Mataram (ANTARA) - Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat menyatakan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat setempat terhadap bahaya penularan virus corona jenis baru (COVID-19) yang saat ini menjadi pandemi global.
"Seperti kondisi pasar tradisional kita, di situ masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan jaga jarak, masih senang berdesak-desakan, banyak juga yang tidak gunakan masker," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda NTB Kombes Pol dr Ubaidillah dalam video konferensi di Mataram, Senin.
Kurangnya kesadaran warga terhadap bahaya virus itu, katanya, juga terlihat melalui keikutsertaan mereka dalam pembagian makanan dan sembako.
Ia menyebut tidak ada yang salah dalam aksi sosial kemanusiaan tersebut, namun warga harus tetap menjaga diri dari kemungkinan paparan virus.
"Jangan buat sistem yang mengakibatkan orang pada berkumpul. Alangkah baiknya jemput bola, 'door to door', bagikan langsung satu persatu," ujarnya.
Bila masyarakat masih menganggap remeh virus itu dan mengabaikan anjuran pemerintah dalam tata cara pencegahan penularannya, Ubaidillah khawatir jumlah kasus di NTB akan terus meningkat.
"Jadi garda depan itu bukan paramedis atau pemerintah dan TNI-Polri, tapi masyarakat. Di sini masyarakat yang harus sadar," ucapnya.
Jauh hari sebelumnya, kata dia, pemerintah telah menyampaikan cara untuk memutus mata rantai atau menghambat penularan virus yang dapat mengakibatkan korban meninggal dunia itu.
Ubaidillah mengingatkan kembali bahwa ada tiga cara yang perlu diterapkan masyarakat dalam upaya memutus mata rantai pandemi COVID-19.
Cara pertama, yakni menerapkan sistem jaga jarak, selalu mengenakan masker atau sarana pelindung saluran pernapasan, utamanya ketika berada di luar rumah, serta sering mencuci tangan.
"Virus ini kan menular melalui saluran pernapasan kita, bisa lewat selaput lendir yang ada di hidung dan mulut. Itu makanya kita diminta untuk sering cuci tangan, gunakan masker, dan jaga jarak," ujarnya.
"Seperti kondisi pasar tradisional kita, di situ masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan jaga jarak, masih senang berdesak-desakan, banyak juga yang tidak gunakan masker," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda NTB Kombes Pol dr Ubaidillah dalam video konferensi di Mataram, Senin.
Kurangnya kesadaran warga terhadap bahaya virus itu, katanya, juga terlihat melalui keikutsertaan mereka dalam pembagian makanan dan sembako.
Ia menyebut tidak ada yang salah dalam aksi sosial kemanusiaan tersebut, namun warga harus tetap menjaga diri dari kemungkinan paparan virus.
"Jangan buat sistem yang mengakibatkan orang pada berkumpul. Alangkah baiknya jemput bola, 'door to door', bagikan langsung satu persatu," ujarnya.
Bila masyarakat masih menganggap remeh virus itu dan mengabaikan anjuran pemerintah dalam tata cara pencegahan penularannya, Ubaidillah khawatir jumlah kasus di NTB akan terus meningkat.
"Jadi garda depan itu bukan paramedis atau pemerintah dan TNI-Polri, tapi masyarakat. Di sini masyarakat yang harus sadar," ucapnya.
Jauh hari sebelumnya, kata dia, pemerintah telah menyampaikan cara untuk memutus mata rantai atau menghambat penularan virus yang dapat mengakibatkan korban meninggal dunia itu.
Ubaidillah mengingatkan kembali bahwa ada tiga cara yang perlu diterapkan masyarakat dalam upaya memutus mata rantai pandemi COVID-19.
Cara pertama, yakni menerapkan sistem jaga jarak, selalu mengenakan masker atau sarana pelindung saluran pernapasan, utamanya ketika berada di luar rumah, serta sering mencuci tangan.
"Virus ini kan menular melalui saluran pernapasan kita, bisa lewat selaput lendir yang ada di hidung dan mulut. Itu makanya kita diminta untuk sering cuci tangan, gunakan masker, dan jaga jarak," ujarnya.