Mataram (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pembekalan kepada sebanyak 500 mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Nusa Tenggara Barat melalui seminar nasional tentang teknologi finansial (fintech) yang digelar di Universitas Mataram.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Financial Technology OJK, Munawar Kasan di Mataram, Selasa menjelaskan tujuan pemberian edukasi tersebut agar para mahasiswa di NTB, dan dosen lebih memahami tentang teknologi finansial kemudian menginformasikan kembali kepada masyarakat luas.
"Kalaupun mereka tidak menggunakan produk fintech, baik untuk pinjaman atau memberi pinjaman, setidaknya mereka menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat," katanya.
Menurut dia, perkembangan teknologi finansial sangat cepat. Jika tidak diimbangi dengan edukasi yang mencukupi, dikhawatirkan keberadaan teknologi finansial tersebut kurang optimal bagi masyarakat di Indonesia.
Untuk itu, OJK juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat sebagai upaya melawan informasi negatif akibat munculnya berbagai jenis teknologi finansial ilegal.
Dia menyebutkan jumlah fintech yang resmi hanya 99 perusahaan, sedangkan ilegal yang terdeteksi sebanyak 803 perusahaan dan sudah ditutup semua oleh Satuan Tugas Waspada Investasi.
"Tapi kemungkinan masih banyak yang belum terdeteksi di dunia maya dan menawarkan iming-iming dengan berbagai kemudahan tapi tidak bisa dijamin keamanannya," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia berharap kepada para mahasiswa yang punya jaringan banyak untuk menyebarkan informasi yang benar tentang teknologi finansial kepada teman-temannya, keluarga dan masyarakat luas.
"Posisi strategis mahasiswa itulah yang kita manfaatkan, termasuk mahasiswa dan dosen Unram. Mudah-mudahan para dosen juga tidak lupa menyampaikan informasi saat mengajar tentang bagaimana memanfaatkan teknologi finansial dan paham, mana yang resmi dan ilegal," katanya.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Dr Muaidy Yasin, mengapresiasi upaya edukasi tentang perkembangan teknologi finansial yang diberikan langsung oleh para ahli dari OJK Pusat. Upaya tersebut tentu bermanfaat dan meningkatkan literasi mahasiswa tentang keuangan secara daring (online) yang terus berkembang.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Financial Technology OJK, Munawar Kasan di Mataram, Selasa menjelaskan tujuan pemberian edukasi tersebut agar para mahasiswa di NTB, dan dosen lebih memahami tentang teknologi finansial kemudian menginformasikan kembali kepada masyarakat luas.
"Kalaupun mereka tidak menggunakan produk fintech, baik untuk pinjaman atau memberi pinjaman, setidaknya mereka menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat," katanya.
Menurut dia, perkembangan teknologi finansial sangat cepat. Jika tidak diimbangi dengan edukasi yang mencukupi, dikhawatirkan keberadaan teknologi finansial tersebut kurang optimal bagi masyarakat di Indonesia.
Untuk itu, OJK juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat sebagai upaya melawan informasi negatif akibat munculnya berbagai jenis teknologi finansial ilegal.
Dia menyebutkan jumlah fintech yang resmi hanya 99 perusahaan, sedangkan ilegal yang terdeteksi sebanyak 803 perusahaan dan sudah ditutup semua oleh Satuan Tugas Waspada Investasi.
"Tapi kemungkinan masih banyak yang belum terdeteksi di dunia maya dan menawarkan iming-iming dengan berbagai kemudahan tapi tidak bisa dijamin keamanannya," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia berharap kepada para mahasiswa yang punya jaringan banyak untuk menyebarkan informasi yang benar tentang teknologi finansial kepada teman-temannya, keluarga dan masyarakat luas.
"Posisi strategis mahasiswa itulah yang kita manfaatkan, termasuk mahasiswa dan dosen Unram. Mudah-mudahan para dosen juga tidak lupa menyampaikan informasi saat mengajar tentang bagaimana memanfaatkan teknologi finansial dan paham, mana yang resmi dan ilegal," katanya.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Dr Muaidy Yasin, mengapresiasi upaya edukasi tentang perkembangan teknologi finansial yang diberikan langsung oleh para ahli dari OJK Pusat. Upaya tersebut tentu bermanfaat dan meningkatkan literasi mahasiswa tentang keuangan secara daring (online) yang terus berkembang.