Mataram (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah memerintahkan jajarannya untuk mempercepat evakuasi 153 jiwa warga NTB di Wamena, Papua yang mengungsi akibat kerusuhan di daerah tersebut.
Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda NTB, Najamuddin Amy, di Mataram, Jumat, mengatakan pihaknya telah mendapatkan informasi dari warga NTB yang terjebak di daerah tersebut.
Informasi ini pun telah disampaikan kepada Gubernur NTB. Atas informasi tersebut, Gubernur sendiri langsung memerintahkan agar ditempuh upaya semaksimal mungkin untuk mengevakuasi warga NTB di daerah tersebut, ujarnya.
Untuk itu, Pemprov NTB langsung sigap berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Polda NTB untuk bisa segera memulangkan mereka yang terjebak.
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, T. Wismaningsih Dradjadiah menegaskan, sejumlah upaya serius telah ditempuh untuk mempercepat evakuasi.
"Kami menaruh atensi terhadap kondisi mereka. Dan saat ini kami dengan berbagai pihak, sedang diupayakan jalan keluar yang aman untuk mereka," jelasnya.
Informasi adanya warga NTB korban kerusuhan di Wamena ini telah berhasil terkonfirmasi melalui panggilan telepon dengan Mazhari, Guru Kontrak asal Soromandi Bima dan Suhardin, Guru Kontrak asal Rada, Bolo, Bima.
Berdasarkan keterangan keduanya, diketahui adanya 153 jiwa warga NTB korban kerusuhan.
Dari jumlah tersebut, 40 orang sudah dievakuasi ke Sentani, Jayapura dengan pesawat komersial, dibantu oleh Rukun Keluarga Bima (RKB) Jayapura. Saat ini, 48 orang lainnya sedang mengungsi. Mereka menunggu Pesawat Hercules di Bandara AU/Polri.
"Sisanya masih bertahan di rumah-rumah mereka, menjaga harta benda yang masih tersisa," ujarnya.
Warga NTB yang tengah mengungsi di bandara, kini tengah berharap adanya bantuan komunikasi, fasilitasi dari Pemda Bima.
"Pemprov NTB kini mengupayakan agar mereka diprioritaskan untuk dievakuasi. Warga Bima di Sentani Jayapura standby menunggu mereka," ujar Wismaningsih.
Ia menambahkan, saat ini Ketua RKB di Jayapura juga tengah membantu warga yang sudah dievakuasi.
Pemprov NTB juga terus berkomunikasi dengan Kementerian Sosial dan RKB di Jayapura terkait upaya evakuasi tersebut.
Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda NTB, Najamuddin Amy, di Mataram, Jumat, mengatakan pihaknya telah mendapatkan informasi dari warga NTB yang terjebak di daerah tersebut.
Informasi ini pun telah disampaikan kepada Gubernur NTB. Atas informasi tersebut, Gubernur sendiri langsung memerintahkan agar ditempuh upaya semaksimal mungkin untuk mengevakuasi warga NTB di daerah tersebut, ujarnya.
Untuk itu, Pemprov NTB langsung sigap berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Polda NTB untuk bisa segera memulangkan mereka yang terjebak.
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, T. Wismaningsih Dradjadiah menegaskan, sejumlah upaya serius telah ditempuh untuk mempercepat evakuasi.
"Kami menaruh atensi terhadap kondisi mereka. Dan saat ini kami dengan berbagai pihak, sedang diupayakan jalan keluar yang aman untuk mereka," jelasnya.
Informasi adanya warga NTB korban kerusuhan di Wamena ini telah berhasil terkonfirmasi melalui panggilan telepon dengan Mazhari, Guru Kontrak asal Soromandi Bima dan Suhardin, Guru Kontrak asal Rada, Bolo, Bima.
Berdasarkan keterangan keduanya, diketahui adanya 153 jiwa warga NTB korban kerusuhan.
Dari jumlah tersebut, 40 orang sudah dievakuasi ke Sentani, Jayapura dengan pesawat komersial, dibantu oleh Rukun Keluarga Bima (RKB) Jayapura. Saat ini, 48 orang lainnya sedang mengungsi. Mereka menunggu Pesawat Hercules di Bandara AU/Polri.
"Sisanya masih bertahan di rumah-rumah mereka, menjaga harta benda yang masih tersisa," ujarnya.
Warga NTB yang tengah mengungsi di bandara, kini tengah berharap adanya bantuan komunikasi, fasilitasi dari Pemda Bima.
"Pemprov NTB kini mengupayakan agar mereka diprioritaskan untuk dievakuasi. Warga Bima di Sentani Jayapura standby menunggu mereka," ujar Wismaningsih.
Ia menambahkan, saat ini Ketua RKB di Jayapura juga tengah membantu warga yang sudah dievakuasi.
Pemprov NTB juga terus berkomunikasi dengan Kementerian Sosial dan RKB di Jayapura terkait upaya evakuasi tersebut.