Mataram (ANTARA) - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat Farid Faletehan mengatakan penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah kerjanya masih tumbuh positif dan jauh di atas pertumbuhan nasional meskipun NTB terdampak pandemi COVID-19.
"Pertumbuhan penyaluran kredit di NTB, selama pandemi COVID-19 tergolong luar biasa. Berapa kali lipat dari pertumbuhan nasional," kata Farid, di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan, total penyaluran kredit perbankan pada Maret 2020 mencapai Rp52,19 triliun atau tumbuh sebesar 28,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Padahal, pada bulan tersebut merupakan awal terjadinya pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sementara total penyaluran kredit pada April 2020 mencapai Rp50,85 miliar atau masih tumbuh sebesar 23,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Padahal, kondisi beberapa sektor usaha di bulan tersebut sudah mulai terdampak penyebaran virus corona, terutama sektor pariwisata.
Farid menambahkan persentase pertumbuhan kredit di NTB, jauh di atas pertumbuhan nasional sebesar 6,09 persen pada Maret dan 5,78 persen pada April 2020.
"Meskipun ada pandemi COVID-19, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di NTB, masih cukup bagus. Cuma agak menurun jika dibandingkan sebelum ada wabah tersebut. Mudahan pada Juli nanti sudah mulai naik lagi sebagai dampak diberlakukannya normal baru," ujarnya.
Menurut dia, pertumbuhan kredit perbankan di NTB, yang masih berada dalam trend positif dan jauh di atas pertumbuhan nasional disebabkan sektor usaha yang terdampak hanya sekitar 6,5 persen dari total penyaluran kredit.
Artinya, sektor usaha yang tidak terdampak masih sangat besar sehingga tetap menjadi peluang pasar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan. Salah satunya adalah sektor pertanian.
Oleh sebab itu, kata Farid, perbankan harus menggenjot penyaluran kredit ke sektor-sektor usaha yang tidak terlalu beresiko tersebut sehingga perekonomian daerah tetap bergairah di tengah pandemi COVID-19.
Upaya menggenjot penyaluran kredit tersebut tidak hanya harus dilakukan oleh perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang informasinya mendapatkan penempatan dana pemerintah Rp30 triliun. Tapi semua bank yang beroperasi di NTB, juga harus melakukannya.
"Saya juga sangat optimis akan dampak dari normal baru. Dan kami sangat mendukung kebijakan pemerintah tersebut karena bisa menggerakkan ekonomi masyarakat, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19," katanya.
"Pertumbuhan penyaluran kredit di NTB, selama pandemi COVID-19 tergolong luar biasa. Berapa kali lipat dari pertumbuhan nasional," kata Farid, di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan, total penyaluran kredit perbankan pada Maret 2020 mencapai Rp52,19 triliun atau tumbuh sebesar 28,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Padahal, pada bulan tersebut merupakan awal terjadinya pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sementara total penyaluran kredit pada April 2020 mencapai Rp50,85 miliar atau masih tumbuh sebesar 23,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Padahal, kondisi beberapa sektor usaha di bulan tersebut sudah mulai terdampak penyebaran virus corona, terutama sektor pariwisata.
Farid menambahkan persentase pertumbuhan kredit di NTB, jauh di atas pertumbuhan nasional sebesar 6,09 persen pada Maret dan 5,78 persen pada April 2020.
"Meskipun ada pandemi COVID-19, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di NTB, masih cukup bagus. Cuma agak menurun jika dibandingkan sebelum ada wabah tersebut. Mudahan pada Juli nanti sudah mulai naik lagi sebagai dampak diberlakukannya normal baru," ujarnya.
Menurut dia, pertumbuhan kredit perbankan di NTB, yang masih berada dalam trend positif dan jauh di atas pertumbuhan nasional disebabkan sektor usaha yang terdampak hanya sekitar 6,5 persen dari total penyaluran kredit.
Artinya, sektor usaha yang tidak terdampak masih sangat besar sehingga tetap menjadi peluang pasar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan. Salah satunya adalah sektor pertanian.
Oleh sebab itu, kata Farid, perbankan harus menggenjot penyaluran kredit ke sektor-sektor usaha yang tidak terlalu beresiko tersebut sehingga perekonomian daerah tetap bergairah di tengah pandemi COVID-19.
Upaya menggenjot penyaluran kredit tersebut tidak hanya harus dilakukan oleh perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang informasinya mendapatkan penempatan dana pemerintah Rp30 triliun. Tapi semua bank yang beroperasi di NTB, juga harus melakukannya.
"Saya juga sangat optimis akan dampak dari normal baru. Dan kami sangat mendukung kebijakan pemerintah tersebut karena bisa menggerakkan ekonomi masyarakat, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19," katanya.