Lombok Tengah (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), membentuk posko siaga bencana dalam rangka mempercepat penanganan dampak cuaca ekstrem pada musim hujan.
"Posko ini dibentuk untuk memaksimalkan penanganan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang," kata Kepala BPBD Lombok Tengah Ridwan Maruf, di Lombok Tengah, Selasa.
Ia mengatakan petugas yang dilibatkan dalam posko siaga bencana tersebut di antaranya TNI, Polri, Dinas Sosial, Perkim, PLN, Dinas Perhubungan, dan semua unsur yang terkait.
Selain itu, pembentukan posko ini juga untuk menerima pengaduan dari masyarakat dalam penanganan dampak bencana secara maksimal.
"Posko ini juga untuk meningkatkan koordinasi dalam penanganan dampak bencana alam yang terjadi," katanya.
Baca juga: Lombok Tengah siaga antisipasi bencana saat Pemilu 2024
Ia mengatakan bahwa untuk daerah rawan bencana alam di wilayah Lombok Tengah semua berpotensi, baik untuk bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang akibat angin kencang.
"Warga kami harapkan untuk tetap waspada saat terjadi cuaca ekstrem," katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk penanganan dampak cuaca ekstrem pada awal November 2024 yang mengakibatkan ratusan atap rumah warga di Kecamatan Jonggat rusak tersebut saat ini masih dilaksanakan asesmen.
Oleh karena itu, untuk bantuan material belum bisa disalurkan, karena harus menunggu proses asesmen selesai dilakukan oleh petugas yang telah diturunkan di masing-masing desa.
"Kerugian material dampak cuaca ekstrem itu diperkirakan sekitar Rp500 juta," katanya.
Baca juga: Pemkab Lombok Tengah siaga hadapi bencana dampak musim hujan
Selain merusak atap rumah warga, cuaca ekstrem yang disertai angin kencang tersebut juga mengakibatkan puluhan pohon tumbang baik yang ada di media jalan raya maupun di halaman rumah warga.
"Untuk pohon yang tumbang yang menutupi akses jalan, begitu ada laporan langsung ditangani petugas," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan curah hujan mulai merata di wilayah 10 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pertengahan November 2024.
"Saat ini wilayah NTB memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan," kata Prakirawan BMKG NTB Ni Made Adi.
Adapun 10 kabupaten/kota di wilayah NTB itu antara lain Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu.
Baca juga: Kepolisian Resor Lombok Tengah siaga menghadapi bencana selama musim hujan
Pada dasarian II November 2024 (11-20 November 2024) terdapat peluang curah hujan >100 milimeter/dasarian di sebagian Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat bagian utara, Kabupaten Lombok Tengah bagian utara.
Kemudian sebagian kecil Kabupaten Lombok Timur bagian barat dan sebagian kecil Kabupaten Sumbawa Barat bagian tengah dengan probabilitas 50 persen- 80 persen.
"Terdapat juga potensi curah hujan dengan probabilitas 50-100 milimeter/dasarian yang terjadi di hampir seluruh wilayah NTB dengan probabilitas 50 persen hingga 90 persen," katanya.
Baca juga: BPBD Lombok Tengah membentuk desa siaga bencana
"Posko ini dibentuk untuk memaksimalkan penanganan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang," kata Kepala BPBD Lombok Tengah Ridwan Maruf, di Lombok Tengah, Selasa.
Ia mengatakan petugas yang dilibatkan dalam posko siaga bencana tersebut di antaranya TNI, Polri, Dinas Sosial, Perkim, PLN, Dinas Perhubungan, dan semua unsur yang terkait.
Selain itu, pembentukan posko ini juga untuk menerima pengaduan dari masyarakat dalam penanganan dampak bencana secara maksimal.
"Posko ini juga untuk meningkatkan koordinasi dalam penanganan dampak bencana alam yang terjadi," katanya.
Baca juga: Lombok Tengah siaga antisipasi bencana saat Pemilu 2024
Ia mengatakan bahwa untuk daerah rawan bencana alam di wilayah Lombok Tengah semua berpotensi, baik untuk bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang akibat angin kencang.
"Warga kami harapkan untuk tetap waspada saat terjadi cuaca ekstrem," katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk penanganan dampak cuaca ekstrem pada awal November 2024 yang mengakibatkan ratusan atap rumah warga di Kecamatan Jonggat rusak tersebut saat ini masih dilaksanakan asesmen.
Oleh karena itu, untuk bantuan material belum bisa disalurkan, karena harus menunggu proses asesmen selesai dilakukan oleh petugas yang telah diturunkan di masing-masing desa.
"Kerugian material dampak cuaca ekstrem itu diperkirakan sekitar Rp500 juta," katanya.
Baca juga: Pemkab Lombok Tengah siaga hadapi bencana dampak musim hujan
Selain merusak atap rumah warga, cuaca ekstrem yang disertai angin kencang tersebut juga mengakibatkan puluhan pohon tumbang baik yang ada di media jalan raya maupun di halaman rumah warga.
"Untuk pohon yang tumbang yang menutupi akses jalan, begitu ada laporan langsung ditangani petugas," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan curah hujan mulai merata di wilayah 10 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pertengahan November 2024.
"Saat ini wilayah NTB memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan," kata Prakirawan BMKG NTB Ni Made Adi.
Adapun 10 kabupaten/kota di wilayah NTB itu antara lain Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu.
Baca juga: Kepolisian Resor Lombok Tengah siaga menghadapi bencana selama musim hujan
Pada dasarian II November 2024 (11-20 November 2024) terdapat peluang curah hujan >100 milimeter/dasarian di sebagian Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat bagian utara, Kabupaten Lombok Tengah bagian utara.
Kemudian sebagian kecil Kabupaten Lombok Timur bagian barat dan sebagian kecil Kabupaten Sumbawa Barat bagian tengah dengan probabilitas 50 persen- 80 persen.
"Terdapat juga potensi curah hujan dengan probabilitas 50-100 milimeter/dasarian yang terjadi di hampir seluruh wilayah NTB dengan probabilitas 50 persen hingga 90 persen," katanya.
Baca juga: BPBD Lombok Tengah membentuk desa siaga bencana