Mataram (ANTARA) - Pebalap sepeda Egan Bernal yang merupakan orang Amerika Latin pertama yang menjuarai Tour de France, mendapatkan sambutan bagai pahlawan dari ribuan orang kota kelahirannya Zipaquira di Kolombia, Rabu waktu setempat.
Pebalap sepeda berusia 22 tahun yang menjadi juara termuda Tour de Fance dalam 110 tahun terakhir itu berjanji kepada ribuan orang yang memadati alun-alun kota kecil di Pegunungan Andes itu bahwa dia akan terus mengejar sukses lebih tinggi lagi.
"Saya ingin menapakkan kaki saya di atas tanah untuk terus bekerja seperti sudah saya lakukan sampai sekarang, guna menikmati balap sepeda, dan jika suatu hari nanti memenangkan lagi Tour de France, kita akan mencoba sampai yang ketiga. Jika kita memenangkan yang ketiga, maka berikutnya yang keempat, dan kelima," kata Bernal seperti dikutip Reuters.
"Ini seperti candu, Anda menang sekali dan Anda ingin lebih dan lebih lagi," sambung pebalap yang membuat Team Ineos yang dulu bernama Team Sky, mencatat gelar juara ketujuh dalam delapan edisi terakhir Tour de France.
Bernal menjuarai Tour de France bulan lalu setelah mengenakan jersey kuning pada etape ke-21 dan etape terakhir untuk mengalahkan rekan satu timnya yang juga juara bertahan, Geraint Thomas dari Inggris, dengan selisih waktu satu menit 11 detik.
Baca juga: Egan Bernal juarai Tour de France 2019
Bernal mulai berlatih sebagai pebalap sepeda pada usia 8 tahun. Mantan pelatihnya yang masih melatih pebalap-pebalap muda mengaku mengidolakan Bernal.
"Dia adalah superhero untuk banyak orang," kata insinyur mesin Jairo Sierra (43) yang datang dari Bogota ke kampung Bernal untuk ikut merayakan keberhasilan sang juara.
"Dia inspirasi untuk semua orang Kolombia," sambung perempuan berusia 35 tahun bernama Andrea Malaver.
Para pebalap Kolombia yang terbiasa mengayuh sepeda pada udara terbatas di ketinggian, memang terkenal tangguh di Tour de France.
Rigoberto Uran dan Nairo Quintana juga turut membalap tahun ini. Quintana, juara Giro d'Italia dan Vuelta a Espana, adalah runner-up Tour de France 2013 dan 2015.
Tour de France adalah Grand Tour kedua Bernal setelah tahun lalu finis urutan ke-15.
Pebalap sepeda berusia 22 tahun yang menjadi juara termuda Tour de Fance dalam 110 tahun terakhir itu berjanji kepada ribuan orang yang memadati alun-alun kota kecil di Pegunungan Andes itu bahwa dia akan terus mengejar sukses lebih tinggi lagi.
"Saya ingin menapakkan kaki saya di atas tanah untuk terus bekerja seperti sudah saya lakukan sampai sekarang, guna menikmati balap sepeda, dan jika suatu hari nanti memenangkan lagi Tour de France, kita akan mencoba sampai yang ketiga. Jika kita memenangkan yang ketiga, maka berikutnya yang keempat, dan kelima," kata Bernal seperti dikutip Reuters.
"Ini seperti candu, Anda menang sekali dan Anda ingin lebih dan lebih lagi," sambung pebalap yang membuat Team Ineos yang dulu bernama Team Sky, mencatat gelar juara ketujuh dalam delapan edisi terakhir Tour de France.
Bernal menjuarai Tour de France bulan lalu setelah mengenakan jersey kuning pada etape ke-21 dan etape terakhir untuk mengalahkan rekan satu timnya yang juga juara bertahan, Geraint Thomas dari Inggris, dengan selisih waktu satu menit 11 detik.
Baca juga: Egan Bernal juarai Tour de France 2019
Bernal mulai berlatih sebagai pebalap sepeda pada usia 8 tahun. Mantan pelatihnya yang masih melatih pebalap-pebalap muda mengaku mengidolakan Bernal.
"Dia adalah superhero untuk banyak orang," kata insinyur mesin Jairo Sierra (43) yang datang dari Bogota ke kampung Bernal untuk ikut merayakan keberhasilan sang juara.
"Dia inspirasi untuk semua orang Kolombia," sambung perempuan berusia 35 tahun bernama Andrea Malaver.
Para pebalap Kolombia yang terbiasa mengayuh sepeda pada udara terbatas di ketinggian, memang terkenal tangguh di Tour de France.
Rigoberto Uran dan Nairo Quintana juga turut membalap tahun ini. Quintana, juara Giro d'Italia dan Vuelta a Espana, adalah runner-up Tour de France 2013 dan 2015.
Tour de France adalah Grand Tour kedua Bernal setelah tahun lalu finis urutan ke-15.