Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat melibatkan para pemuda dalam program pemberian makanan bergizi bagi balita stunting dan ibu hamil di Kelurahan Dasan Cermen, Kota Mataram.

"Pemuda yang kami libatkan itu selain warga sekitar yang sedang kuliah, juga dari Poltekes Jawa Barat yang memberikan pendampingan terharap program tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Ahad.

Dikatakan, gizi saat ini menjadi permasalahan bersama, sebab berbagai kasus kesehatan yang muncul saat ini dipicu karena kurang gizi dan itu mulai dari ibu hamil.

Baca juga: HNSI minta ada ikan sebagai protein pada program makan bergizi

Karena itu sesuai dengan program Kementerian Kesehatan, Dinkes Kota Mataram telah melaksanakan program gerakan sayangi ibu hamil, yang melibatkan suami, keluarga, orang tua, saudara, pemuda, dan lingkungan sekitar.

Melalui program gerakan sayangi ibu hamil, ibu hamil diberikan makanan bergizi dan seimbang, kemudian mengarahkan agar rutin memeriksa kehamilan, sehingga ibu hamil bisa melahirkan anak-anak yang tidak mengalami gangguan gizi.

"Anak-anak yang sehat akan tumbuh jadi anak cerdas baik, serta mengurangi angka stunting di kota ini," katanya.

Selain melibatkan para pemuda, pelaksanaan program sayangi ibu hamil itu juga bekerja sama dengan puskesmas dan kader yang akan memasak dan membagikan makanan kepada anak stunting dan ibu hamil.

Baca juga: Opsi bahan makanan lokal untuk siapkan bekal bergizi

Menu-menu makanan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi dari puskesmas yang sudah dikonsultasikan dengan tim di Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Kota Mataram.

Emirald mengatakan, secara khusus keterlibatan pemuda dalam upaya peningkatan gizi masyarakat memang tidak ada.

Namun demikian, Dinkes Kota Mataram mendorong pemuda atau para remaja melalui sekolah-sekolah, dan akademisi agar peduli dengan pola hidup sehat salah satunya melalui pemenuhan gizi seimbang.

"Setidaknya para pemuda ini bisa menyampaikan ke teman sebaya, orang tua, dan anggota keluarga," katanya.

Selain itu melalui sekolah dan akademisi, para pemuda yang belum usia menikah juga diharapkan jangan melakukan pernikahan dini sebab pemuda belum siap secara mental dan fisik.

Baca juga: Lombok Utara gelar aksi bergizi untuk cegah kasus stunting

Kondisi itu tentu bisa memicu risiko kurang gizi bahkan stunting pada anak yang dilahirkan. Kalaupun harus menikah dini, hendaknya bisa menunda masa kehamilan.

"Kasus remaja usia sekitar 14-15 tahun sudah menikah dan hamil ada kami temui di beberapa lokasi posyandu dan kini menjadi atensi," katanya.

Untuk mencegah kasus serupa, Dinkes menilai pendekatan edukasi kesehatan jiwa bagi remaja dan pemuda melalui sekolah perlu dilakukan melalui kader-kader kesehatan remaja.

Pasalnya, banyak para remaja dan pemuda ternyata secara emosional membutuhkan sosok untuk berbagi sehingga bisa membuat mereka lebih matang secara emosional.

"Dengan adanya tempat berbagi, akan timbul berbagai kreativitas dari para remaja dan pemuda sehingga tidak melakukan pernikahan dini yang bisa menyumbang angka kurang gizi atau stunting," katanya.

Data Dinkes Kota Mataram mencatat, kasus stunting di Kota Mataram saat ini sekitar 1.900 balita atau 7,9 persen tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram.

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024