Jakarta (ANTARA) - Membicarakan rivalitas di kancah sepak bola Inggris, orang selalu mengaitkannya dengan Manchester United vs Liverpool dan Chelsea vs Tottenham Spurs. Persaingan dua pasang klub papan atas itu mungkin tak akan pernah berakhir. Yang satu dipicu oleh faktor sejarah dan yang lain disulut oleh sengitnya persaingan menjadi penguasa London.
Perseteruan Chelsea vs Liverpool mungkin tak lagi seru untuk dibicarakan, apalagi di saat sekarang. "Tak lagi seru" menandakan bahwa kedua tim pernah mengalami "permusuhan". Dan itu terjadi ketika mereka sama-sama masuk dalam kelompok "The Big Four" bersama Manchester United dan Arsenal sejak musim 2003/2004.
Rivalitas kedua tim yang akan saling berhadapan di ajang Liga Primer nanti malam itu tak bisa dilepaskan dari lima nama ini: Jose Mourinho, Rafa Benitez, Steven Gerrard, Fernando Torres dan Mohamed Salah.
Lihat: Infografis Chelsea vs Liverpool
Mourinho-Benitez
"Itu gol yang datang dari bulan atau dari tribun Anfield Road. Tim terbaik kalah dan tak layak kalah. Setelah gol itu, cuma ada satu tim yang bermain karena yang lainnya hanya bertahan sepanjang pertandingan," cetus pelatih Chelsea, Jose Mourinho, usai timnya dikalahkan Liverpool, pada Mei 2005.
Saat itu kedua tim bertemu di markas Liverpool pada leg kedua semifinal Liga Champions musim 2004/2005. Mou menolak keputusan wasit yang mengesahkan gol Luis Garcia karena menurut Mou, bola belum melewati garis gawang.
Sejak insiden "gol setan" itu, mereka bertemu lagi di kompetisi yang sama pada musim berikutnya. Posisi Liverpool yang berada di luar empat besar Liga Primer memaksa The Reds bertemu Chelsea lebih awal di babak grup. Pada pertemuan pertama, The Blues menahan imbang Liverpool 0-0.
"(Di musim sebelumnya) mereka tak mencetak gol di semifinal, tapi aku menerima kekalahan dari mereka," kata Mou mengomentari hasil pertandingan.
Sentilan Mou pun dibalas Rafa. "Bagiku Arsenal bermain bola lebih baik. Mereka memenangi laga dan permainannya enak dilihat. Begitu juga Barcelona dan Milan. Jadi, bagaimana Chelsea bisa dibilang tim terbaik di dunia? Mereka takut dengan Liverpool." Lima hari kemudian, Liverpool dikalahkan Chelsea 1-4 di Anfield dalam ajang Liga Primer.
Sejak itu rivalitas kedua tim mengental dan perseteruan pribadi kedua pelatih menjadi pengipasnya. Usai Chelsea disingkirkan Liverpool di semi-final Piala FA 2006, Mou menolak berjabat tangan dengan Rafa. Tak cuma itu, Mou juga menyindir selisih poin mereka di Liga Primer.
"Apa tim terbaik yang menang? Menurutku tidak begitu. Dalam satu pertandingan mungkin mereka akan mengejutkanku dan mereka bisa melakukannya. Di Liga Primer, jarak kedua tim adalah 45 poin dalam dua musim," kata Mourinho.
Ketika Mou menyebut dirinya "The Special One" dan mengklaim Liverpool tak bisa menciptakan "atmosfir" yang sama di Anfield, Rafa tak bisa menahan diri untuk meresponnya.
"Kami punya banyak orang-orang spesial di sini. Mereka para suporter, selalu mendukung dengan hati. Kami tak perlu bendera untuk dikibar-kibarkan. Semangat merekalah yang memenangkan kami, bukan bendera," balas Rafa.
Permusuhan keduanya meredup ketika Mourinho dipecat dari Chelsea pada 2008.
Gerrard
Pada musim 2013/2014, Liverpool punya kesempatan untuk mengakhiri 24 tahun puasa gelarnya di kompetisi tertinggi Inggris. Bertengger di puncak klasemen dengan tiga laga tersisa, Liverpool menjamu Chelsea di Anfield pada 27 April 2014. Satu kemenangan lagi membuat The Reds sulit dikejar.
Kemudian terjadilah insiden itu. Kapten Liverpool, Steven Gerrard, terpeleset saat menerima operan pendek dari Mamadou Sakho. Bola berhasil dicuri oleh Demba Ba yang dengan cepat menggiringnya ke arah gawang Liverpool. Ketika tinggal berhadapan dengan kiper Simon Mignolet, Ba berhasil melesakkan bola ke pojok gawang.
Laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk Chelsea itu tak hanya menghentikan laju 11 kemenangan beruntun Liverpool, tapi juga memupus harapan mereka menjadi kampiun Liga Primer. Manchester City berhasil mendepak The Reds dari puncak klasemen hingga akhir musim.
Sejak itu, setiap laga melawan Chelsea seakan "menghantui" Gerrard. Terlebih suporter Chelsea selalu "mengingatkan" sang kapten tentang kejadian itu lewat nyanyian di Stamford Bridge. Sepertinya mereka mendapat amunisi untuk membalas ejekan "you aint got a history" setiap kedua tim bertemu di Anfield.
Torres-Salah
Saat Fernando Torres bergabung dengan Chelsea pada 2010, banyak pendukung Liverpool menjulukinya "sang pengkhianat". Torres memang gagal mengulang kesuksesannya sebagai mesin gol, tapi dia sempat mencicipi manisnya gelar Liga Champions bersama Chelsea pada musim 2011/2012.
Hal yang berbeda dialami Mohamed Salah. Penyerang ini dilepas Chelsea pada 2016 karena dianggap kurang cocok dengan gaya permainan Mourinho. Selama dua tahun di Stamford Bridge, dia hanya bermain 13 kali dan mencetak dua gol. Sejak dibeli Liverpool dari AS Roma pada 2017, Salah "sukses" membuat Chelsea menyesal. Di tangan Jurgen Klopp, pemain asal Mesir ini melesat seperti roket dengan torehan 75 gol dalam 111 pertandingan.
Rivalitas kedua tim seakan terlupakan saat prestasi Liverpool mulai menanjak dalam dua musim terakhir. Pesaing terkuatnya di Inggris bukanlah Chelsea, tapi Manchester City. Pertandingan nanti malam akan membuktikan apakah Chelsea mampu meniup kembali bara permusuhan di dada pemain dan suporter kedua tim.
Perseteruan Chelsea vs Liverpool mungkin tak lagi seru untuk dibicarakan, apalagi di saat sekarang. "Tak lagi seru" menandakan bahwa kedua tim pernah mengalami "permusuhan". Dan itu terjadi ketika mereka sama-sama masuk dalam kelompok "The Big Four" bersama Manchester United dan Arsenal sejak musim 2003/2004.
Rivalitas kedua tim yang akan saling berhadapan di ajang Liga Primer nanti malam itu tak bisa dilepaskan dari lima nama ini: Jose Mourinho, Rafa Benitez, Steven Gerrard, Fernando Torres dan Mohamed Salah.
Lihat: Infografis Chelsea vs Liverpool
Mourinho-Benitez
"Itu gol yang datang dari bulan atau dari tribun Anfield Road. Tim terbaik kalah dan tak layak kalah. Setelah gol itu, cuma ada satu tim yang bermain karena yang lainnya hanya bertahan sepanjang pertandingan," cetus pelatih Chelsea, Jose Mourinho, usai timnya dikalahkan Liverpool, pada Mei 2005.
Saat itu kedua tim bertemu di markas Liverpool pada leg kedua semifinal Liga Champions musim 2004/2005. Mou menolak keputusan wasit yang mengesahkan gol Luis Garcia karena menurut Mou, bola belum melewati garis gawang.
Sejak insiden "gol setan" itu, mereka bertemu lagi di kompetisi yang sama pada musim berikutnya. Posisi Liverpool yang berada di luar empat besar Liga Primer memaksa The Reds bertemu Chelsea lebih awal di babak grup. Pada pertemuan pertama, The Blues menahan imbang Liverpool 0-0.
"(Di musim sebelumnya) mereka tak mencetak gol di semifinal, tapi aku menerima kekalahan dari mereka," kata Mou mengomentari hasil pertandingan.
Sentilan Mou pun dibalas Rafa. "Bagiku Arsenal bermain bola lebih baik. Mereka memenangi laga dan permainannya enak dilihat. Begitu juga Barcelona dan Milan. Jadi, bagaimana Chelsea bisa dibilang tim terbaik di dunia? Mereka takut dengan Liverpool." Lima hari kemudian, Liverpool dikalahkan Chelsea 1-4 di Anfield dalam ajang Liga Primer.
Sejak itu rivalitas kedua tim mengental dan perseteruan pribadi kedua pelatih menjadi pengipasnya. Usai Chelsea disingkirkan Liverpool di semi-final Piala FA 2006, Mou menolak berjabat tangan dengan Rafa. Tak cuma itu, Mou juga menyindir selisih poin mereka di Liga Primer.
"Apa tim terbaik yang menang? Menurutku tidak begitu. Dalam satu pertandingan mungkin mereka akan mengejutkanku dan mereka bisa melakukannya. Di Liga Primer, jarak kedua tim adalah 45 poin dalam dua musim," kata Mourinho.
Ketika Mou menyebut dirinya "The Special One" dan mengklaim Liverpool tak bisa menciptakan "atmosfir" yang sama di Anfield, Rafa tak bisa menahan diri untuk meresponnya.
"Kami punya banyak orang-orang spesial di sini. Mereka para suporter, selalu mendukung dengan hati. Kami tak perlu bendera untuk dikibar-kibarkan. Semangat merekalah yang memenangkan kami, bukan bendera," balas Rafa.
Permusuhan keduanya meredup ketika Mourinho dipecat dari Chelsea pada 2008.
Gerrard
Pada musim 2013/2014, Liverpool punya kesempatan untuk mengakhiri 24 tahun puasa gelarnya di kompetisi tertinggi Inggris. Bertengger di puncak klasemen dengan tiga laga tersisa, Liverpool menjamu Chelsea di Anfield pada 27 April 2014. Satu kemenangan lagi membuat The Reds sulit dikejar.
Kemudian terjadilah insiden itu. Kapten Liverpool, Steven Gerrard, terpeleset saat menerima operan pendek dari Mamadou Sakho. Bola berhasil dicuri oleh Demba Ba yang dengan cepat menggiringnya ke arah gawang Liverpool. Ketika tinggal berhadapan dengan kiper Simon Mignolet, Ba berhasil melesakkan bola ke pojok gawang.
Laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk Chelsea itu tak hanya menghentikan laju 11 kemenangan beruntun Liverpool, tapi juga memupus harapan mereka menjadi kampiun Liga Primer. Manchester City berhasil mendepak The Reds dari puncak klasemen hingga akhir musim.
Sejak itu, setiap laga melawan Chelsea seakan "menghantui" Gerrard. Terlebih suporter Chelsea selalu "mengingatkan" sang kapten tentang kejadian itu lewat nyanyian di Stamford Bridge. Sepertinya mereka mendapat amunisi untuk membalas ejekan "you aint got a history" setiap kedua tim bertemu di Anfield.
Torres-Salah
Saat Fernando Torres bergabung dengan Chelsea pada 2010, banyak pendukung Liverpool menjulukinya "sang pengkhianat". Torres memang gagal mengulang kesuksesannya sebagai mesin gol, tapi dia sempat mencicipi manisnya gelar Liga Champions bersama Chelsea pada musim 2011/2012.
Hal yang berbeda dialami Mohamed Salah. Penyerang ini dilepas Chelsea pada 2016 karena dianggap kurang cocok dengan gaya permainan Mourinho. Selama dua tahun di Stamford Bridge, dia hanya bermain 13 kali dan mencetak dua gol. Sejak dibeli Liverpool dari AS Roma pada 2017, Salah "sukses" membuat Chelsea menyesal. Di tangan Jurgen Klopp, pemain asal Mesir ini melesat seperti roket dengan torehan 75 gol dalam 111 pertandingan.
Rivalitas kedua tim seakan terlupakan saat prestasi Liverpool mulai menanjak dalam dua musim terakhir. Pesaing terkuatnya di Inggris bukanlah Chelsea, tapi Manchester City. Pertandingan nanti malam akan membuktikan apakah Chelsea mampu meniup kembali bara permusuhan di dada pemain dan suporter kedua tim.