Jakarta (ANTARA) - Perum Bulog menyatakan impor gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi masyarakat sebesar 21.800 ton, yang didatangkan dari India akan mencukupi kebutuhan hingga Lebaran 2020.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menjelaskan gula pasir tersebut telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, lewat operasi pasar dengan harga jual tingkat konsumen maksimal Rp12.500 per kilogram.
"Untuk memenuhi kebutuhan Hari Besar Keagamaan Idul Fitri ini, sudah kami pasok kurang lebih 21.800 ton. Insya Allah cukup sampai Lebaran," katanya dalam konferensi pers video di Jakarta, Senin.
Tri menyebutkan 21.800 ton gula pasir tersebut merupakan impor tahap pertama dari total penugasan impor Bulog sebesar 50.000 ton.
Pada tahap pertama, 21.800 ton gula pasir didatangkan dari India pada 5 Mei lalu lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Sementara itu, sisanya sebanyak 28.200 ton akan tiba pada pekan pertama Juni 2020 lewat Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Saat ini, gula pasir yang tiba telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia melalui operasi pasar secara serentak yang dilakukan mulai Jumat (15/5/2020) lalu.
Dalam operasi pasar tersebut, Bulog menjual secara eceran ke pedagang dengan menggelontorkan sekitar 50 kg gula pasir seharga Rp11.000 per kg.
Dengan demikian, pedagang tetap mendapatkan untung dan harga di tingkat konsumen tidak lebih dari Rp12.500 per kg.
Sejumlah wilayah dengan alokasi gula pasir terbanyak, yakni DKI Jakarta sebesar 8.800 ton; Jawa Barat sebanyak 3.500 ton dan Papua 1.000 ton.
Namun demikian, Tri tidak menampik bahwa kebutuhan gula pasir nasional yang mencapai 250.000 ton per bulan, tidak sebanding dengan alokasi gula pasir yang didistribusikan Bulog.
Oleh sebab itu, ia berharap BUMN lainnya, seperti PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI juga turut mendistribusikan kuota gula impor.
"Mudah-mudahan teman-teman BUMN lain, seperti PPI, RNI, ini juga segera masuk karena mereka juga punya kuota yang sama sekitar 50.000 ton," kata Tri.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menjelaskan gula pasir tersebut telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, lewat operasi pasar dengan harga jual tingkat konsumen maksimal Rp12.500 per kilogram.
"Untuk memenuhi kebutuhan Hari Besar Keagamaan Idul Fitri ini, sudah kami pasok kurang lebih 21.800 ton. Insya Allah cukup sampai Lebaran," katanya dalam konferensi pers video di Jakarta, Senin.
Tri menyebutkan 21.800 ton gula pasir tersebut merupakan impor tahap pertama dari total penugasan impor Bulog sebesar 50.000 ton.
Pada tahap pertama, 21.800 ton gula pasir didatangkan dari India pada 5 Mei lalu lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Sementara itu, sisanya sebanyak 28.200 ton akan tiba pada pekan pertama Juni 2020 lewat Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Saat ini, gula pasir yang tiba telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia melalui operasi pasar secara serentak yang dilakukan mulai Jumat (15/5/2020) lalu.
Dalam operasi pasar tersebut, Bulog menjual secara eceran ke pedagang dengan menggelontorkan sekitar 50 kg gula pasir seharga Rp11.000 per kg.
Dengan demikian, pedagang tetap mendapatkan untung dan harga di tingkat konsumen tidak lebih dari Rp12.500 per kg.
Sejumlah wilayah dengan alokasi gula pasir terbanyak, yakni DKI Jakarta sebesar 8.800 ton; Jawa Barat sebanyak 3.500 ton dan Papua 1.000 ton.
Namun demikian, Tri tidak menampik bahwa kebutuhan gula pasir nasional yang mencapai 250.000 ton per bulan, tidak sebanding dengan alokasi gula pasir yang didistribusikan Bulog.
Oleh sebab itu, ia berharap BUMN lainnya, seperti PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI juga turut mendistribusikan kuota gula impor.
"Mudah-mudahan teman-teman BUMN lain, seperti PPI, RNI, ini juga segera masuk karena mereka juga punya kuota yang sama sekitar 50.000 ton," kata Tri.