Jakarta (ANTARA) - Sosok pejuang yang tak kalah pentingnya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia adalah hadirnya sosok pemikir Tan Malaka. Dalam ikut memperingati Hari Pahlawan ini, penting juga kiranya anak-anak muda generasi Millenial mengetahui siapa sosok yang eksotik dan kontroversial itu.
Baca juga: Empat pejuang dibalik tirai kemerdekaan RI (I)
Secara khusus Indonesia Development Research (IDR) mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Sygma Research and Consulting yang telah berkegiatan di Aula PWI Jawa Timur pada Jumat, 25 Oktober 2024 lalu yang sarat makna dan dipublikasi dengan sangat baik untuk mengenang sosok penting bangsa.
Dari anak-anak muda yang gandrung penelitian inilah 2 tulisan bersambung tentang 4 sosok penting berselimut tabir misteri ini IDR persembahkan ke publik agar bisa dikenang dan diberi tempat terhormat di hati warga Indonesia yang gandrung perdamaian.
Selanjutnya apa dan siapa sejatinya sosok Tan Malaka yang oleh sejumlah pihak diberi gelar *Bapak Republik Indonesia* dengan gelar asli Ibrahim Datuk Tan Malaka yang memilik 23 nama samaran tersebut?
*Tan Malaka*
Tan Malaka adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dikenal sebagai pemikir radikal, Tan Malaka adalah seorang nasionalis, aktivis, dan pemikir politik yang memegang peran penting dalam pergerakan melawan penjajahan. Lahir pada 1897 di Sumatera Barat, ia adalah salah satu tokoh yang awalnya aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI), meskipun kemudian ia memiliki pandangan yang berbeda dan membentuk gerakannya sendiri.
Beberapa hal yang membuat Tan Malaka terkenal, atau "masyhur," adalah sebagai berikut:
1. Pemikiran Revolusioner
Tan Malaka adalah salah satu pemikir kiri yang paling radikal dan cerdas pada masanya. Ia berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia hanya bisa dicapai melalui perjuangan keras dan revolusi rakyat. Bukunya yang terkenal, Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), adalah contoh dari pandangan filosofisnya yang mendalam dan mengedepankan pendidikan serta kesadaran kritis rakyat sebagai jalan menuju kemerdekaan.
2. Peran dalam Pergerakan Kemerdekaan
Ia aktif mendukung kemerdekaan Indonesia dan berkeliling di Asia serta Eropa untuk membangun jaringan pergerakan anti-kolonialisme. Tan Malaka dikenal sebagai penghubung antara Indonesia dan gerakan kiri internasional pada masa itu. Meski demikian, ia sering berbeda pendapat dengan tokoh pergerakan lain, seperti Soekarno, karena pendekatan politik dan strateginya yang lebih radikal.
3. Pembentukan Partai Murba
Setelah keluar dari PKI, Tan Malaka membentuk partai sendiri bernama Murba, singkatan dari "Musyawarah Rakyat Banyak." Ia menggunakan partai ini sebagai wadah untuk menampung pandangan sosialisnya yang lebih berfokus pada rakyat kecil dan menentang penjajahan serta kapitalisme asing.
4. Misteri dan Kontroversi Seputar Kehidupannya
Tan Malaka kerap berpindah-pindah dan hidup dalam persembunyian, bahkan identitas aslinya sering dirahasiakan. Ia beberapa kali dipenjara oleh Belanda dan bahkan oleh pemerintah Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Pada akhirnya, ia dieksekusi oleh militer pada tahun 1949 di Kediri, Jawa Timur, dalam situasi yang hingga kini masih misterius dan kontroversial.
5. Pengakuan yang Terlambat
Meskipun kontribusinya besar, Tan Malaka baru diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1963, bertahun-tahun setelah kematiannya. Pemikirannya yang sangat revolusioner, serta sikapnya yang sering berbenturan dengan penguasa, membuatnya dipinggirkan dalam sejarah resmi. Namun, ia tetap dihormati oleh banyak kalangan sebagai "Bapak Republik" dan tokoh yang mempengaruhi arah ideologis Indonesia.
Tan Malaka adalah simbol perlawanan tanpa kompromi terhadap kolonialisme dan kapitalisme, serta memperjuangkan kemerdekaan yang berlandaskan pada kesadaran dan kekuatan rakyat.
Hubungan antara Tan Malaka dan Sukarno adalah kompleks dan penuh dinamika. Keduanya sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi memiliki pendekatan, ideologi, dan strategi yang seringkali bertolak belakang. Berikut beberapa aspek yang menunjukkan hubungan mereka:
1. Kesamaan Tujuan, Berbeda Strategi
Baik Tan Malaka maupun Sukarno ingin Indonesia merdeka, tetapi mereka berbeda pandangan soal bagaimana cara mencapainya. Tan Malaka lebih radikal dan menekankan perjuangan revolusioner melalui kekuatan rakyat bawah, sementara Sukarno cenderung memilih pendekatan yang lebih kompromis dengan pihak-pihak tertentu dan berupaya menciptakan persatuan di antara berbagai kekuatan politik, termasuk yang berlawanan secara ideologis.
2. Perdebatan tentang Jalan Kemerdekaan
Tan Malaka mengkritik pendekatan Sukarno yang dianggap terlalu lunak dan bersifat "parlemen jalan tengah." Ia percaya bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan tegas, tanpa kompromi dengan penjajah atau kelompok elite yang dianggapnya memperlambat perjuangan rakyat. Di sisi lain, Sukarno berupaya merangkul berbagai kekuatan, termasuk kalangan kapitalis, nasionalis, dan komunis, yang bertujuan membangun persatuan nasional.
3. Peristiwa "Menteng 31"
Selama masa Revolusi, Tan Malaka sempat berkumpul dengan sejumlah pemuda revolusioner di Menteng 31, Jakarta, dan membentuk organisasi bernama "Persatuan Perjuangan." Kelompok ini menuntut kemerdekaan penuh, berbeda dengan para pemimpin nasionalis yang lebih hati-hati dalam pendekatan mereka. Pada titik ini, Tan Malaka dan kelompoknya bahkan menentang perjanjian Linggarjati yang disetujui oleh Sukarno-Hatta karena dianggap terlalu menguntungkan Belanda. Ini memperlihatkan sikap Tan Malaka yang lebih konfrontatif dibandingkan Sukarno.
4. Hubungan yang Saling Menghormati, Meski Berbeda Pandangan
Walau sering berbeda pandangan, Tan Malaka dan Sukarno saling menghormati sebagai pemimpin pergerakan yang cerdas dan berpengaruh. Sukarno mengakui intelektualitas dan semangat revolusioner Tan Malaka, sementara Tan Malaka menghormati kemampuan orasi dan popularitas Sukarno. Keduanya punya pengaruh besar di kalangan rakyat, namun seringkali Tan Malaka dianggap sebagai lawan yang sulit diajak kompromi.
5. Perbedaan Nasib Politik
Setelah kemerdekaan, Sukarno menjadi presiden pertama Indonesia dan memimpin negara dengan visinya tentang persatuan nasional. Sementara itu, Tan Malaka justru hidup dalam persembunyian dan akhirnya dieksekusi oleh tentara pada tahun 1949 karena dianggap mengancam stabilitas politik. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang berbeda membawa mereka pada nasib politik yang bertolak belakang, meskipun keduanya memiliki visi besar untuk Indonesia.
6. Pengaruh Tan Malaka terhadap Pemikiran Sukarno
Meskipun Sukarno memilih jalan yang berbeda, gagasan revolusioner dan anti-imperialisme Tan Malaka sedikit banyak memengaruhi pandangan politik Sukarno, khususnya dalam hal nasionalisme radikal dan kebijakan anti-Barat di kemudian hari. Sukarno mengadaptasi beberapa ide radikal Tan Malaka dalam pidato-pidatonya, meskipun ia tidak sepenuhnya setuju dengan cara dan metode Tan Malaka.
Secara keseluruhan, hubungan Tan Malaka dan Sukarno adalah sebuah kombinasi antara persaingan ideologis dan penghormatan pribadi. Mereka adalah dua sosok besar dengan visi berbeda untuk kemerdekaan Indonesia, yang pada akhirnya sama-sama memiliki dampak kuat dalam sejarah nasional.
Kehadiran dan perjuangan Tan Malaka memberikan pelajaran berharga yang relevan bagi generasi milenial Indonesia saat ini dan masa depan. Meskipun pemikirannya berasal dari masa perjuangan kemerdekaan, nilai-nilai yang ia anut dan perjuangkan tetap memiliki makna mendalam dalam konteks modern. Berikut adalah beberapa pelajaran penting dari Tan Malaka bagi generasi milenial:
1. Berani Memiliki Prinsip dan Berdiri Teguh di Atasnya
Tan Malaka adalah contoh tokoh yang teguh dengan prinsip dan keyakinannya. Meski kerap dianggap radikal dan sulit diajak kompromi, ia selalu memegang teguh ideologi dan tujuan perjuangannya untuk rakyat. Milenial dapat belajar dari keteguhan ini, terutama untuk tetap setia pada prinsip moral dan etika dalam situasi yang kompleks. Di tengah dinamika globalisasi dan perubahan sosial, memiliki prinsip yang kuat menjadi penting agar tidak mudah terpengaruh atau terbawa arus.
2. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Kritis
Tan Malaka percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun kesadaran kritis dan membebaskan rakyat dari ketertindasan. Melalui karyanya, seperti Madilog, ia mendorong rakyat untuk berpikir kritis, memahami realitas sosial, dan membangun kemampuan analitis. Bagi milenial, pelajaran ini relevan dalam membangun kesadaran akan isu-isu sosial, politik, dan lingkungan. Pendidikan yang baik dan berpikir kritis adalah modal penting untuk menghadapi tantangan masa depan dan membuat keputusan yang berdampak positif.
3. Mengutamakan Kepentingan Rakyat Banyak
Tan Malaka selalu menempatkan kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dia percaya bahwa perjuangan kemerdekaan sejati adalah yang membawa kesejahteraan bagi rakyat banyak. Di era sekarang, milenial bisa belajar untuk memiliki empati sosial dan fokus pada kepentingan bersama, bukan hanya pada keuntungan pribadi atau kelompok. Hal ini bisa diterapkan dalam bentuk kesadaran sosial, kepedulian terhadap lingkungan, serta membangun inisiatif yang bermanfaat untuk komunitas.
4. Keberanian untuk Menantang Ketidakadilan
Tan Malaka tidak ragu menentang ketidakadilan, baik dari penjajah maupun dari kebijakan pemerintah yang menurutnya tidak berpihak pada rakyat. Sikap berani untuk menentang ketidakadilan ini bisa menjadi inspirasi bagi milenial untuk tidak diam ketika melihat ketidakbenaran di sekitar mereka. Dengan cara ini, mereka bisa menjadi agen perubahan yang mendorong terwujudnya keadilan sosial dan hak asasi manusia.
5. Menyadari Pentingnya Solidaritas Internasional
Tan Malaka aktif membangun jaringan internasional dalam perjuangannya melawan kolonialisme. Hal ini mengajarkan pentingnya solidaritas global, bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan tidak terbatas pada batas-batas nasional. Dalam era digital, generasi milenial dapat memanfaatkan konektivitas global untuk membangun jaringan solidaritas internasional, baik dalam bidang lingkungan, sosial, maupun hak asasi manusia, guna menghadapi tantangan global bersama-sama.
6. Kemandirian dalam Berpikir dan Bertindak
Tan Malaka sering bertindak independen dan tidak mudah terbawa pengaruh kelompok lain, bahkan dari sesama tokoh pergerakan nasional. Sikap ini mengajarkan pentingnya kemandirian dalam berpikir dan tidak takut berbeda pendapat. Di zaman yang dipenuhi informasi cepat dan pengaruh media sosial, sikap kritis dan kemampuan berpikir mandiri menjadi penting untuk membentuk pandangan yang autentik dan tidak mudah terprovokasi.
7. Kesadaran Akan Makna Kemerdekaan yang Sebenarnya
Bagi Tan Malaka, kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga berarti membebaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Pesan ini mengingatkan milenial bahwa kemerdekaan harus terus diperjuangkan dalam bentuk yang lebih luas, seperti kemerdekaan ekonomi, akses pendidikan yang adil, serta perlindungan hak-hak dasar.
Keseluruhan pelajaran dari Tan Malaka mengajarkan generasi milenial untuk menjadi individu yang berpikir kritis, berani menegakkan keadilan, dan berempati pada kepentingan rakyat banyak. Tan Malaka menjadi inspirasi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan merdeka secara menyeluruh, sesuai dengan visi revolusioner yang ia perjuangkan sepanjang hidupnya.
***
*K'Tut Tantri*
Ktut Tantri adalah seorang wanita asal Amerika Serikat yang terkenal karena perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir dengan nama Muriel Stuart Walker di S kotlandia pada tahun 1898, ia pindah ke Amerika Serikat sebelum akhirnya menetap di Bali pada tahun 1932, terinspirasi oleh kecintaannya pada budaya Bali.
Di Bali, ia merasa sangat terhubung dengan penduduk lokal dan mulai aktif dalam gerakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang. Ktut Tantri diangkat sebagai warga kehormatan dan diberi nama "Ktut Tantri," yang berarti "anak keempat," nama yang umum dalam budaya Bali.
Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia memanas, Ktut Tantri turut membantu sebagai penyiar radio dan melakukan propaganda melawan penjajahan. Dia seringkali menyampaikan pidato penuh semangat dalam bahasa Inggris yang didengarkan secara luas. Setelah Indonesia merdeka, Ktut Tantri melanjutkan aktivitasnya di bidang jurnalisme dan menjadi tokoh internasional yang memperkenalkan perjuangan Indonesia kepada dunia.
Buku otobiografinya, Revolt in Paradise (Pemberontakan di Surga), diterbitkan pada tahun 1960 dan menggambarkan pengalamannya selama masa perjuangan.
Ktut Tantri memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam bidang propaganda dan komunikasi internasional. Berikut beberapa jasa utamanya:
1. Penyiar Radio Perjuangan
Ktut Tantri aktif sebagai penyiar radio yang membantu menyebarkan pesan kemerdekaan Indonesia. Dia menggunakan Bahasa Inggris, sehingga pesan-pesan perjuangan Indonesia dapat didengar oleh dunia internasional, terutama negara-negara Barat. Melalui siaran-siaran ini, dia menginspirasi banyak orang untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
2. Propaganda Anti-Penjajahan
Ktut Tantri juga melakukan propaganda anti-penjajahan, baik melawan Belanda maupun Jepang. Dia menyuarakan dukungannya untuk perjuangan rakyat Indonesia dan berusaha menggalang simpati global agar kemerdekaan Indonesia diakui dunia internasional. Pidatonya yang berapi-api membuat Indonesia semakin dikenal di kancah internasional.
3. Jurnalis Internasional
Setelah kemerdekaan, Ktut Tantri menulis berbagai artikel dan laporan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia untuk media internasional. Lewat tulisan-tulisannya, ia menceritakan pengalamannya serta keindahan dan kekayaan budaya Indonesia, sehingga menarik perhatian dunia terhadap Indonesia sebagai negara merdeka.
4. Buku "Revolt in Paradise"
Ktut Tantri menulis buku Revolt in Paradise, yang diterbitkan pada tahun 1960, di mana dia menggambarkan pengalaman pribadinya selama masa perjuangan. Buku ini menjadi salah satu cara untuk mengenalkan sejarah perjuangan Indonesia kepada masyarakat global. Melalui buku ini, banyak orang di luar negeri lebih memahami penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan dan perjuangan mereka untuk merdeka.
Jasa-jasa Ktut Tantri ini membuatnya dihormati sebagai salah satu sosok pejuang kemerdekaan Indonesia, meskipun ia bukan warga negara Indonesia.
Ktut Tantri memiliki kontribusi penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam hal menyebarkan propaganda perjuangan dan menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Indonesia di bawah penjajahan. Meski dia bukan pejuang yang mengangkat senjata, perjuangannya lewat media dan komunikasi berperan penting dalam mendapatkan dukungan internasional bagi Indonesia.
Berikut adalah beberapa alasan yang bisa mendukung layaknya gelar pahlawan bagi Ktut Tantri:
1. Peran dalam Mendukung Kemerdekaan Indonesia
Sebagai seorang yang aktif menyebarkan semangat kemerdekaan melalui siaran radio dan tulisan, Ktut Tantri membantu Indonesia menggalang dukungan internasional. Ini penting dalam meningkatkan tekanan kepada pihak penjajah dan membuka mata dunia terhadap perjuangan Indonesia.
2. Pengorbanan Pribadi
Ktut Tantri berani menghadapi risiko besar, termasuk penangkapan dan penyiksaan. Ia menempatkan dirinya dalam bahaya besar demi mendukung perjuangan Indonesia, meskipun sebenarnya dia adalah orang asing dan tidak diwajibkan untuk ikut terlibat.
3. Pengaruh Global yang Luas
Buku dan aktivitasnya dalam media internasional memberikan pengaruh yang signifikan untuk memperkenalkan situasi Indonesia kepada dunia, yang membantu membangun opini publik di luar negeri untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Namun, pemberian gelar pahlawan untuk seorang asing juga memiliki tantangan tersendiri, terutama terkait dengan status kewarganegaraan dan standar kontribusi langsung di medan perang atau diplomasi resmi. Banyak yang menilai bahwa seorang pahlawan nasional biasanya diharapkan memiliki kontribusi langsung dan nyata di lapangan, yang secara tradisional dilihat dalam bentuk perlawanan fisik atau peran diplomatik resmi.
Secara keseluruhan, meskipun pemberian gelar pahlawan mungkin akan tetap diperdebatkan, kontribusi Ktut Tantri untuk Indonesia adalah hal yang layak dikenang dan dihormati, baik melalui penghargaan maupun pengakuan lainnya yang sesuai.
Keberadaan Ktut Tantri dalam sejarah perjuangan Indonesia menimbulkan sejumlah implikasi yang cukup kompleks dan kadang kontroversial. Berikut adalah beberapa implikasi penting dari keberadaan Ktut Tantri bagi sejarah dan identitas perjuangan Indonesia:
1. Peran Orang Asing dalam Perjuangan Nasional
Kehadiran Ktut Tantri menunjukkan bahwa perjuangan Indonesia bukan hanya diperjuangkan oleh rakyatnya sendiri, tetapi juga mendapat dukungan dari orang asing yang bersimpati. Ini menantang pandangan tradisional bahwa hanya warga negara yang bisa berperan sebagai pahlawan dalam sejarah suatu bangsa. Dalam hal ini, Ktut Tantri memperlihatkan bahwa solidaritas lintas negara dan budaya bisa membantu memperkuat pergerakan kemerdekaan, yang membuat perjuangan Indonesia terasa lebih universal.
2. Kontroversi Mengenai Identitas Nasional dan Penghargaan
Fakta bahwa seorang warga negara asing berperan besar dalam propaganda perjuangan kemerdekaan membuka perdebatan tentang siapa yang layak menerima gelar pahlawan nasional. Kontroversi ini memperlihatkan betapa kompleksnya pengakuan terhadap peran tokoh dalam sejarah nasional, terutama ketika tokoh tersebut berasal dari luar negeri. Ini bisa memengaruhi pandangan bangsa Indonesia terhadap penghargaan bagi individu non-Indonesia dalam sejarah.
3. Pemanfaatan Propaganda untuk Membangun Dukungan Internasional
Ktut Tantri memperlihatkan bagaimana propaganda dapat dimanfaatkan untuk menggalang dukungan internasional. Pengalaman Ktut Tantri memperkuat pentingnya diplomasi publik, terutama dengan menggunakan media, untuk membangun opini publik global yang mendukung suatu pergerakan politik atau kemerdekaan. Hal ini menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk terus aktif dalam diplomasi publik dan menjalin hubungan dengan masyarakat internasional demi kepentingan nasional.
4. Perspektif Internasional tentang Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Buku Revolt in Paradise karya Ktut Tantri membantu memperkenalkan sejarah perjuangan Indonesia ke dunia Barat. Buku ini menjadi salah satu literatur penting bagi pembaca asing yang ingin memahami sejarah dan budaya Indonesia. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kesadaran global tentang perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme, yang pada akhirnya turut membentuk citra Indonesia sebagai negara yang gigih memperjuangkan kemerdekaannya.
5. Tantangan dalam Menafsirkan Peran dan Motif Pribadi
Sebagai seorang asing, motif Ktut Tantri dalam ikut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kadang dipertanyakan. Banyak yang bertanya-tanya apakah tindakannya murni didasari oleh rasa cinta terhadap Indonesia atau ada kepentingan pribadi. Meski motivasinya tidak sepenuhnya jelas, hal ini mengingatkan kita bahwa sejarah penuh dengan kompleksitas dan motif individu yang terkadang sulit ditebak.
Implikasi-implikasi ini menunjukkan bahwa Ktut Tantri memberikan pengaruh penting dalam sejarah Indonesia, baik sebagai bukti solidaritas internasional maupun dalam perdebatan tentang kriteria kepahlawanan. Dia mengajarkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tak hanya menjadi isu nasional, tetapi juga mendapat sorotan internasional.
Demikianlah tulisan bersambung dari Indonesia Development Research (IDR) yang terinspirasi dari langkah-langkah para peneliti muda Sygma Research and Consulting dalam mengenang para pejuang bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat ikhlas tersebut dalam kontek menyambut Hari Pahlawan 10 November 2024 ini.
Semoga pula langkah mengenang dalam tulisan bersambung ini bisa diwujudkan dalam langkah-langkah kajian dan kegiatan ilmiah lainnya termasuk membuat buku serta tayangan film dalam mengenang ribuan para pahlawan nasional sebagai mana slogan *Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Selalu Memberikan penghormatan Bagi Para Pahlawannya*.
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Indonesia Development Research (IDR)
Baca juga: Empat pejuang dibalik tirai kemerdekaan RI (I)
Secara khusus Indonesia Development Research (IDR) mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Sygma Research and Consulting yang telah berkegiatan di Aula PWI Jawa Timur pada Jumat, 25 Oktober 2024 lalu yang sarat makna dan dipublikasi dengan sangat baik untuk mengenang sosok penting bangsa.
Dari anak-anak muda yang gandrung penelitian inilah 2 tulisan bersambung tentang 4 sosok penting berselimut tabir misteri ini IDR persembahkan ke publik agar bisa dikenang dan diberi tempat terhormat di hati warga Indonesia yang gandrung perdamaian.
Selanjutnya apa dan siapa sejatinya sosok Tan Malaka yang oleh sejumlah pihak diberi gelar *Bapak Republik Indonesia* dengan gelar asli Ibrahim Datuk Tan Malaka yang memilik 23 nama samaran tersebut?
*Tan Malaka*
Tan Malaka adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dikenal sebagai pemikir radikal, Tan Malaka adalah seorang nasionalis, aktivis, dan pemikir politik yang memegang peran penting dalam pergerakan melawan penjajahan. Lahir pada 1897 di Sumatera Barat, ia adalah salah satu tokoh yang awalnya aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI), meskipun kemudian ia memiliki pandangan yang berbeda dan membentuk gerakannya sendiri.
Beberapa hal yang membuat Tan Malaka terkenal, atau "masyhur," adalah sebagai berikut:
1. Pemikiran Revolusioner
Tan Malaka adalah salah satu pemikir kiri yang paling radikal dan cerdas pada masanya. Ia berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia hanya bisa dicapai melalui perjuangan keras dan revolusi rakyat. Bukunya yang terkenal, Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), adalah contoh dari pandangan filosofisnya yang mendalam dan mengedepankan pendidikan serta kesadaran kritis rakyat sebagai jalan menuju kemerdekaan.
2. Peran dalam Pergerakan Kemerdekaan
Ia aktif mendukung kemerdekaan Indonesia dan berkeliling di Asia serta Eropa untuk membangun jaringan pergerakan anti-kolonialisme. Tan Malaka dikenal sebagai penghubung antara Indonesia dan gerakan kiri internasional pada masa itu. Meski demikian, ia sering berbeda pendapat dengan tokoh pergerakan lain, seperti Soekarno, karena pendekatan politik dan strateginya yang lebih radikal.
3. Pembentukan Partai Murba
Setelah keluar dari PKI, Tan Malaka membentuk partai sendiri bernama Murba, singkatan dari "Musyawarah Rakyat Banyak." Ia menggunakan partai ini sebagai wadah untuk menampung pandangan sosialisnya yang lebih berfokus pada rakyat kecil dan menentang penjajahan serta kapitalisme asing.
4. Misteri dan Kontroversi Seputar Kehidupannya
Tan Malaka kerap berpindah-pindah dan hidup dalam persembunyian, bahkan identitas aslinya sering dirahasiakan. Ia beberapa kali dipenjara oleh Belanda dan bahkan oleh pemerintah Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Pada akhirnya, ia dieksekusi oleh militer pada tahun 1949 di Kediri, Jawa Timur, dalam situasi yang hingga kini masih misterius dan kontroversial.
5. Pengakuan yang Terlambat
Meskipun kontribusinya besar, Tan Malaka baru diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1963, bertahun-tahun setelah kematiannya. Pemikirannya yang sangat revolusioner, serta sikapnya yang sering berbenturan dengan penguasa, membuatnya dipinggirkan dalam sejarah resmi. Namun, ia tetap dihormati oleh banyak kalangan sebagai "Bapak Republik" dan tokoh yang mempengaruhi arah ideologis Indonesia.
Tan Malaka adalah simbol perlawanan tanpa kompromi terhadap kolonialisme dan kapitalisme, serta memperjuangkan kemerdekaan yang berlandaskan pada kesadaran dan kekuatan rakyat.
Hubungan antara Tan Malaka dan Sukarno adalah kompleks dan penuh dinamika. Keduanya sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi memiliki pendekatan, ideologi, dan strategi yang seringkali bertolak belakang. Berikut beberapa aspek yang menunjukkan hubungan mereka:
1. Kesamaan Tujuan, Berbeda Strategi
Baik Tan Malaka maupun Sukarno ingin Indonesia merdeka, tetapi mereka berbeda pandangan soal bagaimana cara mencapainya. Tan Malaka lebih radikal dan menekankan perjuangan revolusioner melalui kekuatan rakyat bawah, sementara Sukarno cenderung memilih pendekatan yang lebih kompromis dengan pihak-pihak tertentu dan berupaya menciptakan persatuan di antara berbagai kekuatan politik, termasuk yang berlawanan secara ideologis.
2. Perdebatan tentang Jalan Kemerdekaan
Tan Malaka mengkritik pendekatan Sukarno yang dianggap terlalu lunak dan bersifat "parlemen jalan tengah." Ia percaya bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan tegas, tanpa kompromi dengan penjajah atau kelompok elite yang dianggapnya memperlambat perjuangan rakyat. Di sisi lain, Sukarno berupaya merangkul berbagai kekuatan, termasuk kalangan kapitalis, nasionalis, dan komunis, yang bertujuan membangun persatuan nasional.
3. Peristiwa "Menteng 31"
Selama masa Revolusi, Tan Malaka sempat berkumpul dengan sejumlah pemuda revolusioner di Menteng 31, Jakarta, dan membentuk organisasi bernama "Persatuan Perjuangan." Kelompok ini menuntut kemerdekaan penuh, berbeda dengan para pemimpin nasionalis yang lebih hati-hati dalam pendekatan mereka. Pada titik ini, Tan Malaka dan kelompoknya bahkan menentang perjanjian Linggarjati yang disetujui oleh Sukarno-Hatta karena dianggap terlalu menguntungkan Belanda. Ini memperlihatkan sikap Tan Malaka yang lebih konfrontatif dibandingkan Sukarno.
4. Hubungan yang Saling Menghormati, Meski Berbeda Pandangan
Walau sering berbeda pandangan, Tan Malaka dan Sukarno saling menghormati sebagai pemimpin pergerakan yang cerdas dan berpengaruh. Sukarno mengakui intelektualitas dan semangat revolusioner Tan Malaka, sementara Tan Malaka menghormati kemampuan orasi dan popularitas Sukarno. Keduanya punya pengaruh besar di kalangan rakyat, namun seringkali Tan Malaka dianggap sebagai lawan yang sulit diajak kompromi.
5. Perbedaan Nasib Politik
Setelah kemerdekaan, Sukarno menjadi presiden pertama Indonesia dan memimpin negara dengan visinya tentang persatuan nasional. Sementara itu, Tan Malaka justru hidup dalam persembunyian dan akhirnya dieksekusi oleh tentara pada tahun 1949 karena dianggap mengancam stabilitas politik. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang berbeda membawa mereka pada nasib politik yang bertolak belakang, meskipun keduanya memiliki visi besar untuk Indonesia.
6. Pengaruh Tan Malaka terhadap Pemikiran Sukarno
Meskipun Sukarno memilih jalan yang berbeda, gagasan revolusioner dan anti-imperialisme Tan Malaka sedikit banyak memengaruhi pandangan politik Sukarno, khususnya dalam hal nasionalisme radikal dan kebijakan anti-Barat di kemudian hari. Sukarno mengadaptasi beberapa ide radikal Tan Malaka dalam pidato-pidatonya, meskipun ia tidak sepenuhnya setuju dengan cara dan metode Tan Malaka.
Secara keseluruhan, hubungan Tan Malaka dan Sukarno adalah sebuah kombinasi antara persaingan ideologis dan penghormatan pribadi. Mereka adalah dua sosok besar dengan visi berbeda untuk kemerdekaan Indonesia, yang pada akhirnya sama-sama memiliki dampak kuat dalam sejarah nasional.
Kehadiran dan perjuangan Tan Malaka memberikan pelajaran berharga yang relevan bagi generasi milenial Indonesia saat ini dan masa depan. Meskipun pemikirannya berasal dari masa perjuangan kemerdekaan, nilai-nilai yang ia anut dan perjuangkan tetap memiliki makna mendalam dalam konteks modern. Berikut adalah beberapa pelajaran penting dari Tan Malaka bagi generasi milenial:
1. Berani Memiliki Prinsip dan Berdiri Teguh di Atasnya
Tan Malaka adalah contoh tokoh yang teguh dengan prinsip dan keyakinannya. Meski kerap dianggap radikal dan sulit diajak kompromi, ia selalu memegang teguh ideologi dan tujuan perjuangannya untuk rakyat. Milenial dapat belajar dari keteguhan ini, terutama untuk tetap setia pada prinsip moral dan etika dalam situasi yang kompleks. Di tengah dinamika globalisasi dan perubahan sosial, memiliki prinsip yang kuat menjadi penting agar tidak mudah terpengaruh atau terbawa arus.
2. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Kritis
Tan Malaka percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun kesadaran kritis dan membebaskan rakyat dari ketertindasan. Melalui karyanya, seperti Madilog, ia mendorong rakyat untuk berpikir kritis, memahami realitas sosial, dan membangun kemampuan analitis. Bagi milenial, pelajaran ini relevan dalam membangun kesadaran akan isu-isu sosial, politik, dan lingkungan. Pendidikan yang baik dan berpikir kritis adalah modal penting untuk menghadapi tantangan masa depan dan membuat keputusan yang berdampak positif.
3. Mengutamakan Kepentingan Rakyat Banyak
Tan Malaka selalu menempatkan kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dia percaya bahwa perjuangan kemerdekaan sejati adalah yang membawa kesejahteraan bagi rakyat banyak. Di era sekarang, milenial bisa belajar untuk memiliki empati sosial dan fokus pada kepentingan bersama, bukan hanya pada keuntungan pribadi atau kelompok. Hal ini bisa diterapkan dalam bentuk kesadaran sosial, kepedulian terhadap lingkungan, serta membangun inisiatif yang bermanfaat untuk komunitas.
4. Keberanian untuk Menantang Ketidakadilan
Tan Malaka tidak ragu menentang ketidakadilan, baik dari penjajah maupun dari kebijakan pemerintah yang menurutnya tidak berpihak pada rakyat. Sikap berani untuk menentang ketidakadilan ini bisa menjadi inspirasi bagi milenial untuk tidak diam ketika melihat ketidakbenaran di sekitar mereka. Dengan cara ini, mereka bisa menjadi agen perubahan yang mendorong terwujudnya keadilan sosial dan hak asasi manusia.
5. Menyadari Pentingnya Solidaritas Internasional
Tan Malaka aktif membangun jaringan internasional dalam perjuangannya melawan kolonialisme. Hal ini mengajarkan pentingnya solidaritas global, bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan tidak terbatas pada batas-batas nasional. Dalam era digital, generasi milenial dapat memanfaatkan konektivitas global untuk membangun jaringan solidaritas internasional, baik dalam bidang lingkungan, sosial, maupun hak asasi manusia, guna menghadapi tantangan global bersama-sama.
6. Kemandirian dalam Berpikir dan Bertindak
Tan Malaka sering bertindak independen dan tidak mudah terbawa pengaruh kelompok lain, bahkan dari sesama tokoh pergerakan nasional. Sikap ini mengajarkan pentingnya kemandirian dalam berpikir dan tidak takut berbeda pendapat. Di zaman yang dipenuhi informasi cepat dan pengaruh media sosial, sikap kritis dan kemampuan berpikir mandiri menjadi penting untuk membentuk pandangan yang autentik dan tidak mudah terprovokasi.
7. Kesadaran Akan Makna Kemerdekaan yang Sebenarnya
Bagi Tan Malaka, kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga berarti membebaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Pesan ini mengingatkan milenial bahwa kemerdekaan harus terus diperjuangkan dalam bentuk yang lebih luas, seperti kemerdekaan ekonomi, akses pendidikan yang adil, serta perlindungan hak-hak dasar.
Keseluruhan pelajaran dari Tan Malaka mengajarkan generasi milenial untuk menjadi individu yang berpikir kritis, berani menegakkan keadilan, dan berempati pada kepentingan rakyat banyak. Tan Malaka menjadi inspirasi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan merdeka secara menyeluruh, sesuai dengan visi revolusioner yang ia perjuangkan sepanjang hidupnya.
***
*K'Tut Tantri*
Ktut Tantri adalah seorang wanita asal Amerika Serikat yang terkenal karena perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir dengan nama Muriel Stuart Walker di S kotlandia pada tahun 1898, ia pindah ke Amerika Serikat sebelum akhirnya menetap di Bali pada tahun 1932, terinspirasi oleh kecintaannya pada budaya Bali.
Di Bali, ia merasa sangat terhubung dengan penduduk lokal dan mulai aktif dalam gerakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang. Ktut Tantri diangkat sebagai warga kehormatan dan diberi nama "Ktut Tantri," yang berarti "anak keempat," nama yang umum dalam budaya Bali.
Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia memanas, Ktut Tantri turut membantu sebagai penyiar radio dan melakukan propaganda melawan penjajahan. Dia seringkali menyampaikan pidato penuh semangat dalam bahasa Inggris yang didengarkan secara luas. Setelah Indonesia merdeka, Ktut Tantri melanjutkan aktivitasnya di bidang jurnalisme dan menjadi tokoh internasional yang memperkenalkan perjuangan Indonesia kepada dunia.
Buku otobiografinya, Revolt in Paradise (Pemberontakan di Surga), diterbitkan pada tahun 1960 dan menggambarkan pengalamannya selama masa perjuangan.
Ktut Tantri memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam bidang propaganda dan komunikasi internasional. Berikut beberapa jasa utamanya:
1. Penyiar Radio Perjuangan
Ktut Tantri aktif sebagai penyiar radio yang membantu menyebarkan pesan kemerdekaan Indonesia. Dia menggunakan Bahasa Inggris, sehingga pesan-pesan perjuangan Indonesia dapat didengar oleh dunia internasional, terutama negara-negara Barat. Melalui siaran-siaran ini, dia menginspirasi banyak orang untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
2. Propaganda Anti-Penjajahan
Ktut Tantri juga melakukan propaganda anti-penjajahan, baik melawan Belanda maupun Jepang. Dia menyuarakan dukungannya untuk perjuangan rakyat Indonesia dan berusaha menggalang simpati global agar kemerdekaan Indonesia diakui dunia internasional. Pidatonya yang berapi-api membuat Indonesia semakin dikenal di kancah internasional.
3. Jurnalis Internasional
Setelah kemerdekaan, Ktut Tantri menulis berbagai artikel dan laporan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia untuk media internasional. Lewat tulisan-tulisannya, ia menceritakan pengalamannya serta keindahan dan kekayaan budaya Indonesia, sehingga menarik perhatian dunia terhadap Indonesia sebagai negara merdeka.
4. Buku "Revolt in Paradise"
Ktut Tantri menulis buku Revolt in Paradise, yang diterbitkan pada tahun 1960, di mana dia menggambarkan pengalaman pribadinya selama masa perjuangan. Buku ini menjadi salah satu cara untuk mengenalkan sejarah perjuangan Indonesia kepada masyarakat global. Melalui buku ini, banyak orang di luar negeri lebih memahami penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan dan perjuangan mereka untuk merdeka.
Jasa-jasa Ktut Tantri ini membuatnya dihormati sebagai salah satu sosok pejuang kemerdekaan Indonesia, meskipun ia bukan warga negara Indonesia.
Ktut Tantri memiliki kontribusi penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam hal menyebarkan propaganda perjuangan dan menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Indonesia di bawah penjajahan. Meski dia bukan pejuang yang mengangkat senjata, perjuangannya lewat media dan komunikasi berperan penting dalam mendapatkan dukungan internasional bagi Indonesia.
Berikut adalah beberapa alasan yang bisa mendukung layaknya gelar pahlawan bagi Ktut Tantri:
1. Peran dalam Mendukung Kemerdekaan Indonesia
Sebagai seorang yang aktif menyebarkan semangat kemerdekaan melalui siaran radio dan tulisan, Ktut Tantri membantu Indonesia menggalang dukungan internasional. Ini penting dalam meningkatkan tekanan kepada pihak penjajah dan membuka mata dunia terhadap perjuangan Indonesia.
2. Pengorbanan Pribadi
Ktut Tantri berani menghadapi risiko besar, termasuk penangkapan dan penyiksaan. Ia menempatkan dirinya dalam bahaya besar demi mendukung perjuangan Indonesia, meskipun sebenarnya dia adalah orang asing dan tidak diwajibkan untuk ikut terlibat.
3. Pengaruh Global yang Luas
Buku dan aktivitasnya dalam media internasional memberikan pengaruh yang signifikan untuk memperkenalkan situasi Indonesia kepada dunia, yang membantu membangun opini publik di luar negeri untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Namun, pemberian gelar pahlawan untuk seorang asing juga memiliki tantangan tersendiri, terutama terkait dengan status kewarganegaraan dan standar kontribusi langsung di medan perang atau diplomasi resmi. Banyak yang menilai bahwa seorang pahlawan nasional biasanya diharapkan memiliki kontribusi langsung dan nyata di lapangan, yang secara tradisional dilihat dalam bentuk perlawanan fisik atau peran diplomatik resmi.
Secara keseluruhan, meskipun pemberian gelar pahlawan mungkin akan tetap diperdebatkan, kontribusi Ktut Tantri untuk Indonesia adalah hal yang layak dikenang dan dihormati, baik melalui penghargaan maupun pengakuan lainnya yang sesuai.
Keberadaan Ktut Tantri dalam sejarah perjuangan Indonesia menimbulkan sejumlah implikasi yang cukup kompleks dan kadang kontroversial. Berikut adalah beberapa implikasi penting dari keberadaan Ktut Tantri bagi sejarah dan identitas perjuangan Indonesia:
1. Peran Orang Asing dalam Perjuangan Nasional
Kehadiran Ktut Tantri menunjukkan bahwa perjuangan Indonesia bukan hanya diperjuangkan oleh rakyatnya sendiri, tetapi juga mendapat dukungan dari orang asing yang bersimpati. Ini menantang pandangan tradisional bahwa hanya warga negara yang bisa berperan sebagai pahlawan dalam sejarah suatu bangsa. Dalam hal ini, Ktut Tantri memperlihatkan bahwa solidaritas lintas negara dan budaya bisa membantu memperkuat pergerakan kemerdekaan, yang membuat perjuangan Indonesia terasa lebih universal.
2. Kontroversi Mengenai Identitas Nasional dan Penghargaan
Fakta bahwa seorang warga negara asing berperan besar dalam propaganda perjuangan kemerdekaan membuka perdebatan tentang siapa yang layak menerima gelar pahlawan nasional. Kontroversi ini memperlihatkan betapa kompleksnya pengakuan terhadap peran tokoh dalam sejarah nasional, terutama ketika tokoh tersebut berasal dari luar negeri. Ini bisa memengaruhi pandangan bangsa Indonesia terhadap penghargaan bagi individu non-Indonesia dalam sejarah.
3. Pemanfaatan Propaganda untuk Membangun Dukungan Internasional
Ktut Tantri memperlihatkan bagaimana propaganda dapat dimanfaatkan untuk menggalang dukungan internasional. Pengalaman Ktut Tantri memperkuat pentingnya diplomasi publik, terutama dengan menggunakan media, untuk membangun opini publik global yang mendukung suatu pergerakan politik atau kemerdekaan. Hal ini menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk terus aktif dalam diplomasi publik dan menjalin hubungan dengan masyarakat internasional demi kepentingan nasional.
4. Perspektif Internasional tentang Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Buku Revolt in Paradise karya Ktut Tantri membantu memperkenalkan sejarah perjuangan Indonesia ke dunia Barat. Buku ini menjadi salah satu literatur penting bagi pembaca asing yang ingin memahami sejarah dan budaya Indonesia. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kesadaran global tentang perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme, yang pada akhirnya turut membentuk citra Indonesia sebagai negara yang gigih memperjuangkan kemerdekaannya.
5. Tantangan dalam Menafsirkan Peran dan Motif Pribadi
Sebagai seorang asing, motif Ktut Tantri dalam ikut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kadang dipertanyakan. Banyak yang bertanya-tanya apakah tindakannya murni didasari oleh rasa cinta terhadap Indonesia atau ada kepentingan pribadi. Meski motivasinya tidak sepenuhnya jelas, hal ini mengingatkan kita bahwa sejarah penuh dengan kompleksitas dan motif individu yang terkadang sulit ditebak.
Implikasi-implikasi ini menunjukkan bahwa Ktut Tantri memberikan pengaruh penting dalam sejarah Indonesia, baik sebagai bukti solidaritas internasional maupun dalam perdebatan tentang kriteria kepahlawanan. Dia mengajarkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tak hanya menjadi isu nasional, tetapi juga mendapat sorotan internasional.
Demikianlah tulisan bersambung dari Indonesia Development Research (IDR) yang terinspirasi dari langkah-langkah para peneliti muda Sygma Research and Consulting dalam mengenang para pejuang bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat ikhlas tersebut dalam kontek menyambut Hari Pahlawan 10 November 2024 ini.
Semoga pula langkah mengenang dalam tulisan bersambung ini bisa diwujudkan dalam langkah-langkah kajian dan kegiatan ilmiah lainnya termasuk membuat buku serta tayangan film dalam mengenang ribuan para pahlawan nasional sebagai mana slogan *Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Selalu Memberikan penghormatan Bagi Para Pahlawannya*.
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Indonesia Development Research (IDR)