Jakarta (ANTARA) - Spanyol dilanda hujan deras pada 29 Oktober yang menyebabkan sungai-sungai meluap serta banjir besar hingga menewaskan sekitar 217 orang, dan Valencia merupakan wilayah yang terdampak paling parah.

Kedutaan Besar RI (KBRI) Madrid pada 30 Oktober mengonfirmasi bahwa sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban dalam bencana tersebut.

Dikutip dari sejumlah sumber, berikut hal-hal yang perlu diketahui tentang banjir bandang yang melanda Spanyol:

Penyebab hujan deras di Valencia

Pada 29-30 Oktober, stasiun cuaca di Chiva, Valencia, Spanyol, mencatat curah hujan 491 l/m² hanya dalam delapan jam yang adalah setara dengan curah hujan setahun, menurut AEMET – Badan Cuaca Nasional Spanyol.

Badai terutama melanda daerah aliran sungai Magro dan Turia dan di dasar sungai Poyo serta menyebabkan air meluap dari sungai-sungai tersebut, sementara warga lengah saat menjalani kehidupan sehari-hari pada 29 Oktober malam dan 30 Oktober dini hari.

Dalam sekejap, air berlumpur menutup jalan dan rel kereta api,serta memasuki rumah dan tempat-tempat usaha di kota-kota dan desa-desa di pinggiran selatan kota Valencia.

Keadaan itu memaksa para pengemudi berlindung di atap mobil dan penduduk berlindung di dataran tinggi.

AEMET, yang merupakan sumber resmi di Spanyol, mengeluarkan banyak peringatan berdasarkan Protokol Peringatan Umum.

Ketika peringatan dikirimkan dan meminta warga untuk tinggal di rumah, banyak dari mereka yang sudah berada di jalan untuk bekerja atau bahkan terendam air di daerah dataran rendah atau garasi bawah tanah.

Penyebab banjir bandang di Valencia

Ilmuwan iklim melihat adanya hubungan penyebab banjir bandang tersebut dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Menurut analisis cepat oleh World Weather Attribution, jaringan ilmuwan internasional yang menilai dampak perubahan iklim pada peristiwa cuaca besar, perubahan iklim membuat hujan pekan lalu sekitar 12 persen lebih lebat dan kemungkinan terjadi dua kali.

Atmosfer yang menjadi lebih panas akibat pembakaran bahan bakar fosil dapat menampung uap air lebih banyak, yang dapat membuat hujan lebih deras. Kini Bumi setidaknya 1,3 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan pada 1800-an.

Menurut para ilmuwan, banjir di Spanyol juga kemungkinan memiliki hubungan iklim dengan lautan yang sangat panas.

Perubahan iklim adalah pendorong utama lautan yang sangat panas. Ketika air laut lebih panas, badai dapat menyedot air lebih banyak.

Sebuah analisis dari Climate Central, kelompok penelitian nirlaba, menyimpulkan bahwa pemanasan global kemungkinan meningkatkan suhu di bagian Samudera Atlantik, tempat sebagian besar air yang terkandung dalam badai tersebut berasal.


Tanggapan warga dan pemerintah terhadap banjir bandang Spanyol

Pemerintah setempat mendapat kecaman besar karena dianggap terlambat memberikan peringatan darurat, yang baru dikeluarkan setelah kondisi banjir sudah parah, juga karena lamanya bantuan tiba di lokasi bencana.

Raja Spanyol Felipe VI, Ratu Felizia, dan Perdana Menteri Pedro Sanchez yang berkunjung ke Kota Chiva yang terdampak banjir pada Minggu (3/11), terpaksa menunda kunjungan karena disambut aksi protes setelah banjir besar melanda wilayah tersebut.

Pemerintah Spanyol mengerahkan lebih dari 17 ribu personel keamanan, termasuk polisi, pemadam kebakaran, dan militer, untuk memberikan bantuan di Valencia.

Pemerintah Spanyol juga mengirim sebuah kapal besar untuk tempat pengungsian serta fasilitas medis ke Pelabuhan Valencia.

Fasilitas penyimpanan jenazah, pasokan bantuan, dan personel khusus untuk memulihkan jalan, listrik, dan sistem air juga dikerahkan.

Pemerintah setempat juga mendirikan pusat relawan untuk membantu koordinasi ribuan sukarelawan yang datang berbondong-bondong membantu para korban bencana banjir dengan membawa makanan dan air, serta sekop untuk membersihkan lumpur yang menutupi jalan.

Pemerintah Spanyol mengumumkan tiga hari berkabung pada 31 Oktober-2 November untuk menghormati para korban.

 
 
 

Pewarta : Cindy Frishanti Octavia
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024