Mataram (Antaranews NTB) - Dua orang bocah di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat tersengat aliran listrik akibat tali kawat layang-layang yang putus dan tersangkut di jaringan listrik.
Satu korban dinyatakan meninggal dunia dan satu lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan informasi Apung, saksi mata di lapangan yang juga tetangga korban, kasus tersebut terjadi Senin (21/1) sekitar pukul 17.00 WIB di depan rumahnya yang beralamat di Parit Tengkorak, Sungai Raya.
"Bocah bersaudara tersebut memegang tali kawat layang-layang yang putus dan tersangkut di jaringan listrik. Hal itu menyebabkan kesetrum dan tidak sadarkan diri. Ibu korban lalu teriak meminta tolong," kata Apung di Pontianak, Senin.
Bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut dilarikan ke rumah sakit RS Kartika Husada. Satu dari dua bocah tersebut saat ini dinyatakan meninggal dunia dan satu korban lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Menaggapi persoalan layang-layang dan kaitannya dengan listrik tersebut, Manajer Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengatur Beban (UP3B) PLN Kalbar, Ricky Faizal mengatakan gangguan pasokan listrik di Kalbar mayoritas disebabkan dari permainan layang-layang.
"Kawat layang-layang merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan pasokan aliran listrik di Kota Pontianak dan sekitarnya. Berdasarkan data gangguan listrik yang berhasil kami catat sepanjang 2018 hingga Januari 2019 sekitar 90 persen gangguan listrik disebabkan oleh kawat layang-layang," ujarnya.
Ia menambahkan kawat permainan layang-layang mengancam kabel transmisi 150 kV Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan jaringan distribusi gardu ke gardu (TM) yang ada di pinggir jalan.
Kawat layang-layang yangg mengenai jaringan listrik PLN tersebut dapat menyebabkan terjadinya "korsleting" baik pada jaringan 20.000 volt maupun 150.000 volt.
"Dampaknya sangat berbahaya baik bagi keselamatan pekerja PLN yang sedang bekerja pada jaringan tersebut maupun di gardu induk, berbahaya bagi warga di sekitar jaringan yang terganggu, juga berbahaya terhadap instalasi listrik PLN," kata dia.
Dia mengatakan kawat layang-layang juga mengancam keselamatan warga yang berkendara dan kebetulan melintas di jalan raya.
Tidak terhitung berapa nilai kerugian materi dan non materi yang harus ditanggung hanya karena kurangnya kepedulian terhadap jaringan listrik, ujarnya. Bahkan sudah banyak korban jiwa akibat dari kawat layang-layang.
"Perlu perhatian serius semua pihak terutama aparat keamanan serta pemerintah terkait penindakan tegas pemain layang-layang yang sudah sangat meresahkan kita bersama. Apalagi Perda larangannya pun sudah lama ada," jelas dia.
Menurutnya, selama masih ada layang-layang mengudara di Kota Pontianak dan sekitarnya maka akan menurunkan keandalan pasokan listrik.
"Bermain layang-layang dengan kawat sudah menjadi tradisi warga Kota Pontianak dan sekitarnya, namun mengingat potensi bahaya dan akibatnya sebaiknya sudah semestinya warga bermain layang-layang dengan bijak, yaitu tidak menggunakan lagi benang kawat," jelas dia. (*)
Satu korban dinyatakan meninggal dunia dan satu lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan informasi Apung, saksi mata di lapangan yang juga tetangga korban, kasus tersebut terjadi Senin (21/1) sekitar pukul 17.00 WIB di depan rumahnya yang beralamat di Parit Tengkorak, Sungai Raya.
"Bocah bersaudara tersebut memegang tali kawat layang-layang yang putus dan tersangkut di jaringan listrik. Hal itu menyebabkan kesetrum dan tidak sadarkan diri. Ibu korban lalu teriak meminta tolong," kata Apung di Pontianak, Senin.
Bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut dilarikan ke rumah sakit RS Kartika Husada. Satu dari dua bocah tersebut saat ini dinyatakan meninggal dunia dan satu korban lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Menaggapi persoalan layang-layang dan kaitannya dengan listrik tersebut, Manajer Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengatur Beban (UP3B) PLN Kalbar, Ricky Faizal mengatakan gangguan pasokan listrik di Kalbar mayoritas disebabkan dari permainan layang-layang.
"Kawat layang-layang merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan pasokan aliran listrik di Kota Pontianak dan sekitarnya. Berdasarkan data gangguan listrik yang berhasil kami catat sepanjang 2018 hingga Januari 2019 sekitar 90 persen gangguan listrik disebabkan oleh kawat layang-layang," ujarnya.
Ia menambahkan kawat permainan layang-layang mengancam kabel transmisi 150 kV Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan jaringan distribusi gardu ke gardu (TM) yang ada di pinggir jalan.
Kawat layang-layang yangg mengenai jaringan listrik PLN tersebut dapat menyebabkan terjadinya "korsleting" baik pada jaringan 20.000 volt maupun 150.000 volt.
"Dampaknya sangat berbahaya baik bagi keselamatan pekerja PLN yang sedang bekerja pada jaringan tersebut maupun di gardu induk, berbahaya bagi warga di sekitar jaringan yang terganggu, juga berbahaya terhadap instalasi listrik PLN," kata dia.
Dia mengatakan kawat layang-layang juga mengancam keselamatan warga yang berkendara dan kebetulan melintas di jalan raya.
Tidak terhitung berapa nilai kerugian materi dan non materi yang harus ditanggung hanya karena kurangnya kepedulian terhadap jaringan listrik, ujarnya. Bahkan sudah banyak korban jiwa akibat dari kawat layang-layang.
"Perlu perhatian serius semua pihak terutama aparat keamanan serta pemerintah terkait penindakan tegas pemain layang-layang yang sudah sangat meresahkan kita bersama. Apalagi Perda larangannya pun sudah lama ada," jelas dia.
Menurutnya, selama masih ada layang-layang mengudara di Kota Pontianak dan sekitarnya maka akan menurunkan keandalan pasokan listrik.
"Bermain layang-layang dengan kawat sudah menjadi tradisi warga Kota Pontianak dan sekitarnya, namun mengingat potensi bahaya dan akibatnya sebaiknya sudah semestinya warga bermain layang-layang dengan bijak, yaitu tidak menggunakan lagi benang kawat," jelas dia. (*)