Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin dan metabolik dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD mengatakan bahwa penggunaan alat scoring faktor risiko pada pasien dapat mengefisienkan prosedur skrining atau pemeriksaan diabetes melitus tipe dua.
Salah satu alat scoring faktor risiko yang dapat digunakan yaitu FINDRISC (The Finnish Diabetes Risk Score), berupa kuesioner atau daftar pertanyaan yang dapat dijawab oleh pasien dan kemudian hasilnya dianalisis oleh tenaga kesehatan.
“Jadi, melihat misalnya apakah ada faktor keturunan, gerak sehari berapa kali, apakah sering makan buah-buahan, dan sebagainya. Nah itu ada scoring-scoring-nya. Kalau hasilnya di atas 20 poin, berarti dia berisiko untuk diabetes sehingga disarankan untuk skrining (lebih lanjut),” kata dokter lulusan Universitas Brawijaya itu dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis.
Dalam praktiknya sehari-hari, Rulli mengatakan bahwa dirinya menggunakan alat scoring tersebut untuk memudahkan prosedur pemeriksaan diabetes. Setelah terindentifikasi berisiko tinggi untuk mengalami diabetes tipe dua melalui scoring, maka pasien didorong untuk melakukan tes gula darah.
Menurut dia, alat scoring faktor risiko ini juga dapat diterapkan untuk program skrining gratis yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga dapat menghemat cost pemerintah.
“Kalau pemerintah dananya tidak terlalu cukup, harus pilih-pilih dulu dengan risk factor sehingga orang-orang yang punya faktor risiko itu dulu yang didahulukan,” ujar dia.
Baca juga: Dinkes laksanakan skrining masif HIV mulai dari nakes di Mataram
Terkait dengan kapasitas dokter umum di puskesmas yang melakukan skrining diabetes, Rulli mengatakan bahwa mereka pada dasarnya mampu dan kompeten melakukan diagnosis hingga terapi karena telah memenuhi standar keterampilan dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
"Oleh sebab itu, kemampuan mereka untuk melakukan skrining diabetes tidak perlu diragukan masyarakat," ujarnya.
Sebagai informasi, Kemenkes akan meluncurkan program skrining kesehatan gratis yang dapat diakses oleh setiap individu pada hari ulang tahunnya. Program ini rencananya diluncurkan pada tahun 2025. Penyakit diabetes termasuk salah satu jenis penyakit yang masuk dalam program tersebut yang ditujukan bagi kelompok usia remaja di bawah 18 tahun.
Baca juga: Program skrining kesehatan gratis jadi langkah maju pemerintah
Dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada akhir Oktober lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa program ini merupakan hadiah ulang tahun dari negara kepada masyarakat dan dilakukan setiap hari ulang tahun untuk memastikan kesehatan terpantau secara dini.
Menurut Kemenkes, program ini berbeda dari skrining Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup 14 jenis penyakit. Skrining ulang tahun dirancang untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit sesuai golongan usia, dengan tujuan meningkatkan efektivitas deteksi dini dan meminimalkan risiko kematian serta kecacatan.