Lombok TengahNTB (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berencana mengembangkan Diorama Tanak Beak, yang meliputi sisa letusan Gunung Samalas, sebagai destinasi wisata sejarah dan geologi di Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan pengembangan Diorama Tanak Beak sebagai destinasi wisata membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai.
"Timbunan-timbunan perbukitan bekas letusan Gunung Samalas (Rinjani) ini layak untuk digali, selain digali perlu juga kita memperbaiki jalannya untuk mempermudah kita melihat peninggalan-peninggalan yang bersejarah ini," katanya saat mengunjungi lokasi Diorama Tanak Beak ditemani ahli geologi Dr Heryadi Rachmat pada Rabu.
Ia menuturkan bahwa letusan Gunung Rinjani tahun 1257 sangat dahsyat, lebih dahsyat dibandingkan letusan Gunung Tambora dan Krakatau. Letusan Rinjani kala itu, menurut dia, bahkan sampai membuat kerajaan kuno bernama Pamatan tertimbun pasir.
"Daerah ini dipenuhi pasir, dan setelah para penambang menggali kira-kira lebih 15 meter ketemu tanah asli Kerajaan Pamatan ini. Jadi pasir yang digali dan ditambang masyarakat itu adalah pasir yang menutup kampung dan kerajaan hebat ini," katanya.
Menurut dia, kampung itu memiliki banyak artefak dan peninggalan sejarah yang bisa mengungkap banyak cerita tentang masa lalu daerah yang dikenal sebagai Bumi Seribu Masjid.
"Karena itu, potensi Diorama Tanak Beak ini kita ingin kembangkan," katanya.
Sementara itu, Heryadi menjelaskan bahwa di bawah perbukitan Tanak Beak ada banyak peninggalan bersejarah.
"Peninggalan benda purba seperti alat masak, gerabah, bahkan gigi-gigi, banyak kami temukan di Kerajaan Pamatan yang tertimbun akibat letusan Gunung Samalas," katanya.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan pengembangan Diorama Tanak Beak sebagai destinasi wisata membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai.
"Timbunan-timbunan perbukitan bekas letusan Gunung Samalas (Rinjani) ini layak untuk digali, selain digali perlu juga kita memperbaiki jalannya untuk mempermudah kita melihat peninggalan-peninggalan yang bersejarah ini," katanya saat mengunjungi lokasi Diorama Tanak Beak ditemani ahli geologi Dr Heryadi Rachmat pada Rabu.
Ia menuturkan bahwa letusan Gunung Rinjani tahun 1257 sangat dahsyat, lebih dahsyat dibandingkan letusan Gunung Tambora dan Krakatau. Letusan Rinjani kala itu, menurut dia, bahkan sampai membuat kerajaan kuno bernama Pamatan tertimbun pasir.
"Daerah ini dipenuhi pasir, dan setelah para penambang menggali kira-kira lebih 15 meter ketemu tanah asli Kerajaan Pamatan ini. Jadi pasir yang digali dan ditambang masyarakat itu adalah pasir yang menutup kampung dan kerajaan hebat ini," katanya.
Menurut dia, kampung itu memiliki banyak artefak dan peninggalan sejarah yang bisa mengungkap banyak cerita tentang masa lalu daerah yang dikenal sebagai Bumi Seribu Masjid.
"Karena itu, potensi Diorama Tanak Beak ini kita ingin kembangkan," katanya.
Sementara itu, Heryadi menjelaskan bahwa di bawah perbukitan Tanak Beak ada banyak peninggalan bersejarah.
"Peninggalan benda purba seperti alat masak, gerabah, bahkan gigi-gigi, banyak kami temukan di Kerajaan Pamatan yang tertimbun akibat letusan Gunung Samalas," katanya.