Pemerintah Kota Palu optimistis bisa menurunkan angka stunting atau tengkes di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu meski tahun ini prevalensi mengalami kenaikan 0,8 persen menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023.
"Saat ini prevalensi stunting Kota Palu di angka 24,7 persen dari tahun sebelumnya 23,9 persen. Meski terjadi kenaikan, kami tetap yakin tahun berikutnya prevalensi ini bisa di tekan," kata Wakil Wali Kota Palu Reny A Lamadjido dalam pertemuan pelaksanaan penilaian kinerja percepatan penurunan stunting di Palu, Senin.
Ia menjelaskan, meski data SSGI Kota Palu meningkat, namun dari sisi penilaian elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) cukup jauh perbedaannya atau mengalami penurunan.
Dari data e-PPBGM, prevalensi stunting di ibu kota Sulteng turun sekitar 1,8 persen dari 7,85 menjadi 6,19 dari 90 persen hasil penilaian terhadap Balita, ibu hamil, dan komponen lainnya. "Meski SSGI mengalami kenaikan, namun kami bersyukur e-PPBGM bisa membantu. Dengan gambaran ini kami tetap bersemangat melakukan berbagai intervensi program melalui masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD)," ujarnya.
Di kesempatan itu, ia berterima kasih kepada seluruh jajaran OPD, Camat, Lurah, hingga Bunda PAUD masing-masing kecamatan dan kelurahan yang telah bekerja sama dalam menurunkan prevalensi stunting.
Menurutnya, langkah-langkah yang perlu dikuatkan saat ini dari sisi penyuluhan yang melekat pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) sebagaimana fungsi utama instansi tersebut untuk menggerakkan komponen lain," tuturnya.
Baca juga: Community involvement key for stunting prevention
Baca juga: Bantul gandeng IDI tanggulangi stunting
Baca juga: Community involvement key for stunting prevention
Baca juga: Bantul gandeng IDI tanggulangi stunting
Pada kegiatan penyuluhan, Pemkot Palu memberikan layanan konseling mengenai kesehatan dan pemenuhan gizi kepada calon pengantin maupun pasangan usia subur yang merencanakan kehamilan. Selain itu, upaya lain yakni mengoptimalkan kinerja tim pendamping keluarga (TPK) di tingkat kelurahan dengan menaikkan insentif bagi petugas.
"Tim pendamping keluarga adalah ujung tombak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata anak seusia, dan saya berharap semua OPD bekerja lebih optimal supaya kita bisa mencapai hasil yang baik ke depan," kata Reny.