Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan perbankan harus membantu perekonomian Indonesia agar bertumbuh lebih tinggi lagi.
Hal ini mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang periode 2014-2022 rata-rata berkisar 5 persen, berbeda dibandingkan periode 2004-2014 yang memiliki rata-rata 6 persen.
“5 persen tidak buruk, by any global standard itu bagus, tapi untuk standar Indonesia masih kurang. Kita harus tumbuh 6 persen atau lebih (karena) setiap kita kehilangan 1 persen PDB (Produk Domestik Bruto), kita kehilangan penciptaan lapangan kerja sekitar 400 ribu orang. Jadi, ke depan kita harus bekerja lebih keras lagi, perbankan harus membantu perekonomian, untungnya (profit perusahaan) kurangin sedikit gapapa lah,” kata dia dalam LPS AWARDS 2023 di Jakarta, Rabu.
Sebagaimana diketahui, ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2023 tumbuh solid sebesar 4,94 persen. Sebagian besar pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah.
Pihaknya memperkirakan ekonomi Indonesia dapat bertumbuh 5-5,2 persen pada tahun 2023. Adapun pada tahun 2024, LPS memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tanah air berkisar 5-5,3 persen.
“Kata kita (angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5 persen) bagus. Tapi, kalau kita lihat sejarah ke belakang, kita bisa tumbuh 6 persen setelah krisis 1997 antara 2004-2014. Sekarang, pertumbuhan kita agak turun sedikit, dari 6 persen ke 5 persen,” ucap Purbaya.
Di sisi lain, sebagai salah satu pilar utama sebuah negara dengan fungsi intermediasi yang berperan penting menggerakkan perekonomian, sektor perbankan nasional saat ini dalam kondisi sangat baik.
Per Oktober 2023, Capital Adequacy Ratio (CAR) berada para level 27,48 persen. Terkait indikator rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/ECD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 117,29 persen dan 26,36 persen.
Selanjutnya, intermediasi perbankan pada Oktober 2023 juga berkembang dengan baik dengan kredit yang tumbuh sebesar 8,99 persen year on year (yoy). Sementara itu, DPK tumbuh 3,43 persen di periode yang sama seiring dengan percepatan pada aktivitas ekonomi nasional melalui belanja korporasi dan belanja daerah.
Level intermediasi perbankan dinilai tergolong cukup baik, namun perlu lebih dorong agar roda sektor riil dapat berputar lebih kencang.
“Saya sih melihatnya pertumbuhan kredit bisa double digit atau lebih. Kalau pembangunan di sektor pemerintah saja tidak cukup karena rasio belanja pemerintah ke PDB hanya 10 persen, sedangkan real sector jauh besar, yakni 50-60 persen,” ujarnya.
Baca juga: Heru berharap LPS Monas Half Marathon jadi acara berkelanjutan Jakarta
Baca juga: Jatuhnya SVB dan Signature Bank tak timbulkan efek langsung ke Indonesia
Menurut dia, kondisi perbankan yang baik tidak lepas dari peran serta pelaku industri perbankan yang menjalankan bisnis dengan baik dan prudent. “Kami sangat mengapresiasi peran serta Bapak-Ibu dalam bersama-sama menjaga industri perbankan domestik kita ini supaya tetap kuat ke depannya,” ungkap Ketua LPS.