Mataram, (Antaranews NTB) - Rektor Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat Baiq Mulianah meminta Gubernur NTB H Zulkieflimansyah tidak terfokus pada program pengiriman mahasiswa ke luar negeri, tanpa adanya pembenahan pendidikan dasar dan menengah di daerah itu.
"Jangan hanya mengirim mahasiswa belajar ke luar negeri, benahi juga dari hulu. Benahi pendidikan dasar dan menengah, karena kalau kita benahi pendidikan dasar dan menengah, maka akses bisa dinikmati semua," ujarnya di Mataram, Rabu.
Ia menilai, saat ini masih banyak sekolah mulai dari tingkat dasar hingga menengah belum memiliki laboratorium bahasa.
Padahal, kata dia, untuk mengembangkan kemampuan bahasa, laboratorium tersebut sangat dibutuhkan untuk bisa menempuh jenjang yang lebih tinggi.
"Artinya pembenahan pendidikan dasar dan menengah harus sejalan dengan pendidikan tinggi," ucap Baiq Mulianah.
Dia mengakui sangat mengapresiasi program pengiriman mahasiswa yang kini tengah digalakkan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB itu.
Hanya saja, menurut Mulianah, agar program tersebut diketahui banyak orang dan tepat sasaran, pemerintah provinsi juga harus memberikan informasi secara transparan, sehingga dapat di akses masyarakat seluas-luasnya, termasuk saat proses seleksi penerimaan mahasiswa yang akan dikirim ke luar negeri.
"Mau ke Cheko, Polandia, China atau kemana saja silahkan, tetapi informasi itu penting, supaya masyarakat juga tahu dan memahami, ini proses yang harus dilakukan," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan agar gubernur tidak begitu saja melepas mahasiswa, begitu menuntaskan studinya mengabdi di Jakarta.
Seharusnya, kata dia, para mahasiswa yang telah menuntaskan kuliahnya itu diberikan akses untuk mengabdi di daerahnya.
"Kami memahami impian gubernur, ingin melihat anak-anak NTB begitu selesai kuliah bisa berkiprah di pentas nasional. Tapi perlu di ingat para mahasiswa ini dibiayai oleh APBD, setidaknya mereka juga harus berkontribusi kepada daerah," kata Mulianah.
Lebih lanjut, ia menyatakan tidak mempersoalkan negara tujuan pengiriman mahasiswa ke luar negeri, baik itu China, Cheko dan Polandia.
Sebab, kata dia, di negara maju tidak mempersoalkan suku, agama dan etnis seseorang.
Mulianah menyontohkan China, saat berkunjung ke negara itu, ia mengagumi kemajuan yang kini di alami China, termasuk dunia pendidikan di negara tersebut.
Karena itu ia menilai sangat tepat jika negara itu menjadi salah satu negara tujuan belajar bagi mahasiswa NTB, sebab bagaimana tidak saat berkunjung ke Provinsi Xicuan, yakni Universitas Xicuan telah memiliki program studi manajemen kebencanaan.
"Ini satu-satunya kampus yang ada di dunia memiliki program studi manajemen kebencanaan. Kalau dikaitkan dengan NTB ini sangat cocok, karena masyarakat sering dihadapkan pada bencana alam," katanya.
"Jangan hanya mengirim mahasiswa belajar ke luar negeri, benahi juga dari hulu. Benahi pendidikan dasar dan menengah, karena kalau kita benahi pendidikan dasar dan menengah, maka akses bisa dinikmati semua," ujarnya di Mataram, Rabu.
Ia menilai, saat ini masih banyak sekolah mulai dari tingkat dasar hingga menengah belum memiliki laboratorium bahasa.
Padahal, kata dia, untuk mengembangkan kemampuan bahasa, laboratorium tersebut sangat dibutuhkan untuk bisa menempuh jenjang yang lebih tinggi.
"Artinya pembenahan pendidikan dasar dan menengah harus sejalan dengan pendidikan tinggi," ucap Baiq Mulianah.
Dia mengakui sangat mengapresiasi program pengiriman mahasiswa yang kini tengah digalakkan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB itu.
Hanya saja, menurut Mulianah, agar program tersebut diketahui banyak orang dan tepat sasaran, pemerintah provinsi juga harus memberikan informasi secara transparan, sehingga dapat di akses masyarakat seluas-luasnya, termasuk saat proses seleksi penerimaan mahasiswa yang akan dikirim ke luar negeri.
"Mau ke Cheko, Polandia, China atau kemana saja silahkan, tetapi informasi itu penting, supaya masyarakat juga tahu dan memahami, ini proses yang harus dilakukan," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan agar gubernur tidak begitu saja melepas mahasiswa, begitu menuntaskan studinya mengabdi di Jakarta.
Seharusnya, kata dia, para mahasiswa yang telah menuntaskan kuliahnya itu diberikan akses untuk mengabdi di daerahnya.
"Kami memahami impian gubernur, ingin melihat anak-anak NTB begitu selesai kuliah bisa berkiprah di pentas nasional. Tapi perlu di ingat para mahasiswa ini dibiayai oleh APBD, setidaknya mereka juga harus berkontribusi kepada daerah," kata Mulianah.
Lebih lanjut, ia menyatakan tidak mempersoalkan negara tujuan pengiriman mahasiswa ke luar negeri, baik itu China, Cheko dan Polandia.
Sebab, kata dia, di negara maju tidak mempersoalkan suku, agama dan etnis seseorang.
Mulianah menyontohkan China, saat berkunjung ke negara itu, ia mengagumi kemajuan yang kini di alami China, termasuk dunia pendidikan di negara tersebut.
Karena itu ia menilai sangat tepat jika negara itu menjadi salah satu negara tujuan belajar bagi mahasiswa NTB, sebab bagaimana tidak saat berkunjung ke Provinsi Xicuan, yakni Universitas Xicuan telah memiliki program studi manajemen kebencanaan.
"Ini satu-satunya kampus yang ada di dunia memiliki program studi manajemen kebencanaan. Kalau dikaitkan dengan NTB ini sangat cocok, karena masyarakat sering dihadapkan pada bencana alam," katanya.