Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram M Saleh mengatakan, mulai Kamis, 31 Oktober 2019, dua unit bus sekolah beroperasi untuk mengantar dan menjemput siswa di kota itu agar bisa mengurangi kemacetan lalu lintas di Jalan Pejanggik saat jam datang dan pulang sekolah.
"Dua unit bus sekolah dengan kapasitas 19 orang dan 15 orang tersebut siaga menunggu siswa di kawasan BTN Kekalik, tepat pada pukul 06.30 WITA dan siap berangkat pukul 06.50 WITA. Kita cukup satu rute saja," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Rabu.
Saleh mengatakan, lama perjalanan dari BTN Kekalik hingga ke halte SMPN 1 Mataram Jalan Pejanggik diprediksi sekitar 10 sampai 12 menit. Tiba di halte, petugas kepolisian dan Dishub siap membantu siswa menyeberang ke sekolah masing-masing.
Ia mengatakan, dipilihnya lokasi jemput BTN Kekalik untuk tahap uji coba ini karena BTN Kekalik menjadi lokasi strategis, banyak siswa yang sekolah di SMPN 1, SPMN 2 dan SMPN 15, berada di Jalan Pejanggik dan menjadi pusat kemacetan arus lalu lintas.
"Sasaran kami bukan siswa miskin, justru siswa mampu yang setiap hari diantar jemput pakai mobil. Dengan adanya bus sekolah, harapannya kemacetan yang terjadi selama ini bisa berkurang," katanya.
Dalam operasionalnya bus sekolah berbeda dengan bus "rapit transit" (BRT) yang melayani dari halte ke halte. Bus sekolah ini melayani dari kampung siswa hingga ke halte Jalan Pejanggik.
Saleh mengakui, dengan keterbatasan bus sekolah dan hanya satu rute bisa memunculkan kecemburan sosial, karenanya melalui akun media sosial yang dimiliki, pihaknya mengajak masyarakat berpartisipasi serta melihat sejauh mana keinginan serta kebutuhan masyarakat terhadap bus sekolah.
"Dua unit bus sekolah yang akan mulai operasional besok untuk mengukur permintaan. Kalau banyak usulan yang masuk, kami akan atur jadwal dan tahun depan meminta tambahan bus melalui alokasi anggaran sesuai dengan kemampuan daerah," katanya.
Dua unit bus yang dijadikan bus sekolah untuk tahap pertama ini, katanya, merupakan bus pihak ketiga yang disewa selama tiga bulan senilai Rp180 juta.
Karenanya, pelayanan bus sekolah ini diberikan secara gratis, tetapi setiap siswa diminta membawa sampah plastik setiap kali naik bus sekolah. Istilahnya siswa membayar pakai sampah plastik.
"Sampah plastik itu kami kumpulkan di kantor untuk didaur ulang oleh Dharma Wanita Dishub Kota Mataram," katanya.
Kegiatan pencanangan bus sekolah tersebut akan dirangkaikan dengan pencanangan kawasan tertib lalu lintas di Jalan Pejanggik.
"Dua unit bus sekolah dengan kapasitas 19 orang dan 15 orang tersebut siaga menunggu siswa di kawasan BTN Kekalik, tepat pada pukul 06.30 WITA dan siap berangkat pukul 06.50 WITA. Kita cukup satu rute saja," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Rabu.
Saleh mengatakan, lama perjalanan dari BTN Kekalik hingga ke halte SMPN 1 Mataram Jalan Pejanggik diprediksi sekitar 10 sampai 12 menit. Tiba di halte, petugas kepolisian dan Dishub siap membantu siswa menyeberang ke sekolah masing-masing.
Ia mengatakan, dipilihnya lokasi jemput BTN Kekalik untuk tahap uji coba ini karena BTN Kekalik menjadi lokasi strategis, banyak siswa yang sekolah di SMPN 1, SPMN 2 dan SMPN 15, berada di Jalan Pejanggik dan menjadi pusat kemacetan arus lalu lintas.
"Sasaran kami bukan siswa miskin, justru siswa mampu yang setiap hari diantar jemput pakai mobil. Dengan adanya bus sekolah, harapannya kemacetan yang terjadi selama ini bisa berkurang," katanya.
Dalam operasionalnya bus sekolah berbeda dengan bus "rapit transit" (BRT) yang melayani dari halte ke halte. Bus sekolah ini melayani dari kampung siswa hingga ke halte Jalan Pejanggik.
Saleh mengakui, dengan keterbatasan bus sekolah dan hanya satu rute bisa memunculkan kecemburan sosial, karenanya melalui akun media sosial yang dimiliki, pihaknya mengajak masyarakat berpartisipasi serta melihat sejauh mana keinginan serta kebutuhan masyarakat terhadap bus sekolah.
"Dua unit bus sekolah yang akan mulai operasional besok untuk mengukur permintaan. Kalau banyak usulan yang masuk, kami akan atur jadwal dan tahun depan meminta tambahan bus melalui alokasi anggaran sesuai dengan kemampuan daerah," katanya.
Dua unit bus yang dijadikan bus sekolah untuk tahap pertama ini, katanya, merupakan bus pihak ketiga yang disewa selama tiga bulan senilai Rp180 juta.
Karenanya, pelayanan bus sekolah ini diberikan secara gratis, tetapi setiap siswa diminta membawa sampah plastik setiap kali naik bus sekolah. Istilahnya siswa membayar pakai sampah plastik.
"Sampah plastik itu kami kumpulkan di kantor untuk didaur ulang oleh Dharma Wanita Dishub Kota Mataram," katanya.
Kegiatan pencanangan bus sekolah tersebut akan dirangkaikan dengan pencanangan kawasan tertib lalu lintas di Jalan Pejanggik.