Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyoroti penguatan infrastruktur jembatan dan tanggul pembatas aliran sungai di daerah, karena masih banyak kasus kerusakan hingga hanyut akibat tak kuat menahan luapan arus aliran sungai setelah diguyur hujan intensitas tinggi dan berdurasi panjang.

“Setiap tahun pasti ada kerusakan itu dan meningkat dalam satu tahun terakhir yang masuk sebagai usulan infrastruktur dari hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana kepada BNPB,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring di Jakarta, Senin.

BNPB menerima permintaan rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap 17 jenis infrastruktur yang rusak dari sejumlah pemerintah daerah. Adapun kerusakan jembatan dan tanggul aliran sungai menjadi yang terbanyak.

Berdasarkan data BNPB pada tahun 2024, lanjutnya, tercatat 95  jembatan dan 26 tanggul sungai rusak . Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan periode 2019 – 2020 yang merupakan tahun dengan kategori kerusakan terbanyak. Pada tahun 2020 BNPB menerima usulan perbaikan sebanyak 33 jembatan rusak dan delapan tanggul rusak pada tahun 2019.

Baca juga: Sebanyak 629 karhutla terjadi di Indonesia sepanjang 2024

“Faktor umumnya jembatan yang rusak itu fondasinya ikut tergerus dan posisi badan jembatan sudah sama tinggi dengan air sungai yang meluap, sehingga menerima hantaman air yang daya dorongnya lebih besar,” kata dia.

Menurut dia, kondisi kerusakan jembatan tersebut didapati hampir di setiap daerah yang mengalami kerawanan banjir seperti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan sebagian besar daerah di Pulau Jawa.

Sementara untuk kerusakan tanggul, pihaknya mendapati tak sedikit yang masih dibangun menggunakan karung berisi tanah yang ditumpuk, seperti halnya tanggul Sungai Wulan di Demak, Jawa Tengah.

Baca juga: BNPB perluas wilayah jangkauan operasi modifikasi cuaca

BNPB mendapati tanggul tersebut mengalami dua kali jebol karena belum menggunakan konstruksi beton, sehingga air dengan mudah menggenangi pemukiman warga yang menyebabkan ribuan jiwa mengungsi dan bahkan melumpuhkan arus lalu lintas transportasi antar-provinsi di Jawa Tengah, karena jalan tergenang air mencapai lebih dari satu meter pada pertengahan tahun 2024.

Dengan demikian BNPB memberikan atensi khusus untuk mitigasi bencana hidrometeorologi basah pada tahun 2025 ini yakni dengan memastikan penguatan struktur bangunan jembatan eksisting di daerah rawan banjir, agar tahan jika terjadi banjir baik yang sifatnya hantaman arus secara langsung maupun erosi struktur fondasi, penguatan tanggul sungai eksisting di daerah rawan banjir agar lebih tahan dari luapan jika debit bertambah akibat curah hujan yang tinggi, dan revitalisasi tanggul sungai dan penguatan kebijakan tentang sempadan sungai.

“Tentu semua dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait khususnya pemerintah daerah karena membangun infrastruktur yang berorientasi pada kesiapan dan ketahanan menghadapi situasi bencana adalah salah satu poin dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” kata Abdul Muhari.


Pewarta : M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025