Obesitas anak cenderung meningkat di Indonesia

Senin, 5 Agustus 2019 14:33 WIB

Mataram (ANTARA) - Masalah kegemukan akibat kelebihan gizi di Indonesia cenderung meningkat menurut Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan Indonesia).

"Kegemukan di Indonesia saat ini trennya naik hingga 18 persen, sedangkan di negara lain ada yang 40 sampai 50 persen, di Malaysia sendiri peningkatan juga luar biasa," kata Prof Dr Hardinsyah MS, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia sekaligus Ketua Asian Congress of Nutrition 2019 di Bali, Senin.

Masalah kegemukan, ia mengatakan, menurut hasil penelitian mencakup warga dengan rentang usia dewasa, remaja, hingga anak-anak. Ia menambahkan bahwa 10 persen dari kasus kelebihan gizi ditemukan pada anak berusia di bawah lima tahun.

Hardiansyah menjelaskan bahwa masalah gizi tersebut utamanya terjadi karena konsumsi makanan yang tidak dikelola secara baik, aktivitas fisik rendah, istirahat kurang atau berlebihan, serta stres.

"Orang enggak bisa berubah perilaku makannya kalau pikiran dan perasaan enggak dikelola dengan baik," ia menambahkan.

Guna menekan masalah akibat kelebihan gizi, menurut dia, pemerintah bisa menerapkan regulasi yang ditujukan untuk mengatur konsumsi dan aktivitas siswa sekolah, menggerakkan warga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menyediakan akses yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

"Akses untuk berjalan kaki lebih diberikan kesempatan, nah itu juga kan masuk tata kelola umum. Bisa jadi karena instan semua, menyebabkan orang jadi malas berjalan," katanya.

Ia juga mengatakan untuk saat ini belum ditemukan adanya penelitian terkait dengan aplikasi online sebagai pemicu bertambahkan jumlah masalah kegemukan di Indonesia. Menurut dia, dengan maraknya pelayanan yang instan menyebabkan aktivitas bergerak jadi berkurang, dan aktivitas lainnya jadi lebih instan.

"Saat ini belum ada penelitiannya, tapi menurut saya, kalau banyak yang punya gadget dan juga duit bagi masyarakat menengah ke atas pasti dampaknya ya geraknya akan berkurang, agak malas memasak makanan," ia menambahkan.

Ia menjelaskan bahwa orang yang mengalami kegemukan organ tubuhnya berisiko tertimbun lemak dan timbunan lemak pada organ tubuh penting seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru, dan pankreas lama kelamaan bisa merusak organ.

"Apabila bertahun-tahun dibiarkan seperti itu, tidak ada olahraga atau perubahan pola makan, akan menyebabkan gampangnya gula naik, hipertensi, hiperglukemia, hiperkolesterol, enggak lama jadi diabetes. Nah kalau sudah luka enggak sembuh, lama kelamaan akan beresiko serangan jantung, tergantung lagi rajin enggaknya olahraganya," katanya.

Pewarta : Antara
Editor : Ihsan Priadi
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Pelatih sebut pentingnya antisipasi ganda putra Thailand

28 April 2024 17:23 Wib

Penerima pinjaman modal Perusda Sumbawa Barat divonis enam tahun penjara

24 April 2024 16:47 Wib

Ganda putra Fajar/Rian melaju ke 16 besar BAC 2024

11 April 2024 6:13 Wib

Kejari Sumbawa Barat tetapkan tersangka TPPU pengelolaan modal perusda

02 April 2024 19:47 Wib

Arnando Putra dan Frank Pattinasarany merilis single kolaborasi pertama

01 April 2024 14:00 Wib
Terpopuler

Polda NTB tetapkan direktur GNE Samsul Hadi tersangka kasus penyediaan air bersih

Hukum Kriminal - 01 May 2024 6:53 Wib

Pedrosa sabet podium Sprint di Jerez usai Quartararo

Olahraga - 28 April 2024 6:19 Wib

Tiket tur konser Sheila On 7 lima kota habis

Budaya & Pariwisata - 14 jam lalu

Rio Waida waspadai ombak "mematikan" Tahiti di Olimpiade Paris

Olahraga - 25 April 2024 18:07 Wib

Kejaksaan: Penanganan korupsi Bank NTB Syariah masih tahap pengumpulan data

Kabar NTB - 30 April 2024 16:39 Wib