Mataram (ANTARA) - Facebook mengumumkan mereka akan membuat mata uang kripto Libra pada 2020 mendatang, diperkirakan Libra tidak akan seberat pendahulunya Bitcoin.
Libra belum meluncur sehingga berapa besar daya yang dikonsumsi belum diketahui, namun, desain Libra yang lebih tersentralisasi dibandingkan kebanyakan mata uang kripto, diperkirakan akan mengonsumsi lebih sedikit energi, seperti dikutip dari The Verge.
Hanya anggota-anggota terpilih dari Libra Association, hub sentral mata uang tersebut, yang dapat membuat Libra.
"Sistem ini lebih efisien dari Bitcoin," kata peneliti blockchain di Technical University of Munich, Ulrich Gallersdorfer.
Bitcoin memerlukan banyak energi karena sangat banyak orang yang ingin memiliki mata uang tersebut, akibatnya mereka harus berkompetisi. Penambangan atau mining Bitcoin perlu daya komputasi dalam jumlah yang sangat besar hanya untuk membuat satu koin.
Mining Bitcoin dilakukan secara terus menerus dan harus memecahkan problem kompleks dalam waktu yang bersamaan. Peneliti pada 2018 pernah menaksir Bitcoin menghabiskan energi yang sama dengan Irlandia.
Kebalikan dengan Libra, algoritme mata uang kripto proporsional dengan deposit awal yang masuk ke sistem. Cara kerja Libra diperkirakan mirip dengan data center biasa.
"Facebook atau perusahaan lain harus membangun server, menjalankan software, memvalidasi transaksi. Tapi, cara seperti itu tidak berbeda dengan menjalankan layanan regulerdi Facebook.com ata WhatsApp," kata Gallersdorfer.
Baca juga: Bitcoin bertahan di atas 7.000 dolar setelah capai tertinggi 9-bulan
Baca juga: Facebook kembangkan mata uang kripto untuk transfer lewat WhatsApp?
Baca juga: Sebelum beli Bitcoin perhatikan hal ini
Libra belum meluncur sehingga berapa besar daya yang dikonsumsi belum diketahui, namun, desain Libra yang lebih tersentralisasi dibandingkan kebanyakan mata uang kripto, diperkirakan akan mengonsumsi lebih sedikit energi, seperti dikutip dari The Verge.
Hanya anggota-anggota terpilih dari Libra Association, hub sentral mata uang tersebut, yang dapat membuat Libra.
"Sistem ini lebih efisien dari Bitcoin," kata peneliti blockchain di Technical University of Munich, Ulrich Gallersdorfer.
Bitcoin memerlukan banyak energi karena sangat banyak orang yang ingin memiliki mata uang tersebut, akibatnya mereka harus berkompetisi. Penambangan atau mining Bitcoin perlu daya komputasi dalam jumlah yang sangat besar hanya untuk membuat satu koin.
Mining Bitcoin dilakukan secara terus menerus dan harus memecahkan problem kompleks dalam waktu yang bersamaan. Peneliti pada 2018 pernah menaksir Bitcoin menghabiskan energi yang sama dengan Irlandia.
Kebalikan dengan Libra, algoritme mata uang kripto proporsional dengan deposit awal yang masuk ke sistem. Cara kerja Libra diperkirakan mirip dengan data center biasa.
"Facebook atau perusahaan lain harus membangun server, menjalankan software, memvalidasi transaksi. Tapi, cara seperti itu tidak berbeda dengan menjalankan layanan regulerdi Facebook.com ata WhatsApp," kata Gallersdorfer.
Baca juga: Bitcoin bertahan di atas 7.000 dolar setelah capai tertinggi 9-bulan
Baca juga: Facebook kembangkan mata uang kripto untuk transfer lewat WhatsApp?
Baca juga: Sebelum beli Bitcoin perhatikan hal ini