Sumbawa (ANTARA) - Bukit-bukit gundul di sepanjang perjalanan setelah keluar dari Pelabuhan Poto Tano menuju Kabupaten Dompu, menggelisahkan saya. Sangat menggelisahkan.

Bukit-bukit yang mestinya menyimpan potensi untuk kesejahteraan masyarakat, tidak boleh dibiarkan merana dengan tidak adanya pohon yang mengikat tanah dengan kontur miring dan tidak berpeneduh di atasnya.

Pada perjalanan pulang dari Dompu ke Pelabuhan Poto Tano, masih di Kabupaten Sumbawa, hujan turun. Jalan dipenuhi air berlumpur yang mengalir. Anak-anak bermain di tengah jalan karena sepi kendaraan. 

Melihat air kecoklatan itu, saya semakin beralasan bahwa bukit-bukit itu merupakan bom waktu. Jika sewaktu-waktu hujan lebat dalam durasi lama, tanah di bukit itu bisa longsor hingga membahayakan penduduk.
Selain itu, sangat mungkin sumber air di kawasan itu akan mati karena tidak ada pohon yang akarnya menyimpan air.

Dengan demikian, Pulau Sumbawa menyimpan dua potensi besar ancaman, yakni longsor dan krisis air, baik untuk konsumsi maupun pertanian.

Terlepas dari mengapa dan apa penyebab bukit itu gundul, hal yang pasti adalah perlunya intervensi. Tindakan itu diperlukan, entah dilakukan oleh siapapun, baik pemerintah maupun masyarakat.

Saya membayangkan ada anak muda asal Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, atau dari Dompu yang memiliki komitmen kuat dan kepedulian besar pada daerahnya. Apalagi, misalnya si anak muda itu sedang berada di bangku kuliah di Kota Mataram atau kota besar lainnya, kemudian pulang ke kampung halamannya. Pemuda itu mempelopori penanaman pohon di bukit-bukit, hingga kembali hijau dan rimbun dan menjadi hutan.

Kalau gerakan itu berhasil, katakanlah diawali dari satu bukit, maka sangat mungkin akan menginspirasi masyarakat lainnya yang berada di sekitar bukit-bukit untuk melakukan hal sama.

Jika kemudian gerakan menanam itu menjadi masif, Sumbawa kembali menghidupkan bukit menjadi hutan, alangkah indahnya. Satwa-satwa yang dulu pernah ada, mungkin sekarang tidak ada, akan terwujud.

Akan tetapi, itu hanya imajinasi saya untuk kebaikan saudara-saudaraku di Pulau Sumbawa.

Pemuda Sumbawa, pulaumu menunggu untuk dihijaukan. Pulanglah, tanam pohon di sana, mungkin satu hari satu pohon.

Kalau ada tokoh asal Pulau Sumbawa yang kini berpengaruh di level nasional, lakukan penghijauan. 

Pulau Sumbawa telah memberi kesempatan saya melewati jalanan berbukit ditingkahi suasana teluk di beberapa tikungan. 

Terima kasih mas Abdul Hakim dan seluruh staf di ANTARA Biro NTB, Ketua PWI NTB Pakji Nasaruddin Zein.

Terim kasih Sumbawa, maafkan aku hanya bisa khawatir atas keadaan bukit-bukitmu. I love you Sumbawa.

*) Penulis adalah Redaktur Karkhas Kantor Berita ANTARA

Pewarta : Masuki M Astro *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024