Mataram (ANTARA) - Pengusaha Korea Selatan (Korsel) meminta tambahan pasokan kopi jenis robusta sebanyak 100 ton yang diproduksi petani di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat karena kualitas dan cita rasanya yang khas.
"Untuk tahun 2020, permintaan dari Korea meningkat. Alhamdulillah 100 ton kontrak order sudah kami sepakati. Itu lanjutan dari pengiriman sebelumnya," kata Lalu Thoriq, satu-satunya eksportir kopi di NTB, kepada ANTARA di Mataram, Kamis.
Mantan tenaga kerja Indonesia yang pernah bekerja di Korea Selatan itu mengaku sudah mengirim kopi ke Korea Selatan sejak 2017 sebanyak 20 ton.
Namun hanya 10 ton yang dikirim terakhir menggunakan surat keterangan asal (SKA) dari Dinas Perdagangan NTB dan diekspor langsung dari Lombok, pada 2019. Sebelumnya masih menggunakan tanpa nama dan dikirim ke luar negeri melalui Jakarta.
Menurut Thoriq, meningkatnya permintaan mitra bisnisnya di Korea Selatan terhadap kopi robusta dari Kabupaten Lombok Utara karena menghentikan pasokan dari Vietnam.
"Sebelumnya, mitra bisnis saya menggunakan kopi robusta Vietnam. Tapi setelah masuk robusta Lombok, akhirnya memutuskan berhenti menggunakan robusta Vietnam karena kualitas rasa Kopi robusta Lombok lebih diterima konsumen di Korea Selatan," ujarnya.
Ia mengatakan pengiriman kopi robusta yang diproduksi petani di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara tersebut secara bertahap, mulai Juni hingga Oktober 2020.
Pengiriman akan menggunakan fasilitas kargo dan dikirim ke negara tujuan melalui jalur laut lewat pelabuhan di Surabaya, Jawa Timur. Tapi tetap menggunakan SKA yang dikeluarkan Dinas Perdagangan NTB.
Thoriq juga memastikan pasokan biji kopi dari petani mitranya akan terjamin. Sebab, para petani sudah didatangi satu per satu sejak Februari 2020.
Bahkan, ada beberapa petani yang potensial terutama dari kelompok tani binaan sudah diberikan uang muka untuk pembelian kopi saat panen tahun ini.
Kopi yang akan diekspor juga harus benar-benar matang pohon dan dikupas basah serta dipermentasi.
"Sementara ini, saya fokus mengambil kopi hasil panen petani di Kecamatan Gangga," kata Thoriq.
"Untuk tahun 2020, permintaan dari Korea meningkat. Alhamdulillah 100 ton kontrak order sudah kami sepakati. Itu lanjutan dari pengiriman sebelumnya," kata Lalu Thoriq, satu-satunya eksportir kopi di NTB, kepada ANTARA di Mataram, Kamis.
Mantan tenaga kerja Indonesia yang pernah bekerja di Korea Selatan itu mengaku sudah mengirim kopi ke Korea Selatan sejak 2017 sebanyak 20 ton.
Namun hanya 10 ton yang dikirim terakhir menggunakan surat keterangan asal (SKA) dari Dinas Perdagangan NTB dan diekspor langsung dari Lombok, pada 2019. Sebelumnya masih menggunakan tanpa nama dan dikirim ke luar negeri melalui Jakarta.
Menurut Thoriq, meningkatnya permintaan mitra bisnisnya di Korea Selatan terhadap kopi robusta dari Kabupaten Lombok Utara karena menghentikan pasokan dari Vietnam.
"Sebelumnya, mitra bisnis saya menggunakan kopi robusta Vietnam. Tapi setelah masuk robusta Lombok, akhirnya memutuskan berhenti menggunakan robusta Vietnam karena kualitas rasa Kopi robusta Lombok lebih diterima konsumen di Korea Selatan," ujarnya.
Ia mengatakan pengiriman kopi robusta yang diproduksi petani di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara tersebut secara bertahap, mulai Juni hingga Oktober 2020.
Pengiriman akan menggunakan fasilitas kargo dan dikirim ke negara tujuan melalui jalur laut lewat pelabuhan di Surabaya, Jawa Timur. Tapi tetap menggunakan SKA yang dikeluarkan Dinas Perdagangan NTB.
Thoriq juga memastikan pasokan biji kopi dari petani mitranya akan terjamin. Sebab, para petani sudah didatangi satu per satu sejak Februari 2020.
Bahkan, ada beberapa petani yang potensial terutama dari kelompok tani binaan sudah diberikan uang muka untuk pembelian kopi saat panen tahun ini.
Kopi yang akan diekspor juga harus benar-benar matang pohon dan dikupas basah serta dipermentasi.
"Sementara ini, saya fokus mengambil kopi hasil panen petani di Kecamatan Gangga," kata Thoriq.