Mataram (Antaranews NTB) - Hamparan pasir putih dihiasi cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) serta panorama bawah laut dengan berbagai spesies ikan hias maupun terumbu karang, menambah keindahan objek wisata Gili (pulau kecil) Terawangan.

Di objek wisata yang luasnya 340 hektare atau sekitar 10 kilometer persegi ini hingga kini hanya menggunakan alat transportasi tanpa mesin, yakni `cidomo` (sejenis kereta kuda) dan sepeda dayung.

Objek wisata yang menjadi ikon pariwisata NTB ini nyaris tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Setiap hari, ratusan, bahkan ribuan pelancong membanjiri objek wisata bahari yang datang melalui Pelabuhan Bangsal dan Teluk Nara maupun yang datang dari Bali menggunakan kapal cepat.

Musibah gempa bumi beruntun yang mengguncang Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa yang diawali dengan gempa bermagnitudo 6,4 pada 29 Juli 2018 yang kemudian diperparah gempa bumi dengan magnitudo 7,0, menyisakan tak hanya duka mendalam bagi sebagian warga, tetapi juga berdampak terhadap sektor pariwisata Lombok dan Provinsi NTB umumnya.

Bencana gempa bumi dahsyat itu tak hanya memorakporandakan puluhan ribu rumah warga, terutama di Kabupaten Lombok Utara, tetapi juga merusak sejumlah fasilitas wisata, seperti hotel dan restoran di objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno dan Gili Air. Bahkan ribuan wisatawan Nusantara dan mancanegara terpaksa dievakuasi dari tempat pelancongan yang kian mendunia itu.

Kini musibah gempa bumi telah berlalu. Masyarakat mulai bangkit kendati untuk sementara menempati rumah sementara. Sektor pariwisata Lombok juga mulai menggeliat, wisatawan mulai ramai berkunjung ke objek wisata tiga gili yang masih dihiasi runtuhan bangunan hotel dan restoran itu.

Pemerintah terus berupaya mendorong agar kejayaan pariwisata "Bumi Gora" (nama lain Provinsi NTB) bisa segera pulih. Tak ketinggalan para pelaku usaha wisata dan masyarakat setempat juga tak tinggal diam. Intinya semua elemen masyarakat bersinergi membangun kembali sektor pariwisata NTB.

Pelaku wisata di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT), Gili Hotel Association, dan Gili Eco Trust menggagas Gili Strong Triathlon 2018. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mempecepat kebangkitan pariwisata Lombok dan NTB umumnya.

Ketua APGT yang juga Ketua Panitia Gili Strong Triathlon, Acok Zani Bassok mengatakan, ajang sport tourism yang menggabungkan lari marathon, renang, dan bersepeda itu dihajatkan untuk mendukung pemulihan pariwisata NTB Bangkit, sekaligus meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke daerah itu.

Ajang ini merupakan kiat para pelaku wisata untuk Lombok Bangkit. Selain itu juga untuk mendongkrak tingkat hunian/occupancy di Trawangan. Diharapkan upaya ini membuahkan hasil agar bisnis pelancongan di NTB bergairah kembali.

Gili Strong Triathlon akan digelar di penghujung Tahun 2018, tepatnya pada Sabtu (22/12) di Gili Trawangan.

Sementara itu, General Manager Warna Hotel Bar dan Restaurant Trawangan Ricky Rikardus menjelaskan dalam ajang itu para peserta akan berkompetisi lari 7 kilometer, renang 600 meter, dan bersepeda 5 kilometer.

Ricky yang juga bendahara Panitia Gili Strong Triathlon mengatakan lintasannya di Gili Trawangan. Jadi selain berkompetisi olahraga, peserta juga bisa menikmati keindahan Gili Trawangan. Selain itu, dalam ajang ini juga disediakan sejumlah stand kuliner yang bisa memanjakan selera para wisatawan yang datang.

Sejumlah atraksi seni dan budaya khas juga akan mengisi kegiatan itu, sehingga tamu yang datang akan sangat terkesan dengan Gili Strong Triathlon. Saat ini para pelaku wisata tengah mematangkan rencana kegiatan tersebut.

Kerja keras dan upaya tak kenal lelah dari berbagai komponen pascagempa Lombok mulai membuahkan hasil. Perlahan, namun pasti geliat pariwisata di bumi "Seribu Masjid" ini mulai bangkit. Ini ditandai dengan kian ramainya arus kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara ke Lombok.



Lebih Cepat

Sejatinya pemulihan pariwisata NTB pascagempa bumi beruntun yang terjadi pada akhir Juli hingga Agustus 2018 ternyata lebih cepat dari target sebelumnya. Ini tak terlepas dari perjuangan dan kerja keras pemerintah daerah bersama para pelaku usaha wisata dan masyarakat.

Ketua Kerja Pemulihan Destinasi dan Promosi Pariwisata NTB Bangkit, Dr Farid Saiddi mengatakan, cepatnya pemulihan pariwisata NTB ini bisa dilihat dari mulai meningkatnya kunjungan wisatawan ke sejumlah destinasi wisata, khususnya di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram, Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Senggigi di Lombok Barat dan kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara.

Awalnya pemulihan pariwisata NTB diperkirakan baru akan terjadi di awal 2019. Namun yang terjadi justru lebih cepat, karena memang tidak semua objek wisata terkena dampak gempa. Kendati terdampak gempa, objek wisata tiga gili ternyata relatif cepat pulih, bahkan nampak sejumlah wisatawan mancanegara ikut membantu warga memperbaiki rumah.

Farid mengakui dari beberapa tujuan utama yang ada, kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara yang dinilai paling cepat proses pemulihannya. Hal ini dipengaruhi banyak pelaku wisata di tiga Gili merupakan orang asing. Ditambah kawasan tiga Gili berdekatan dengan Bali, sehingga membantu proses pemulihan di wilayah itu.

Menurut dia, ini beda dengan Senggigi yang cenderung lebih lambat, karena memang segmen pasar Senggigi lebih kepada menengah ke atas. Beda dengan Trawangan yang menengah ke bawah.

Sementara itu, Kota Mataram, juga cepat proses pemulihan pariwisatanya, karena merupakan kawasan bisnis dan wisata "Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition" (MICE) di NTB. Begitu juga dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah yang tidak terlalu terdampak gempa.

Secara persentase rata-rata di kawasan Trawangan itu tingkat hunian hotel atau okupansinya mencapai 60 persen, Senggigi masih 20-25 persen dan Mandalika 60-70 persen.

Farid Said yang juga menjabat Wakil Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok ini mengakui cepatnya proses pemulihan pariwisata NTB tidak terlepas dari dukungan yang diberikan Kementerian Pariwisata dan komitmen Pemerintah Provinsi NTB, terutama dalam meyakinkan pasar bahwa Lombok aman dikunjungi, melalui acara table top di sejumlah daerah maupun luar negeri.

Selain itu NTB juga mendapat dukungan anggaran dalam proses pemulihan pariwisata NTB yang nilainya mencapai Rp20 miliar.

General Manager Fave Hotel Yono Sulistyo mengakui pemulihan pariwisata NTB, khususnya di Lombok cepat pascagempa beruntun. Hal ini ditandai dengan mulai meningkatnya okupansi hotel, khususnya di Kota Mataram.

Ia mengakui awal gempa memang ada penurunan, tetapi masuk September hunian kamar di Mataram sudah meningkat. Antara 60-70 persen peningkatannya.

Bahkan, ia memperkirakan pertumbuhan wisatawan akan terus meningkat menjelang akhir Tahun 2018. Karena banyak kegiatan MICE, khususnya kalangan pemerintahan yang menyelenggarakan kegiatan pada akhir tahun.(*)

 

Pewarta : Masnun Masud
Editor : Masnun
Copyright © ANTARA 2024