Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani atau NTP di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kenaikan 1,94 persen pada Maret 2025 menjadi sebesar 124,99 poin bila dibandingkan NTP bulan sebelumnya.
Kepala BPS NTB Wahyudin, di Mataram, Selasa, mengatakan NTP adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan para petani.
"Nilai Tukar Petani pada Maret ada kenaikan dibandingkan Februari 2025 sebesar 1,94 persen," ujarnya.
Wahyudin menuturkan NTP dibentuk oleh dua angka indeks berupa indeks harga yang dibayar petani dan indeks harga yang diterima oleh petani.
Apabila indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayarkan petani, maka itu menandakan bahwa ada keuntungan bagi para petani.
Pada Maret 2025, indeks harga yang diterima petani sebesar 152,81 poin atau naik 3,21 persen ketimbang bulan sebelumnya. Komoditas penyumbang adalah bawang merah, gabah, cabai rawit, jagung, dan sapi potong.
Sedangkan indeks harga yang dibayar petani tercatat berada pada angka 122,26 poin atau meningkat sebesar 1,24 persen dibandingkan Februari 2025. Komoditas yang menyumbang kenaikan indeks tersebut adalah tarif listrik, cabai rawit, bawang merah, beras, dan kangkung.
"Petani juga butuh beras, cabai rawit, penerangan (listrik), kangkung untuk plecing (lauk lokal), dan juga bawang merah," kata Wahyudin.
Lebih lanjut dia menyampaikan dari lima subsektor nilai tukar petani hanya subsektor perikanan yang mengalami penurunan.
Baca juga: BPS bina aparatur desa di NTB agar melek data
Meski NTP perikanan mengalami penurunan sebesar minus 2,40 persen menjadi 104,96 poin, tetapi angka itu masih berada di atas angka 100 poin yang berarti nilai diterima masih lebih besar daripada nilai yang dikeluarkan oleh petani.
Baca juga: Ekonom patok proyeksi inflasi 2,38 persen tahun ini
Petani menanam padi di area persawahan Kelurahan Ketami, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (5/3/2025). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/nym.
Adapun subsektor NTP di NTB yang mencatatkan kenaikan paling tinggi adalah hortikultura sebesar 11,57 persen yang membuat nilai tukar melesat dari 196,52 poin menjadi 219,24 poin. Kenaikan NTP hortikultura disebabkan oleh melambungnya harga cabai yang terjadi menjelang Ramadhan.