Mataram (ANTARA) - Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Nusa Tenggara Barat Syawaluddin menawarkan gagasan "Mataram Smart" untuk membangun Kota Mataram pada masa mendatang.
"Tidak perlu banyak gagasan sebenarnya untuk membangun Kota Mataram ini. Cukup dengan 'Mataram Smart'," ujarnya di Mataram, Selasa (10/12).
Kader Partai Gerindra yang akrab disapa Awenk itu, mengatakan "Mataram Smart" akronim dari Kota Mataram yang sehat, mandiri, anggun, religius, dan tertib.
Ia menjelaskan dengan konsep itu, maka kebijakan pembangunan Kota Mataram ke depan bisa terintegrasi dengan program dan kebijakan Provinsi NTB dan program pemerintah pusat.
Menurut Awenk, Kota Mataram seharusnya tidak hanya menjadi ikon ibu kota NTB, tetapi harus memiliki prestasi dan nilai lebih dari pada sembilan daerah kabupaten dan kota lainnya di NTB.
"Kota Mataram harus bisa lebih, baik dari sisi perekonomian masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Menata Kota Mataram harus ada konsep yang serius, terutama dalam penataan peningkatan ekonomi masyarakat," ucapnya.
Mataram sebagai kota satelit, kata Awenk, harus mempunyai konsep pembangunan terintegrasi, baik dari sisi kebijakan, program, hingga penataan kota berkaitan dengan RTRW.
"Terintegrasi dari semua aspek juga, baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Mataram harus 'smart'. 'Smart' masyarakatnya, 'Smart' lingkungannya," ujar dia.
Ia menjabarkan, sehat dalam konsep itu, bisa dimaknai sebagai dukungan untuk program "zero waste" Provinsi NTB. Mataram sebagai ibukota harus bisa mewujudkannya, berawal dari kebersihan lingkungan dan bermuara kepada sehat secara holistik.
Ia menjelaskan tentang arti mandiri, di mana dari sisi ekonomi, Pemerintah Kota Mataram harus mulai mendorong tumbuhnya wirausaha baru. Program itu juga selaras dengan semangat pemerintah pusat membuka luas pengembangan ekonomi kreatif.
"Nah sekarang di Mataram, kan nggak ada yang wow!. Baru ada dua mal saja, yang satu hampir tutup karena sepi. Ini kan harus dipikirkan intervensi pemda agar perekomonian berjalan seimbang," katanya.
Ia menyebut Taman Udayana bisa direvitalisasi untuk mendukung "Mataram Smart", di mana sarana publik bisa diperbanyak mulai dari sarana olahraga hingga atraksi seni dan hiburan.
"Udayana bisa jadi etalase kreativitas, bagi anak muda dan juga para 'enterpreuner' (wirausaha). Pemda bisa memfasilitasi panggung dan 'sound system' (tata suara) untuk konser anak-anak muda. UMKM di sana diberdayakan dan masyarakat juga punya alternatif rekreasi yang asyik. Kota ini jangan sampai minim hiburan dong," kata Awenk.
Terkait dengan anggun dan religius, katanya, hal itu tentu akan membentuk Mataram yang mempunyai kesan sendiri dengan penataan kota yang baik.
Ia menjelaskan tentang makna tertib dalam konsep itu, yang meliputi tertib administrasi, kebijakan, dan masyarakat taat aturan.
"Budaya tertib ini akan bermuara pada 'good governance'. Jadi sangat sederhana, 'Mataram Smart' adalah kunci memajukan kota ini," katanya.
"Tidak perlu banyak gagasan sebenarnya untuk membangun Kota Mataram ini. Cukup dengan 'Mataram Smart'," ujarnya di Mataram, Selasa (10/12).
Kader Partai Gerindra yang akrab disapa Awenk itu, mengatakan "Mataram Smart" akronim dari Kota Mataram yang sehat, mandiri, anggun, religius, dan tertib.
Ia menjelaskan dengan konsep itu, maka kebijakan pembangunan Kota Mataram ke depan bisa terintegrasi dengan program dan kebijakan Provinsi NTB dan program pemerintah pusat.
Menurut Awenk, Kota Mataram seharusnya tidak hanya menjadi ikon ibu kota NTB, tetapi harus memiliki prestasi dan nilai lebih dari pada sembilan daerah kabupaten dan kota lainnya di NTB.
"Kota Mataram harus bisa lebih, baik dari sisi perekonomian masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Menata Kota Mataram harus ada konsep yang serius, terutama dalam penataan peningkatan ekonomi masyarakat," ucapnya.
Mataram sebagai kota satelit, kata Awenk, harus mempunyai konsep pembangunan terintegrasi, baik dari sisi kebijakan, program, hingga penataan kota berkaitan dengan RTRW.
"Terintegrasi dari semua aspek juga, baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Mataram harus 'smart'. 'Smart' masyarakatnya, 'Smart' lingkungannya," ujar dia.
Ia menjabarkan, sehat dalam konsep itu, bisa dimaknai sebagai dukungan untuk program "zero waste" Provinsi NTB. Mataram sebagai ibukota harus bisa mewujudkannya, berawal dari kebersihan lingkungan dan bermuara kepada sehat secara holistik.
Ia menjelaskan tentang arti mandiri, di mana dari sisi ekonomi, Pemerintah Kota Mataram harus mulai mendorong tumbuhnya wirausaha baru. Program itu juga selaras dengan semangat pemerintah pusat membuka luas pengembangan ekonomi kreatif.
"Nah sekarang di Mataram, kan nggak ada yang wow!. Baru ada dua mal saja, yang satu hampir tutup karena sepi. Ini kan harus dipikirkan intervensi pemda agar perekomonian berjalan seimbang," katanya.
Ia menyebut Taman Udayana bisa direvitalisasi untuk mendukung "Mataram Smart", di mana sarana publik bisa diperbanyak mulai dari sarana olahraga hingga atraksi seni dan hiburan.
"Udayana bisa jadi etalase kreativitas, bagi anak muda dan juga para 'enterpreuner' (wirausaha). Pemda bisa memfasilitasi panggung dan 'sound system' (tata suara) untuk konser anak-anak muda. UMKM di sana diberdayakan dan masyarakat juga punya alternatif rekreasi yang asyik. Kota ini jangan sampai minim hiburan dong," kata Awenk.
Terkait dengan anggun dan religius, katanya, hal itu tentu akan membentuk Mataram yang mempunyai kesan sendiri dengan penataan kota yang baik.
Ia menjelaskan tentang makna tertib dalam konsep itu, yang meliputi tertib administrasi, kebijakan, dan masyarakat taat aturan.
"Budaya tertib ini akan bermuara pada 'good governance'. Jadi sangat sederhana, 'Mataram Smart' adalah kunci memajukan kota ini," katanya.