Jakarta (ANTARA) - Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI) Rifki Ismal mengatakan masyarakat golongan pegawai non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) sedikit yang memahami keuangan syariah.
“Ternyata di masyarakat itu yang paham ekonomi keuangan syariah dosen sama PNS. Pegawai non-PNS kecil sekali yang paham keuangan syariah, padahal pegawai non-PNS itu jutaan jumlah. Tapi dari survei, jumlah mereka ternyata tak begitu banyak yang paham dengan keuangan syariah,” ujarnya dalam “Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah”, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis.
Selain itu, masyarakat yang memahami keuangan syariah kebanyakan berasal dari provinsi dengan mayoritas penduduk Muslim dan memiliki tingkat keislaman cukup tinggi. Misalnya ialah provinsi yang banyak pesantren dan ulama otomatis memiliki tingkat literasi ekonomi syariah tinggi.
Baca juga: BSI resmi meluncurkan Indonesia Islamic Financial Center
Sebaliknya, penduduk Muslim yang tak menjadi mayoritas di provinsi tertentu memiliki angka literasi ekonomi yang rendah.
“Itu jadi PR (Pekerjaan Rumah) kita juga, bagaimana meningkatkan pemahaman masyarakat dengan ekonomi keuangan syariah,” ujar dia
Berdasarkan survei terbaru dari BI tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang memahami keuangan sosial Islam (instrumen keuangan berupa zakat, infak, sedekah, hingga wakaf) belum merata
Kebanyakan penduduk di tanah air disebut cenderung mengetahui wakaf hanya terkait dengan masjid, kuburan, panti asuhan, atau rumah tahfidz yang dibangun di atas tanah wakaf. Padahal, paradigma terkait wakaf di dunia internasional sudah sangat luas.
“Al-Azhar (Universitas di Mesir) dibangun di tanah wakaf. Kalau dalam konteks konvensional, Harvard University itu nilai endowment fund (dana abadi), kalau bahasa kitanya mungkin wakaf, endowment fund Harvard lebih tinggi dari cadangan devisa Indonesia,” ungkap Rifki.
Baca juga: Produktivitas ekonomi RI dapat ditopang keuangan syariah
Dalam kondisi ini, dia menilai peran jurnalis sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keuangan sosial Islam. Hal ini mengingat angka literasi melek ekonomi syariah di Indonesia hanya 28 dari 100 orang menurut survei BI tahun 2022
“Peran dari jurnalis itu bagaimana meyakinkan mereka (masyarakat), tidak hanya paham, tidak hanya tahu, tapi teryakinkan. Mereka action, mereka langsung ambil peran, langsung ikut terlibat dalam pengembangan keuangan sosial Islam. Itu peran dari jurnalis sangat sentral sekali,” kata Direktur DEKS BI itu pula.
Baca juga: Edukasi pelajar dan mahasiswa, OJK gelar Olimpiade Keuangan Syariah 2024
Baca juga: Indonesia harus tingkatkan ekonomi syariah agar jadi nomor satu