Mataram, 1/2 (ANTARA) - Sekitar seratus mahasiswa yang menggelar aksi massa di depan kantor Rektor Universitas Mataram (Unram) Nusa Tenggara Barat (NTB) Senin, membakar replika keranda jenazah sebagai simbol matinya kebebasan ekspresi mahasiswa.

         Replika keranda jenazah dari bambu dan dibungkus dengan kertas karton bertuliskan "matinya kreatifitas mahasiswa" itu ludes dilalap api ketika dibakar di aspal depan Rektorat Unram.

         Sebelum membakar keranda tersebut, sempat terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) yang menamakan dirinya Aliansi Mahasiswa Unram (Lawan) dengan puluhan satpam kampus yang berusaha menghalau mahasiswa.

         Para pengunjukrasa terus berusaha menembus barisan satpam untuk melakukan "sweeping" atau pemeriksaan ke seluruh ruang yang ada di gedung rektorat karena tidak percaya dengan informasi yang diterima dari Pembantu Rektor (PR) III HM Darwin bahwa rektor sedang berada di Jakarta.

         Aksi unjukrasa yang dikoordinir Wawan itu menuntut transparansi dalam pengelolaan dana mahasiswa untuk periode 2009/2010, khususnya dana operasional UKM dan UKMF, menuntut kenaikan dana operasional UKM yang turun drastis dari Rp7,5 juta menjadi Rp2,5 juta.

         Mereka juga menuntut penggunaan bus Unram secara gratis untuk kegiatan mahasiswa dan menuntut janji birokrat kampus (PR III Unram) yang akan melengkapi gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) dengan sarana "hotspot" internet gratis, pemasangan LCD dan kelengkapan lainnya.

         "Sudah bosan kita mendengar janji-janji manis diucapkan oleh penguasa kita. Janji-janji yang akan memajukan kampus, tetapi malah kemunduran yang dialami. Janji seperti dongeng penghantar bayi sebelum tidur," kata Wawan saat berorasi.

         Para pengunjukrasa akhirnya membubarkan diri setelah membakar "keranda jenazah" dan menerima solusi yang ditawarkan oleh Pembantu Rektor III Unram, untuk bertemu dengan rektor pada Rabu (3/2).

         Namun, sebelumnya mahasiswa mengancam akan mendatangkan massa dalam jumlah lebih banyak agar pejabat-pejabat yang duduk di gedung rektorat mau memperhatikan aspirasi dan tuntutan mahasiswa.

         "Harapan kami agar tuntutan ini mendapat respon yang cepat dari pihak rektorat. Seandainya hal tersebut belum terealisasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka terpaksa kami akan menuntut lagi," tegas Wawan.(*)




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2025