Jakarta (ANTARA) - Sutradara dan kreator konten Chandra Liow menilai skala kemegahan adegan film Avatar: Fire and Ash garapan James Cameron telah melampaui ekspektasinya terhadap film fantasi tersebut.
"Gua akan 'point out' (menyoroti) 'scale' atau skala, kenapa, karena grande banget skala adegannya, gitu loh. Kita enggak bicara cuma 1-2 orang berantem, 3-4 orang berantem, gitu. Kita bicara perang, perang, gitu loh," kata Chandra saat ditemui di gala perdana film tersebut di bioskop kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa.
Menurut Chandra, Avatar: Fire and Ash menawarkan pengalaman menonton film fantasi terbaik yang ia rasakan tahun ini.
Baginya, kombinasi visual, sound design, action, dan skala adegan yang melampaui ekspektasi itu membuat pengalaman menonton Avatar kali ini menjadi lengkap dan membuatnya tidak ingin berhenti menonton, meski sudah tiga jam di dalam bioskop.
"Gara-gara mungkin kita lagi di tahun di mana kita melihat banyak sekali masalah dan problem di dunia realitas kita. Dengan menonton Avatar, kita diajak 'terjun ke dunia yang bener-bener enggak akan lu bisa imajinasiin' yaitu dunia Pandora, yang ditampilkan secara 'full' di muka kita," kata Chandra.
Baca juga: Film "Avatar: Fire and Ash" segera tayang di bioskop
Dia menambahkan,"Terus rasanya pingin kabur ke dunia yang lain, ya kan? Dan film adalah satu jembatan yang akan lu kabur, lu escape from reality gitu dengan nonton film. Dan lu akan 1000 persen kabur dari realita dengan nonton film Avatar. Enggak pingin berhenti nonton jadinya, gitu."
Chandra tampak kaget ketika diklarifikasi tentang informasi bahwa proses syuting "Avatar: Fire and Ash" dilakukan di Selandia Baru sekitar 18 bulan.
"[Shooting-nya di Selandia Baru] What? Gue enggak tahu. Gue enggak tahu. Maksudnya ada beberapa yang practical effect-nya kelihatan, jadi gue yakin tuh kayak ini bikinan studio, gitu loh. Mereka syuting asli ya? Wah, pantasan berasa kayak, oh ini nih riil nih, gitu loh," kata Chandra.
Proses syuting “Avatar: The Way of Water” dan “Avatar: Fire and Ash” dimulai sejak September 2017 dan berlangsung selama 18 bulan. Seperti film-film sebelumnya, “Avatar: Fire and Ash” diproduksi di Selandia Baru dengan melibatkan lebih dari 1.500 kru.
Sutradara, penulis, dan produser James Cameron menegaskan bahwa film-film Avatar dibuat oleh tim berbakat, terutama para aktor yang memainkan setiap adegan secara nyata.
Setelah rangkaian pengambilan gambar virtual selesai disusun, seluruh adegan serta penampilan para aktor diteruskan ke tim ahli Wētā FX di Selandia Baru, studio pemenang Academy Award, yang mengerjakan total 3.382 shot visual efek untuk film ini dengan produser VFX Nicky Muir (“Black Panther: Wakanda Forever”).
Proses produksi film juga turut diperkuat oleh sineas-sineas berbakat yang kembali bekerja sama dengan James Cameron, termasuk sinematografer pemenang Oscar Russell Carpenter (“Titanic”); desainer produksi Dylan Cole (“Maleficent”); editor Stephen Rivkin (“Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest”); senior visual effects supervisor peraih lima Academy Award Joe Letteri (“King Kong”, “The Lord of the Rings: The Return of the King”); serta komposer pemenang GRAMMY Simon Franglen (“Titanic”).
Disutradarai oleh James Cameron dengan naskah garapan James Cameron, Rick Jaffa, dan Amanda Silver, serta cerita yang dikembangkan bersama Josh Friedman dan Shane Salerno, “Avatar: Fire and Ash” kembali dibintangi deretan bintang papan atas seperti Sam Worthington, Zoe Saldaña, Sigourney Weaver, Stephen Lang, Oona Chaplin, Cliff Curtis, Jemaine Clement, Giovanni Ribisi, hingga Kate Winslet.
Baca juga: Avatar: The Last Airbender sudah tayang, harus nonton!