Mataram (ANTARA) - "Om mau difoto...Om mau difoto, bantu-bantu Om buat jajan sekolah," demikian celotehan dua bocah di Pantai Tanjung Aan, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat siang itu.
Dengan "pede"-nya, mereka menawarkan bukan kepada turis nusantara saja, namun juga berani menawarkan kepada turis asing.
Tapi eits, jangan salah, foto yang mereka tawarkan itu, bukanlah foto yang diambil dari kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) atau mirrorless yang saat ini tengah tren milik mereka, tapi dari telepon selular pengunjung sendiri yang ingin difoto.
Difoto dengan latar belakang biru muda dan biru mudanya air laut berpadu dengan pasir putih serta langit biru nan bersih. Mau gaya apa? Silakan sesuai dengan pengunjung inginkan. Apakah dengan melompat sembari tangan dan kaki direntangkan atau seolah-olah tengah mendorong pulau.
Jepretttt, hasilnya dipastikan tokcer sembari bocah itu telungkup atau duduk bersila sembari badannya dimiringkan untuk mengambil gambar. Satu bocah lainnya, sibuk mengarahkan gaya si foto model dadakan itu.
Hasilnya akan menggelengkan kepala saat melihat karya mereka. Menggelengkan kepala di sini, adalah takjub. Bagaimana bisa seorang bocah pantai bisa mengambil pose yang benar-benar luar biasa itu.
Bahkan, pose hasil jepretan mereka bisa membuat terperangah. Mereka bisa memadukan satu orang objek di satu frame seolah-olah bertolak belakang. Begitulah bocah "fotografer" dadakan yang ada di Pantai Tanjung Aan yang memiliki keindahan alam yang tiada duanya itu.
Tentunya terpikirkan dari mana sih mereka bisa belajar memotret dengan menggunakan telepon pintar itu dengan berbagai gaya atau pose tersebut.
Gaya Nur Irfansyah saat mengambil gambar
Hasil jepretan orang mendorong pulau
"Kami sekitar tiga tahun lalu diajarkan oleh salah seorang turis untuk mengambil foto menggunakan HP (Handphone)," kata Nur Irfansyah (13), siswa kelas 1 MTs Negeri 3 Lombok Tengah.
Setelah mendapat pelajaran tentang teknik mengambil foto itu dari turis yang kebetulan tengah melancong ke pantai setempat, mereka menjadi percaya diri dan berani menawarkan jasa memotret kepada pengunjung yang datang ke objek wisata bahari tersebut.
Pengunjung tinggal membuka aplikasi kamera dari telepon genggamnya, kemudian bocah itu tinggal menjepretnya.
Bagi bocah yang akrab dipanggil Irfan itu, keahliannya cukup lumayan untuk menambah biaya atau membeli peralatan sekolah.
"Saya setiap hari selepas sekolah memang sengaja datang ke pantai. Apalagi pada Sabtu dan Minggu," kata dia.
Dia mengaku tidak mematok harga bagi pengunjung yang ingin difoto alias seikhlasnya saja.
Kadang-kadang ada pengunjung yang memberi Irfan uang Rp20 ribu, Rp50 ribu, bahkan sampai ada yang memberikan Rp100 ribu atas jasanya itu.
Namun, uang itu tidak diambil oleh Irfan sendiri. Uang itu dibagi dengan rekannya yang lain yang bertugas sebagai "penata gerak" si klien yang ingin dijepret foto oleh mereka.
Saat Antara tengah berbicara dengan Irfan, tidak lama kemudian muncul rekannya, Wildan (13) yang dipanggil rekan-rekannya sebagai Tompel.
Ia membenarkan bahwa keahlian memotret itu didapat dari turis yang tengah berwisata ke Tanjung Aan.
"Kami diajarkan, kemudian ilmunya dibagi ke rekan-rekannya yang lain," katanya.
Selain memfoto pengunjung, Wildan juga menjual gantungan kunci kepada setiap pengunjung.
"Lumayanlah buat menambah uang jajan sekolah," katanya sembari mengelap mukanya yang gosong karena terlalu sering berjemur di pantai.
Putra, bocah lainnya yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, bertutur jika saja ada yang mengajarinya memotret dengan menggunakan kamera, dirinya optimistis hasilnya akan lebih luar biasa.
Sekarang saja, kata dia, dengan foto telepon seluler hasilnya terbilang bagus, apalagi dengan kamera sungguhan.
"Saya sih mau saja kalau ada yang mengajarkan kamera sungguhan serta diberikan. Kami akan memanfaatkannya untuk mencari uang," katanya dengan mimik terlihat lucu.
Pantai Tanjung Aan menjadi salah satu destinasi wisata bahari yang banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Objek wisata itu, memiliki keindahan alam yang tiada duanya dibandingkan dengan objek wisata lainnya di Tanah Air, seperti airnya yang tenang serta jernih.
Pantainya yang berpasir putih halus bahkan ada juga yang seperti merica, dengan di sayap kiri dan kanan berbukit-bukit yang dikenal sebagai Bukit Merese.
Bagi yang hobi surfing, pengunjung bisa menggunakan tidak jauh dari pantai di sisi kirinya. Ombak bisa untuk berlatih surfing bagi surfers pemula.
Bahkan, Pantai Tanjung sempat naik daun pamornya saat banyak viral foto Pantai Batu Payung. Namun, sayangnya Batu Payung itu telah roboh karena faktor alam sejak satu pekan lalu.
Lokasi Pantai Tanjung Aan itu tidak jauh dari objek wisata Pantai Kuta Mandalika yang menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Bahkan, di dekat pantai itu akan dijadikan lokasi pacuan MotoGP pada 2021.
Melihat potensi bocah itu, tidak salahnya apabila pemerintah daerah yang menangani pariwisata atau pelaku usaha wisata, bisa melirik potensi bocah-bocah tersebut untuk dibina dalam dunia fotografi.
Jika mereka telah dibina secara tidak langsung akan meningkatkan citra objek wisata itu, bahkan bisa memperkenalkannya ke tingkat nasional maupun internasional.
Nah tunggu apalagi, kegiatan mereka sudah positif dengan hasil karyanya, tinggal menunggu kepedulian dari pemerintah maupun pelaku pariwisata setempat lainnya.
Nantinya, bocah-bocah itu tidak menutup kemungkinan akan menjadi fotografer andal, yang bisa mengharumkan nama Lombok Tengah, khususnya.
Dengan "pede"-nya, mereka menawarkan bukan kepada turis nusantara saja, namun juga berani menawarkan kepada turis asing.
Tapi eits, jangan salah, foto yang mereka tawarkan itu, bukanlah foto yang diambil dari kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) atau mirrorless yang saat ini tengah tren milik mereka, tapi dari telepon selular pengunjung sendiri yang ingin difoto.
Difoto dengan latar belakang biru muda dan biru mudanya air laut berpadu dengan pasir putih serta langit biru nan bersih. Mau gaya apa? Silakan sesuai dengan pengunjung inginkan. Apakah dengan melompat sembari tangan dan kaki direntangkan atau seolah-olah tengah mendorong pulau.
Jepretttt, hasilnya dipastikan tokcer sembari bocah itu telungkup atau duduk bersila sembari badannya dimiringkan untuk mengambil gambar. Satu bocah lainnya, sibuk mengarahkan gaya si foto model dadakan itu.
Hasilnya akan menggelengkan kepala saat melihat karya mereka. Menggelengkan kepala di sini, adalah takjub. Bagaimana bisa seorang bocah pantai bisa mengambil pose yang benar-benar luar biasa itu.
Bahkan, pose hasil jepretan mereka bisa membuat terperangah. Mereka bisa memadukan satu orang objek di satu frame seolah-olah bertolak belakang. Begitulah bocah "fotografer" dadakan yang ada di Pantai Tanjung Aan yang memiliki keindahan alam yang tiada duanya itu.
Tentunya terpikirkan dari mana sih mereka bisa belajar memotret dengan menggunakan telepon pintar itu dengan berbagai gaya atau pose tersebut.
"Kami sekitar tiga tahun lalu diajarkan oleh salah seorang turis untuk mengambil foto menggunakan HP (Handphone)," kata Nur Irfansyah (13), siswa kelas 1 MTs Negeri 3 Lombok Tengah.
Setelah mendapat pelajaran tentang teknik mengambil foto itu dari turis yang kebetulan tengah melancong ke pantai setempat, mereka menjadi percaya diri dan berani menawarkan jasa memotret kepada pengunjung yang datang ke objek wisata bahari tersebut.
Pengunjung tinggal membuka aplikasi kamera dari telepon genggamnya, kemudian bocah itu tinggal menjepretnya.
Bagi bocah yang akrab dipanggil Irfan itu, keahliannya cukup lumayan untuk menambah biaya atau membeli peralatan sekolah.
"Saya setiap hari selepas sekolah memang sengaja datang ke pantai. Apalagi pada Sabtu dan Minggu," kata dia.
Dia mengaku tidak mematok harga bagi pengunjung yang ingin difoto alias seikhlasnya saja.
Kadang-kadang ada pengunjung yang memberi Irfan uang Rp20 ribu, Rp50 ribu, bahkan sampai ada yang memberikan Rp100 ribu atas jasanya itu.
Namun, uang itu tidak diambil oleh Irfan sendiri. Uang itu dibagi dengan rekannya yang lain yang bertugas sebagai "penata gerak" si klien yang ingin dijepret foto oleh mereka.
Saat Antara tengah berbicara dengan Irfan, tidak lama kemudian muncul rekannya, Wildan (13) yang dipanggil rekan-rekannya sebagai Tompel.
Ia membenarkan bahwa keahlian memotret itu didapat dari turis yang tengah berwisata ke Tanjung Aan.
"Kami diajarkan, kemudian ilmunya dibagi ke rekan-rekannya yang lain," katanya.
Selain memfoto pengunjung, Wildan juga menjual gantungan kunci kepada setiap pengunjung.
"Lumayanlah buat menambah uang jajan sekolah," katanya sembari mengelap mukanya yang gosong karena terlalu sering berjemur di pantai.
Putra, bocah lainnya yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, bertutur jika saja ada yang mengajarinya memotret dengan menggunakan kamera, dirinya optimistis hasilnya akan lebih luar biasa.
Sekarang saja, kata dia, dengan foto telepon seluler hasilnya terbilang bagus, apalagi dengan kamera sungguhan.
"Saya sih mau saja kalau ada yang mengajarkan kamera sungguhan serta diberikan. Kami akan memanfaatkannya untuk mencari uang," katanya dengan mimik terlihat lucu.
Pantai Tanjung Aan menjadi salah satu destinasi wisata bahari yang banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Objek wisata itu, memiliki keindahan alam yang tiada duanya dibandingkan dengan objek wisata lainnya di Tanah Air, seperti airnya yang tenang serta jernih.
Pantainya yang berpasir putih halus bahkan ada juga yang seperti merica, dengan di sayap kiri dan kanan berbukit-bukit yang dikenal sebagai Bukit Merese.
Bagi yang hobi surfing, pengunjung bisa menggunakan tidak jauh dari pantai di sisi kirinya. Ombak bisa untuk berlatih surfing bagi surfers pemula.
Bahkan, Pantai Tanjung sempat naik daun pamornya saat banyak viral foto Pantai Batu Payung. Namun, sayangnya Batu Payung itu telah roboh karena faktor alam sejak satu pekan lalu.
Lokasi Pantai Tanjung Aan itu tidak jauh dari objek wisata Pantai Kuta Mandalika yang menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Bahkan, di dekat pantai itu akan dijadikan lokasi pacuan MotoGP pada 2021.
Melihat potensi bocah itu, tidak salahnya apabila pemerintah daerah yang menangani pariwisata atau pelaku usaha wisata, bisa melirik potensi bocah-bocah tersebut untuk dibina dalam dunia fotografi.
Jika mereka telah dibina secara tidak langsung akan meningkatkan citra objek wisata itu, bahkan bisa memperkenalkannya ke tingkat nasional maupun internasional.
Nah tunggu apalagi, kegiatan mereka sudah positif dengan hasil karyanya, tinggal menunggu kepedulian dari pemerintah maupun pelaku pariwisata setempat lainnya.
Nantinya, bocah-bocah itu tidak menutup kemungkinan akan menjadi fotografer andal, yang bisa mengharumkan nama Lombok Tengah, khususnya.