Mataram (ANTARA) - Satuan Gugus Tugas (Satgas) Peduli COVID-19 PWNU NTB menyayangkan banyaknya anak NTB terpapar Corona Virus Deasese (COVID-19).
"Anak-anak saat ini dalam posisi bahaya, mereka sangat rentan tertular virus COVID-19 dan hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut," kata Ketua Satgas NU Peduli COVID-19 PWNU NTB, Lalu Aksar Anshori di Mataram, Kamis.
Ia menegaskan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota harus respons dan memberikan perhatian khusus dalam mencegah penularan COVID-19 terhadap anak.
"Anak-anak memiliki potensi tertular karena keterbatasan yang mereka miliki, seperti belum memahami aturan dan tata cara menghindar dan melindungi diri dari bahaya, tidak memiliki pengetahuan mengenai penyakit dan penularannya serta imunitas tubuh yang belum stabil. Karena keterbatasan ini anak-anak sangat rentan tertular COVID-19," tuturnya.
Menurut Aksar, hingga saat ini pihaknya belum melihat ada upaya khusus yang dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah penularan COVID-19 pada anak. Faktanya 22 anak yang postif COVID-19, tertular dari orang-orang terdekat mereka yang memiliki riwayat positif terjangkit COVID-19.
"Ini salah satu bukti bahwa protokoler pencegahan dan penanganan penularan COVID-19 tidak dilaksanakan dengan ketat dan profesional oleh pemerintah daerah. Lihat saja data anak-anak yang positif begitu banyak," ujar Aksar.
Aksar mencontohkan sejumlah kasus positif COVID-19 yang menimpa anak-anak NTB, antara lain pasien nomor 283 inisial MYK laki-laki berusia 2 tahun warga Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit COVID-19. Namun, ternyata terpapar kontak dengan pasien COVID-19 berinisial HT.
Selanjutnya, pasien nomor 284 berinisial UAQ, laki-laki usia 1 tahun warga Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit COVID-19. Namun, memiliki riwayat kontak erat dengan pasien nomor 230.
Begitu juga dengan pasien nomor 285 inisial MRM, laki-laki usia 11 tahun, warga Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit. Namun, lagi-lagi memiliki riwayat kontak dengan pasien nomor 180.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, Gugus Tugas NU Peduli COVID-19 PWNU NTB mendesak pemerintah daerah memiliki perhatian khusus dan serius atas kasus ini.
"Tidak boleh lagi ada anak-anak yang terpapar virus COVID-19. Kami minta pemerintah daerah mengambil langkah cepat dan tepat untuk mencegah dan memutus rantai penularan virus COVID-19 yang berpotensi menjangkiti anak," ucapnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus segera terapkan protokoler pengasuhan bagi anak tanpa gejala, anak dalam pemantauan, pasien anak dalam pengawasan, kasus konfirmasi, dan anak dengan orangtua/pengasuh/wali berstatus orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, kasus konfirmasi, dan orang tua yang meninggal karena COVID-19.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 Pemerintah Provinsi NTB, sampai dengan Rabu (6/5) jumlah kasus positif di provinsi itu mencapai 300 orang, dengan rincian 237 orang positif dalam perawatan, 58 orang dinyatakan sembuh, dan lima lainnya meninggal dunia.
"Anak-anak saat ini dalam posisi bahaya, mereka sangat rentan tertular virus COVID-19 dan hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut," kata Ketua Satgas NU Peduli COVID-19 PWNU NTB, Lalu Aksar Anshori di Mataram, Kamis.
Ia menegaskan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota harus respons dan memberikan perhatian khusus dalam mencegah penularan COVID-19 terhadap anak.
"Anak-anak memiliki potensi tertular karena keterbatasan yang mereka miliki, seperti belum memahami aturan dan tata cara menghindar dan melindungi diri dari bahaya, tidak memiliki pengetahuan mengenai penyakit dan penularannya serta imunitas tubuh yang belum stabil. Karena keterbatasan ini anak-anak sangat rentan tertular COVID-19," tuturnya.
Menurut Aksar, hingga saat ini pihaknya belum melihat ada upaya khusus yang dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah penularan COVID-19 pada anak. Faktanya 22 anak yang postif COVID-19, tertular dari orang-orang terdekat mereka yang memiliki riwayat positif terjangkit COVID-19.
"Ini salah satu bukti bahwa protokoler pencegahan dan penanganan penularan COVID-19 tidak dilaksanakan dengan ketat dan profesional oleh pemerintah daerah. Lihat saja data anak-anak yang positif begitu banyak," ujar Aksar.
Aksar mencontohkan sejumlah kasus positif COVID-19 yang menimpa anak-anak NTB, antara lain pasien nomor 283 inisial MYK laki-laki berusia 2 tahun warga Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit COVID-19. Namun, ternyata terpapar kontak dengan pasien COVID-19 berinisial HT.
Selanjutnya, pasien nomor 284 berinisial UAQ, laki-laki usia 1 tahun warga Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit COVID-19. Namun, memiliki riwayat kontak erat dengan pasien nomor 230.
Begitu juga dengan pasien nomor 285 inisial MRM, laki-laki usia 11 tahun, warga Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit. Namun, lagi-lagi memiliki riwayat kontak dengan pasien nomor 180.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, Gugus Tugas NU Peduli COVID-19 PWNU NTB mendesak pemerintah daerah memiliki perhatian khusus dan serius atas kasus ini.
"Tidak boleh lagi ada anak-anak yang terpapar virus COVID-19. Kami minta pemerintah daerah mengambil langkah cepat dan tepat untuk mencegah dan memutus rantai penularan virus COVID-19 yang berpotensi menjangkiti anak," ucapnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus segera terapkan protokoler pengasuhan bagi anak tanpa gejala, anak dalam pemantauan, pasien anak dalam pengawasan, kasus konfirmasi, dan anak dengan orangtua/pengasuh/wali berstatus orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, kasus konfirmasi, dan orang tua yang meninggal karena COVID-19.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 Pemerintah Provinsi NTB, sampai dengan Rabu (6/5) jumlah kasus positif di provinsi itu mencapai 300 orang, dengan rincian 237 orang positif dalam perawatan, 58 orang dinyatakan sembuh, dan lima lainnya meninggal dunia.