Jakarta (ANTARA) - Nama studio rekaman Abbey Road yang berada di St John's Wood, Westminster, London, Inggris, menjadi primadona bagi mereka yang bergelut di industri musik.
Studio yang didirikan tahun 1931 itu dikenal telah membidani lahirnya karya musik dari banyak musisi kelas dunia. Sebut saja nama The Beatles, Deep Purple, hingga Pink Floyd menjadi beberapa di antara banyaknya musisi yang pernah merasakan rekaman di studio ini.
Bahkan The Beatles sampai menamakan judul album mereka yang dirilis tahun 1969 "Abbey Road", merujuk pada nama jalan tempat studio rekaman yang John Lennon cs gunakan.
Album ke-11 yang juga sekaligus menjadi rekaman terakhir dari The Beatles ini menjadi sangat ikonik dan berpengaruh bagi perjalanan sejarah musik dunia. Dalam album itu, The Beatles menggunakan gambar sampul yang menampilkan para personel sedang menyebrang melintasi zebra cross.
Gaya sampul album ala The Beatles inilah yang akhirnya kerap direka ulang oleh para musisi yang berkesempatan merekam karya mereka di sana hingga para turis yang datang berkunjung ke studio rekaman Abbey Road.
Pangeran Harry, Jon Bon Jovi dan dua anggota paduan suara berjalan menyebrangi zebra cross disebrangi oleh The Beatles, dalam sebuah kunjungan ke Abbey Road Studios di London, Inggris, Jumat (28/2/2020). REUTERS/Henry Nicholls/aww/cfo (REUTERS/HENRY NICHOLLS)
Daya tarik
Tak mengherankan apabila Abbey Road dengan sejarah panjangnya itu menjadi daya tarik bagi para musisi untuk dapat memiliki karya yang direkam dari studio rekaman tersebut.
Sejumlah musisi Indonesia pun juga pernah berkesempatan untuk melakukan proses rekaman karya musik mereka di Abbey Road. Dimulai dari band J-Rocks yang pada tahun 2008 silam pergi ke Abbey Road untuk merekam mini album.
Berawal dari memenangkan sebuah kompetisi kreativitas dalam ajang musik bergengsi Soundrenaline pada 2008, J-Rocks berhasil mewujudkan impian untuk rekaman di studio musik legendaris itu.
Selepas J-Rocks, ada nama grup band Gigi di tahun 2014, lalu /rif di tahun 2015. Ada juga Maliq & D'Essentials hingga Govinda yang juga menyusul pergi ke Abbey Road untuk rekaman karya musiknya masing-masing.
Untuk diketahui, agar dapat mencicipi Abbey Road tidak mudah. Ada serangkaian proses yang harus dijalankan dan juga dibutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit bahkan bisa dibilang sangat mahal. Setidaknya hal itulah yang dirasakan oleh D'MASIV yang baru-baru ini merilis album "Live Acoustic @Abbey Rd".
Grup yang beranggotakan Rian (vokal), Kiki (gitar), Rama (gitar), Rayyi (bass) dan Wahyu (drum) itu berkesempatan ke Abbey Road pada 2019 silam. Di studio ini, D'MASIV merekam total 20 lagu yang diambil dari hit mereka di album pertama hingga keenam.
Menurut Rian, biaya yang dikeluarkan oleh D'MASIV untuk album Abbey Road ini hampir mencapai Rp1 miliar dengan durasi rekaman hanya 10 jam. Belum lagi kebutuhan penyewaan alat, akomodasi dan hal lainnya selama berada di negeri Ratu Elizabeth tersebut.
"Kita total delapan hari. Sebenarnya kalau rekaman cuma 10 jam doang karena mahal banget rekaman di sana. Bahkan untuk bisa dapat license ambil video lebih mahal. Bahkan lebih mahal dari biaya rekamannya," kata Rian kepada ANTARA.
Wujudkan mimpi
Dengan segala proses yang cukup ketat dan biaya produksi yang tinggi, tak menyurutkan niat musisi di seluruh dunia yang rela terbang jauh-jauh ke Abbey Road untuk merekam karya musik mereka.
Bagi anak-anak D'MASIV kesempatan untuk rekaman di Abbey Road merupakan impian yang menjadi kenyataan. Bagai gayung bersambut keinginan lama D'MASIV untuk dapat rekaman di Abbey Road terwujud setelah ada salah satu sponsor yang membiayai mereka terbang ke Inggris.
"Sebenarnya awalnya kita diundang dulu manggung di London tanggal 8 September 2019. Terus ada tawaran manggung lagi di Tower Bridge sama sebuah cafe di London. Nah setelah kita udah pasti berangkat lagi, kita mikir kayaknya sayang kalau kita cuma manggung doang," ujar Rian mengenai ide awal rekaman di Abbey Road.
"Istilahnya udah gak perlu mikir biaya berangkat lagi, biaya hotel, ya Musica setuju dengan rencana kita karena semua sudah diurus untuk penerbangan dan lain-lain. Ada sponsor dari panitia di sana," sambung Rian.
Hal yang tak jauh berbeda juga diungkapkan grup musik Govinda yang pertengahan tahun ini merilis lagu "Hal Hebat" yang proses rekamannya dilakukan di Abbey Road.
Ifan (vokalis), Ade (gitaris), Luki (bassis) dan Jeje (drummer) itu menginjakkan kaki di studio musik legendaris pada bulan November 2019 lalu.
Kedatangan mereka untuk merayakan perjalanan 10 tahun berkarya dengan merilis lagu yang direkam di studio itu.
"Abbey Road Studios ini tempat lahir dari The Beatles yang menjadi inspirasi Govinda bermusik sampai hari ini. Jadi bisa dibilang ketika kita bisa merekam single kita di sana itu adalah mimpi yang jadi kenyataan," kata Ifan saat berkunjung ke redaksi ANTARA awal tahun ini.
Selama 10 hari, Govinda merampungkan proses rekaman yang juga dibantu oleh sound engineer ternama Chris Bolster.
Pengalaman merekam lagu di Abbey Road menjadi salah satu hal terhebat dalam perjalanan 10 tahun Govinda di industri musik Indonesia. Meski mereka mengucapkan untuk dapat mewujudkan mimpi itu tidak mudah.
"Ya pasti semua itu dimulai dari demo, kita kirim via e-mail dan mereka dengerin dulu, mereka pelajarin dulu, karena banyak band pengen rekaman di sana, yang mungkin punya biaya juga buat rekaman di sana, tapi belum tentu mereka bisa diterima rekaman di sana," kata Luki.
"Bisa dibilang kita nekat juga, dari sebuah perkataan ide, tercetus aja gitu, terus kita realisasikan pelan-pelan. Itu butuh waktu juga akhirnya dapet bantuan sponsor yang bisa bantu kita," imbuh Luki.
Apa yang dilakukan oleh D'MASIV dan juga Govinda menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah mimpi yang terkesan di luar kemampuan tetap bisa diwujudkan.
Melalui kerja keras dan konsistensi dalam berkarya, kedua band ini mampu membuka jalannya masing-masing untuk dapat mewujudkan impian mereka sebagai musisi.
Studio yang didirikan tahun 1931 itu dikenal telah membidani lahirnya karya musik dari banyak musisi kelas dunia. Sebut saja nama The Beatles, Deep Purple, hingga Pink Floyd menjadi beberapa di antara banyaknya musisi yang pernah merasakan rekaman di studio ini.
Bahkan The Beatles sampai menamakan judul album mereka yang dirilis tahun 1969 "Abbey Road", merujuk pada nama jalan tempat studio rekaman yang John Lennon cs gunakan.
Album ke-11 yang juga sekaligus menjadi rekaman terakhir dari The Beatles ini menjadi sangat ikonik dan berpengaruh bagi perjalanan sejarah musik dunia. Dalam album itu, The Beatles menggunakan gambar sampul yang menampilkan para personel sedang menyebrang melintasi zebra cross.
Gaya sampul album ala The Beatles inilah yang akhirnya kerap direka ulang oleh para musisi yang berkesempatan merekam karya mereka di sana hingga para turis yang datang berkunjung ke studio rekaman Abbey Road.
Daya tarik
Tak mengherankan apabila Abbey Road dengan sejarah panjangnya itu menjadi daya tarik bagi para musisi untuk dapat memiliki karya yang direkam dari studio rekaman tersebut.
Sejumlah musisi Indonesia pun juga pernah berkesempatan untuk melakukan proses rekaman karya musik mereka di Abbey Road. Dimulai dari band J-Rocks yang pada tahun 2008 silam pergi ke Abbey Road untuk merekam mini album.
Berawal dari memenangkan sebuah kompetisi kreativitas dalam ajang musik bergengsi Soundrenaline pada 2008, J-Rocks berhasil mewujudkan impian untuk rekaman di studio musik legendaris itu.
Selepas J-Rocks, ada nama grup band Gigi di tahun 2014, lalu /rif di tahun 2015. Ada juga Maliq & D'Essentials hingga Govinda yang juga menyusul pergi ke Abbey Road untuk rekaman karya musiknya masing-masing.
Untuk diketahui, agar dapat mencicipi Abbey Road tidak mudah. Ada serangkaian proses yang harus dijalankan dan juga dibutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit bahkan bisa dibilang sangat mahal. Setidaknya hal itulah yang dirasakan oleh D'MASIV yang baru-baru ini merilis album "Live Acoustic @Abbey Rd".
Grup yang beranggotakan Rian (vokal), Kiki (gitar), Rama (gitar), Rayyi (bass) dan Wahyu (drum) itu berkesempatan ke Abbey Road pada 2019 silam. Di studio ini, D'MASIV merekam total 20 lagu yang diambil dari hit mereka di album pertama hingga keenam.
Menurut Rian, biaya yang dikeluarkan oleh D'MASIV untuk album Abbey Road ini hampir mencapai Rp1 miliar dengan durasi rekaman hanya 10 jam. Belum lagi kebutuhan penyewaan alat, akomodasi dan hal lainnya selama berada di negeri Ratu Elizabeth tersebut.
"Kita total delapan hari. Sebenarnya kalau rekaman cuma 10 jam doang karena mahal banget rekaman di sana. Bahkan untuk bisa dapat license ambil video lebih mahal. Bahkan lebih mahal dari biaya rekamannya," kata Rian kepada ANTARA.
Wujudkan mimpi
Dengan segala proses yang cukup ketat dan biaya produksi yang tinggi, tak menyurutkan niat musisi di seluruh dunia yang rela terbang jauh-jauh ke Abbey Road untuk merekam karya musik mereka.
Bagi anak-anak D'MASIV kesempatan untuk rekaman di Abbey Road merupakan impian yang menjadi kenyataan. Bagai gayung bersambut keinginan lama D'MASIV untuk dapat rekaman di Abbey Road terwujud setelah ada salah satu sponsor yang membiayai mereka terbang ke Inggris.
"Sebenarnya awalnya kita diundang dulu manggung di London tanggal 8 September 2019. Terus ada tawaran manggung lagi di Tower Bridge sama sebuah cafe di London. Nah setelah kita udah pasti berangkat lagi, kita mikir kayaknya sayang kalau kita cuma manggung doang," ujar Rian mengenai ide awal rekaman di Abbey Road.
"Istilahnya udah gak perlu mikir biaya berangkat lagi, biaya hotel, ya Musica setuju dengan rencana kita karena semua sudah diurus untuk penerbangan dan lain-lain. Ada sponsor dari panitia di sana," sambung Rian.
Hal yang tak jauh berbeda juga diungkapkan grup musik Govinda yang pertengahan tahun ini merilis lagu "Hal Hebat" yang proses rekamannya dilakukan di Abbey Road.
Ifan (vokalis), Ade (gitaris), Luki (bassis) dan Jeje (drummer) itu menginjakkan kaki di studio musik legendaris pada bulan November 2019 lalu.
Kedatangan mereka untuk merayakan perjalanan 10 tahun berkarya dengan merilis lagu yang direkam di studio itu.
"Abbey Road Studios ini tempat lahir dari The Beatles yang menjadi inspirasi Govinda bermusik sampai hari ini. Jadi bisa dibilang ketika kita bisa merekam single kita di sana itu adalah mimpi yang jadi kenyataan," kata Ifan saat berkunjung ke redaksi ANTARA awal tahun ini.
Selama 10 hari, Govinda merampungkan proses rekaman yang juga dibantu oleh sound engineer ternama Chris Bolster.
Pengalaman merekam lagu di Abbey Road menjadi salah satu hal terhebat dalam perjalanan 10 tahun Govinda di industri musik Indonesia. Meski mereka mengucapkan untuk dapat mewujudkan mimpi itu tidak mudah.
"Ya pasti semua itu dimulai dari demo, kita kirim via e-mail dan mereka dengerin dulu, mereka pelajarin dulu, karena banyak band pengen rekaman di sana, yang mungkin punya biaya juga buat rekaman di sana, tapi belum tentu mereka bisa diterima rekaman di sana," kata Luki.
"Bisa dibilang kita nekat juga, dari sebuah perkataan ide, tercetus aja gitu, terus kita realisasikan pelan-pelan. Itu butuh waktu juga akhirnya dapet bantuan sponsor yang bisa bantu kita," imbuh Luki.
Apa yang dilakukan oleh D'MASIV dan juga Govinda menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah mimpi yang terkesan di luar kemampuan tetap bisa diwujudkan.
Melalui kerja keras dan konsistensi dalam berkarya, kedua band ini mampu membuka jalannya masing-masing untuk dapat mewujudkan impian mereka sebagai musisi.