Jakarta (ANTARA) - Pertamina diminta untuk dapat segera menyelesaikan kewajiban terkait tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat, akibat kebocoran anjungan lepas pantai yang dioperasikan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
"Pertamina kami minta untuk segera menyelesaikan kewajibannya, agar masyarakat tidak kehilangan mata pencaharian. Karena banyak masyarakat, baik yang berprofesi sebagai nelayan maupun bukan nelayan yang nasibnya bergantung pada perairan ini," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam di Jakarta, Senin.
Ridwan mengemukakan bahwa Pertamina telah responsif dan juga sudah berjanji akan menutup sumur minyak penyebab kebocoran pada tanggal 8 Oktober, tetapi ternyata pada Sabtu (20/9) sudah bisa dilakukan penutupan.
Politisi Partai Golkar itu juga menuturkan Komisi VII DPR juga telah mengundang sejumlah instansi terkait dalam rangka melihat kondisi terumbu karang yang merupakan tempat bernaungnya spesies perikanan.
Untuk itu, ujar dia, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitar pantai Karawang juga diharapkan dapat dinormalisasi kembali, dan Komisi VII DPR dipastikan bakal selalu memonitor terkait hal tersebut.
Sebagaimana diwartakan, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menyampaikan bahwa kebocoran minyak di pantai utara Karawang, Jawa Barat, berhasil dikendalikan setelah terkoneksinya sumur baru relief well (RW) dengan Sumur YYA-1.
Baca juga: Pertamina kerahkan 45 kapal atasi tumpahan minyak
Ketua Tim Penanganan PHE Taufik Adityawarman di Jakarta, Senin (23/9) menyampaikan bahwa pihaknya telah mencapai milestone baru dalam penanganan sumur YYA-1 yaitu dengan keberhasilan proses intercept dimana sumur relief well telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.
"Dengan terkoneksinya dua sumur itu, maka saat ini kami dalam posisi telah dapat mengendalikan sumur YYA-1," katanya.
Relief Well merupakan proses mematikan sumur YYA-1 dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari Rig Soehanah yang berjarak 1 km dari sumur YYA-1.
Taufik menyampaikan bahwa suksesnya mengkoneksikan antar sumur ini adalah sebuah tahapan penting dalam upaya mematikan sumur YYA-1.
"Proses koneksi antar sumur itu berhasil dilakukan dengan baik dan lebih cepat dibandingkan estimasi jadwal waktu yang direncanakan yaitu pada akhir September 2019," paparnya.
Untuk langkah selanjutnya, ia mengemukakan, pihaknya akan melakukan proses dynamic killing dengan memompakan lumpur berat untuk melawan tekanan dalam sumur YYA-1, sehingga tercapai keseimbangan dan menyetop aliran minyak dan gas dari sumur itu.
Baca juga: Nelayan Bekasi minta kompensasi akibat tumpahan minyak
Baca juga: Pertamina memastikan tanggung jawab atas tumpahan minyak
"Pertamina kami minta untuk segera menyelesaikan kewajibannya, agar masyarakat tidak kehilangan mata pencaharian. Karena banyak masyarakat, baik yang berprofesi sebagai nelayan maupun bukan nelayan yang nasibnya bergantung pada perairan ini," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam di Jakarta, Senin.
Ridwan mengemukakan bahwa Pertamina telah responsif dan juga sudah berjanji akan menutup sumur minyak penyebab kebocoran pada tanggal 8 Oktober, tetapi ternyata pada Sabtu (20/9) sudah bisa dilakukan penutupan.
Politisi Partai Golkar itu juga menuturkan Komisi VII DPR juga telah mengundang sejumlah instansi terkait dalam rangka melihat kondisi terumbu karang yang merupakan tempat bernaungnya spesies perikanan.
Untuk itu, ujar dia, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitar pantai Karawang juga diharapkan dapat dinormalisasi kembali, dan Komisi VII DPR dipastikan bakal selalu memonitor terkait hal tersebut.
Sebagaimana diwartakan, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menyampaikan bahwa kebocoran minyak di pantai utara Karawang, Jawa Barat, berhasil dikendalikan setelah terkoneksinya sumur baru relief well (RW) dengan Sumur YYA-1.
Baca juga: Pertamina kerahkan 45 kapal atasi tumpahan minyak
Ketua Tim Penanganan PHE Taufik Adityawarman di Jakarta, Senin (23/9) menyampaikan bahwa pihaknya telah mencapai milestone baru dalam penanganan sumur YYA-1 yaitu dengan keberhasilan proses intercept dimana sumur relief well telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.
"Dengan terkoneksinya dua sumur itu, maka saat ini kami dalam posisi telah dapat mengendalikan sumur YYA-1," katanya.
Relief Well merupakan proses mematikan sumur YYA-1 dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari Rig Soehanah yang berjarak 1 km dari sumur YYA-1.
Taufik menyampaikan bahwa suksesnya mengkoneksikan antar sumur ini adalah sebuah tahapan penting dalam upaya mematikan sumur YYA-1.
"Proses koneksi antar sumur itu berhasil dilakukan dengan baik dan lebih cepat dibandingkan estimasi jadwal waktu yang direncanakan yaitu pada akhir September 2019," paparnya.
Untuk langkah selanjutnya, ia mengemukakan, pihaknya akan melakukan proses dynamic killing dengan memompakan lumpur berat untuk melawan tekanan dalam sumur YYA-1, sehingga tercapai keseimbangan dan menyetop aliran minyak dan gas dari sumur itu.
Baca juga: Nelayan Bekasi minta kompensasi akibat tumpahan minyak
Baca juga: Pertamina memastikan tanggung jawab atas tumpahan minyak