Semarang (ANTARA) - Salah seorang drumer remaja, Bunga Bangsa (14), memadukan aliran musik metal progresif dengan berbagai alat musik etnis atau tradisional berupa gamelan Jawa seperti saron, demung, bonang, gong, dan gendher menjadi sebuah lagu dengan komposisi "cross culture".
Peluncuran lagu hasil perpaduan metal progresif dan tradisional yang diberi judul "Penggrantesing Jagad" itu dilaksanakan di Kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (11/1) malam.
Sejumlah musisi andal di Tanah Air yang terlibat dalam penggarapan lagu jebolan ajang Indonesia Mencari Bakat itu antara lain, Gilang Ramadhan, Rifky "Konfliktion", Yo Iqbal, Andi Bayou, Agung "Burgerkill", Oki Fadhlan, dan Arief "Kapten".
Bunga Bangsa mengaku menyukai aliran musik metal sejak kecil karena bisa mengekspresikan berbagai perasaannya.
"Saat ini jarang sekali ada milenial yang mau mendengarkan musik tradisional sehingga saya mencoba memadukannya dengan aliran musik metal," katanya.
Ia mengungkapkan kesulitan yang dihadapi saat memadukan musik metal progresif dengan musik tradisional adalah menggabungkan dengan laras yang tepat, mencari melodi dan nada yang benar-benar cocok dengan distorsi musik metal.
"Kami tidak mau ini hanya kolaborasi karya tradisional yang ditempelkan pada musik metal," ujarnya.
Lebih lanjut, Bunga menjelaskan bahwa lagu "Panggrantesing Jagad" yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah kesedihan bumi ini mengangkat tema kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia.
"Lagu ini memiliki tujuan untuk melestarikan budaya, bahasa, dan musik tradisional Jawa yang hampir punah karena kecenderungan milenial yang menyukai musik modern sehingga 'Panggrantesing Jagad" dikemas dengan genre musik metal progresif, namun liriknya berbahasa Jawa," katanya.
Gilang Ramadhan, salah satu musisi yang terlibat dalam pembuatan lagu "Panggrantesing Jagad" ini mengaku bangga dengan Bunga Bangsa yang kreatif dalam menggabungkan musik metal progresif dengan alat musik tradisional.
"Ini kemajuan di Indonesia karena ada remaja berusia 14 tahun yang kreativitasnya cukup tinggi dalam menggabungkan dua aliran musik yang berbeda," ujarnya.
Ia berharap Bunga Bangsa bisa menjadi sosok drumer perempuan yang profesional di Indonesia.
Peluncuran lagu hasil perpaduan metal progresif dan tradisional yang diberi judul "Penggrantesing Jagad" itu dilaksanakan di Kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (11/1) malam.
Sejumlah musisi andal di Tanah Air yang terlibat dalam penggarapan lagu jebolan ajang Indonesia Mencari Bakat itu antara lain, Gilang Ramadhan, Rifky "Konfliktion", Yo Iqbal, Andi Bayou, Agung "Burgerkill", Oki Fadhlan, dan Arief "Kapten".
Bunga Bangsa mengaku menyukai aliran musik metal sejak kecil karena bisa mengekspresikan berbagai perasaannya.
Di sisi lain, dirinya juga ingin mengangkat musik tradisional dan mengajak kalangan milenial untuk menyukai sekaligus melestarikannya.
"Saat ini jarang sekali ada milenial yang mau mendengarkan musik tradisional sehingga saya mencoba memadukannya dengan aliran musik metal," katanya.
Ia mengungkapkan kesulitan yang dihadapi saat memadukan musik metal progresif dengan musik tradisional adalah menggabungkan dengan laras yang tepat, mencari melodi dan nada yang benar-benar cocok dengan distorsi musik metal.
"Kami tidak mau ini hanya kolaborasi karya tradisional yang ditempelkan pada musik metal," ujarnya.
Lebih lanjut, Bunga menjelaskan bahwa lagu "Panggrantesing Jagad" yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah kesedihan bumi ini mengangkat tema kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia.
"Lagu ini memiliki tujuan untuk melestarikan budaya, bahasa, dan musik tradisional Jawa yang hampir punah karena kecenderungan milenial yang menyukai musik modern sehingga 'Panggrantesing Jagad" dikemas dengan genre musik metal progresif, namun liriknya berbahasa Jawa," katanya.
Gilang Ramadhan, salah satu musisi yang terlibat dalam pembuatan lagu "Panggrantesing Jagad" ini mengaku bangga dengan Bunga Bangsa yang kreatif dalam menggabungkan musik metal progresif dengan alat musik tradisional.
"Ini kemajuan di Indonesia karena ada remaja berusia 14 tahun yang kreativitasnya cukup tinggi dalam menggabungkan dua aliran musik yang berbeda," ujarnya.
Ia berharap Bunga Bangsa bisa menjadi sosok drumer perempuan yang profesional di Indonesia.