Jakarta (ANTARA) - Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) Bali mengapresiasi dukungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terhadap para korban dan keluarga korban Bom Bali agar para penyintas Bom Bali bangkit membangun harapan dan menjadi agen perdamaian.
"Yang disampaikan BNPT adalah hal yang baik dan tujuannya juga bagus. Jadi, sesuatu yang baik harus kami dukung," kata Ketua Umum YPI Bali, Ni Luh Erniati dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Erniati mengatakan para penyintas yang bernaung di bawah YPI terus menyampaikan pesan perdamaian dalam setiap kegiatan.
Sebagai contoh, YPI banyak mengadakan kampanye perdamaian keliling sekolah. Dalam kampanye itu, penyintas dan mantan pelaku terorisme berbagi kisah mereka kepada para pelajar.
"Kami menyampaikan apa yang kami rasakan sebagai korban atau keluarga korban terorisme. Sementara mantan pelaku bercerita bagaimana mereka bisa terjerumus terorisme dan bagaimana mereka bertobat. Dengan demikian, adik-adik pelajar bisa membayangkan dan mereka akan berpikir bahwa jangan sampai mereka mengalami hal yang sama," ujar Erniati.
Erniati berharap perdamaian terus tercipta di bumi Indonesia. Ia pun menyambut baik langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah melalui lembaga-lembaga seperti Polri, TNI, dan BNPT dalam menjaga keamanan serta mengantisipasi aksi-aksi terorisme sehingga perdamaian selalu tercipta di Indonesia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah, aparat keamanan, dan BNPT, karena masalah terorisme ini sudah berkurang dari sebelumnya. Kami berharap mereka terus bekerja supaya Indonesia tetap aman dan tidak terulang lagi kejadian-kejadian seperti Bom Bali," tuturnya.
YPI juga menggelar peringatan 22 tahun tragedi bom yang menewaskan 203 orang dan melukai 209 orang lainnya tersebut selama dua hari pada Sabtu-Minggu, 12-13 Oktober 2024.
Baca juga: Polda NTB selidiki pemasok detonator yang jadi bahan baku bom ikan
Erniati menerangkan peringatan itu terbagi menjadi dua kegiatan. Pertama, doa bersama di Tugu Peringatan Bom Bali I, Kuta, pada Sabtu pagi, 12 Oktober 2024. Kedua, silaturahmi para korban dan keluarga korban Bom Bali di Taman Inspirasi Mertasari, Sanur, pada Minggu siang-malam, 13 Oktober 2024.
"Melalui peringatan itu, kami ingin menyampaikan kepada dunia tentang keberadaan kami sebagai korban dan keluarga korban Bom Bali, bahwa kami ada. Sebab semakin lama orang pasti akan semakin lupa. Kami berharap ini bisa menjadi pengingat agar tidak terjadi lagi tragedi seperti Bom Bali. Cukup kami yang jadi korban," ujarnya.
Menurut Erniati, Bom Bali jelas sangat membekas bagi para korban dan keluarga korban. Korban dan keluarga korban tidak mungkin melupakan tragedi tersebut. Namun, sepanjang 22 tahun ini, korban dan keluarga korban selalu berusaha untuk tetap tegar dan menerima semua yang telah terjadi.
Baca juga: 22 tahun bom Bali PJ Gubernur Bali serukan toleransi
"Apa yang terjadi adalah bagian dari sejarah kami. Barangkali ini memang jalan hidup yang harus kami lewati. Dan sekarang tugas kami adalah bagaimana melakukan yang terbaik untuk masa depan," ujar perempuan 53 tahun yang harus kehilangan suaminya, Gede Badrawan, dalam peristiwa Bom Bali I tersebut.
Seperti diketahui, dalam rangka peringatan 22 tahun Bom Bali, BNPT memaknai peringatan itu sebagai momentum penting untuk menunjukkan konsistensi dalam mendukung penyintas agar bangkit berdaya dan menjadi agen perdamaian.
Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol Imam Margono menekankan pentingnya peran penyintas dalam membangun kembali harapan dan perdamaian.
"Kami mendukung dan memotivasi penyintas untuk bangkit berdaya, melanjutkan hidup yang lebih baik dan jadi agen perdamaian," kata Imam.
"Yang disampaikan BNPT adalah hal yang baik dan tujuannya juga bagus. Jadi, sesuatu yang baik harus kami dukung," kata Ketua Umum YPI Bali, Ni Luh Erniati dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Erniati mengatakan para penyintas yang bernaung di bawah YPI terus menyampaikan pesan perdamaian dalam setiap kegiatan.
Sebagai contoh, YPI banyak mengadakan kampanye perdamaian keliling sekolah. Dalam kampanye itu, penyintas dan mantan pelaku terorisme berbagi kisah mereka kepada para pelajar.
"Kami menyampaikan apa yang kami rasakan sebagai korban atau keluarga korban terorisme. Sementara mantan pelaku bercerita bagaimana mereka bisa terjerumus terorisme dan bagaimana mereka bertobat. Dengan demikian, adik-adik pelajar bisa membayangkan dan mereka akan berpikir bahwa jangan sampai mereka mengalami hal yang sama," ujar Erniati.
Erniati berharap perdamaian terus tercipta di bumi Indonesia. Ia pun menyambut baik langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah melalui lembaga-lembaga seperti Polri, TNI, dan BNPT dalam menjaga keamanan serta mengantisipasi aksi-aksi terorisme sehingga perdamaian selalu tercipta di Indonesia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah, aparat keamanan, dan BNPT, karena masalah terorisme ini sudah berkurang dari sebelumnya. Kami berharap mereka terus bekerja supaya Indonesia tetap aman dan tidak terulang lagi kejadian-kejadian seperti Bom Bali," tuturnya.
YPI juga menggelar peringatan 22 tahun tragedi bom yang menewaskan 203 orang dan melukai 209 orang lainnya tersebut selama dua hari pada Sabtu-Minggu, 12-13 Oktober 2024.
Baca juga: Polda NTB selidiki pemasok detonator yang jadi bahan baku bom ikan
Erniati menerangkan peringatan itu terbagi menjadi dua kegiatan. Pertama, doa bersama di Tugu Peringatan Bom Bali I, Kuta, pada Sabtu pagi, 12 Oktober 2024. Kedua, silaturahmi para korban dan keluarga korban Bom Bali di Taman Inspirasi Mertasari, Sanur, pada Minggu siang-malam, 13 Oktober 2024.
"Melalui peringatan itu, kami ingin menyampaikan kepada dunia tentang keberadaan kami sebagai korban dan keluarga korban Bom Bali, bahwa kami ada. Sebab semakin lama orang pasti akan semakin lupa. Kami berharap ini bisa menjadi pengingat agar tidak terjadi lagi tragedi seperti Bom Bali. Cukup kami yang jadi korban," ujarnya.
Menurut Erniati, Bom Bali jelas sangat membekas bagi para korban dan keluarga korban. Korban dan keluarga korban tidak mungkin melupakan tragedi tersebut. Namun, sepanjang 22 tahun ini, korban dan keluarga korban selalu berusaha untuk tetap tegar dan menerima semua yang telah terjadi.
Baca juga: 22 tahun bom Bali PJ Gubernur Bali serukan toleransi
"Apa yang terjadi adalah bagian dari sejarah kami. Barangkali ini memang jalan hidup yang harus kami lewati. Dan sekarang tugas kami adalah bagaimana melakukan yang terbaik untuk masa depan," ujar perempuan 53 tahun yang harus kehilangan suaminya, Gede Badrawan, dalam peristiwa Bom Bali I tersebut.
Seperti diketahui, dalam rangka peringatan 22 tahun Bom Bali, BNPT memaknai peringatan itu sebagai momentum penting untuk menunjukkan konsistensi dalam mendukung penyintas agar bangkit berdaya dan menjadi agen perdamaian.
Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol Imam Margono menekankan pentingnya peran penyintas dalam membangun kembali harapan dan perdamaian.
"Kami mendukung dan memotivasi penyintas untuk bangkit berdaya, melanjutkan hidup yang lebih baik dan jadi agen perdamaian," kata Imam.