya Prof. Hadi S. Alikodra di Jakarta, Selasa, mengatakan dalam tingkat doktrin, manusia sebagai mahluk ciptaan terbaik, tetapi tidak bisa hidup dipisahkan dengan alam.
"Termasuk dengan burung. Oleh karena itu, dalam penciptaan manusia sebagai khalifah tugasnya memakmurkan alam dengan menjaga flora dan faunanya," katanya.
Baca juga: Jenis burung khas Indonesia bertambah
Apalagi, lanjutnya, jika ditambah dengan aspek spiritual sebagai "eco-sufism", maka tugas memakmurkan alam itu harus inklusif, termasuk kepada burung-burung air.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sufisme atau tasawuf yang merupakan ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi itu menekankan inklusif, "inner self".
"Tapi (persoalannya) ini belum diterjemahkan ke bahasa konservasi lingkungan. Sehingga ini menjadi tantangan kita bersama. Dan dalam buku Prof. Alikodra, ditekankan soal `eco-sufism` tadi," ujar Azyumardi.
Namun demikan, menurut dia, pada akhirnya akan terjadi penyatuan manusia dengan lingkungan dan Tuhan.
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead dan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno turut hadir dalam bedah buku Konservasi Burung Air: Perjuangan Melawan Kepunahan karya Prof. Hadi S. Alikodra tersebut.
Selain Prof. Azyumardi Azra yang ikut membedah buku, ada pula ahli burung dan primata Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ani Mardiastuti, Prof. Ir. Rudy C Tarumingkeng dari IPB, Pimpinan Program Wetland International Indonesia Hus Rusila Noor, dan penyanyi Agustinus Gusti "Nugie" Nugroho.
Baca juga: Bengkulu jadi jalur migrasi 12 jenis burung air