Mataram (ANTARA) - Di tengah perubahan global yang semakin cepat, peran anak muda dalam diplomasi ekonomi kini tampil semakin nyata. Mereka bukan lagi sekadar penerus generasi sebelumnya, melainkan aktor utama yang menghubungkan ide, teknologi, dan modal lintas negara.
Di tangan mereka, diplomasi tidak hanya berbicara tentang politik dan protokol, tetapi juga tentang kepercayaan, nilai keberlanjutan, dan masa depan yang lebih hijau.
Semangat itu kini mulai berdenyut di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam momentum Hari Sumpah Pemuda, Gubernur Lalu Muhamad Iqbal membuka dialog investasi internasional dengan tiga negara sahabat--Palestina, Suriah, dan Azerbaijan--sembari menegaskan pesan bahwa NTB adalah milik anak muda. Sebuah pernyataan sederhana, tetapi bermakna strategis: masa depan daerah harus dibangun dengan energi dan visi generasi muda.
Pertemuan dengan para duta besar itu bukan sekadar seremoni diplomatik. Di baliknya, tersimpan gagasan besar tentang kolaborasi lintas sektor mulai dari ekonomi, pertanian, pariwisata, hingga pendidikan kedokteran.
Suriah dikenal dengan keunggulan pendidikan dan budaya, Azerbaijan menjadi contoh pengelolaan energi modern, sementara Palestina membawa semangat solidaritas yang universal. Semua itu membuka ruang baru bagi NTB untuk menata diplomasi ekonomi yang lebih berkarakter dan manusiawi.
Capaian investasi NTB hingga triwulan III-2025 yang telah menembus Rp48,99 triliun menunjukkan geliat ekonomi yang kuat. Namun, di balik angka-angka itu, tersisa pekerjaan besar, yakni memperkuat infrastruktur dasar, memperjelas regulasi, dan mengatasi persoalan penguasaan lahan di kawasan konservasi. Tanpa kesiapan di tingkat lokal, arus investasi besar bisa berhenti di meja birokrasi, tanpa manfaat nyata bagi masyarakat.
Karena itu, tawaran investasi global perlu diimbangi dengan kesiapan lokal. Bukan hanya dengan membangun jalan dan jaringan listrik, tetapi juga menyiapkan regulasi yang bersih, sumber daya manusia yang kompeten, serta budaya inovasi yang tumbuh dari akar masyarakat. Di titik inilah, peran anak muda menjadi krusial.
Generasi muda NTB kini menjadi motor ekonomi kreatif dan pariwisata--dua sektor yang terbukti paling tangguh dan berkelanjutan. Bila mereka diberi ruang untuk bereksperimen dan berkolaborasi, lahir berbagai inovasi baru mulai dari start-up wisata, platform pertanian digital, hingga sistem pemasaran global berbasis teknologi.
Namun semua itu menuntut keberanian politik dan kebijakan konkret. Anak muda harus dilibatkan secara nyata melalui pelatihan, inkubasi bisnis, dan kemitraan investasi. Tanpa ruang partisipasi yang jelas, peluang besar dari luar negeri bisa berubah menjadi ketergantungan baru terhadap modal asing.
Ke depan, NTB membutuhkan ekosistem yang menjembatani diplomasi dan pemberdayaan. Sebuah wadah seperti Youth NTB Innovation Hub dapat menjadi ruang kolaborasi antara anak muda, investor, dan sektor prioritas daerah. Di sana, gagasan tidak berhenti sebagai wacana, tetapi tumbuh menjadi proyek nyata yang berdampak sosial dan ekonomi.
Selain itu, setiap investasi perlu disertai kajian dampak sosial yang transparan agar publik dapat menilai manfaatnya secara langsung. Investasi bukan sekadar angka, tetapi juga kepercayaan. Dan kepercayaan hanya bisa tumbuh bila pemerintah menjamin tata kelola yang bersih, inklusif, dan berkeadilan.
Diplomasi investasi global akan bermakna bila menjadi jembatan menuju kemandirian, bukan ketergantungan. Saat anak muda NTB menyadari bahwa tanah kelahirannya bukan hanya rumah, tetapi juga panggung dunia tempat mereka berkarya, maka arah pembangunan daerah akan menemukan fondasi terkuatnya, yaitu keberanian, kepercayaan, dan kebanggaan.
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Membangun ulang harapan di Tanah Wera-Ambalawi
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Desa berdaya dan janji kemandirian NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menata arah hijau NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Gili Gede, Ujian serius pariwisata berkelanjutan di NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - NTB dan masa depan di balik gudang jagung