UNGC luncurkan pernyataan bersama platform aksi percepat

id Belt and Road Initiative,UN Global Compact,UNGC,Indonesia,China

UNGC luncurkan pernyataan bersama platform aksi percepat

Pernyataan Bersama dari UN Global Compact dibacakan oleh Ketua Inisiatif Global PBB SDSN di Asia Tenggara Cherie Nursalim (kiri) dan anggota UN Global Compact Zhao Dong di Jakarta, Minggu (25/5/2025). (ANTARA/Cindy Frishanti)

Jakarta (ANTARA) - Pakta Global Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Global Compact/UNGC) meluncurkan pernyataan bersama platform aksi “Infrastruktur Berkelanjutan untuk ‘Belt and Road Initiative’ (BRI) guna mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)” antara Indonesia dan China.

Peluncuran itu dilakukan dalam forum bisnis internasional “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals” yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum Sustainable Development di Jakarta, Minggu.

“Belt and Road Initiative” (BRI) adalah proyek infrastruktur China yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan dan konektivitas dengan meningkatkan infrastruktur, termasuk jalan, rek kereta api, pelabuhan dan telekomunikasi di seluruh Asia, Eropa dan Afrika.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa mereka akan terus mendorong para pelaku bisnis di seluruh dunia untuk menanggapi seruan yang disampaikan dalam “Joint Committee of the Leaders Roundtable, the Second Belt and Road Forward for International Cooperation” yang diadopsi di Beijing pada 27 April 2019.

“Seruan ini menekankan bahwa semua pelaku pasar dalam kerja sama BRI harus memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan mereka dan mengikuti prinsip-prinsip United Nations Global Compact,” mengutip pernyataan bersama tersebut.

UNGC meyakini bahwa 10 prinsip UNGC memberikan panduan penting bagi para pelaku bisnis untuk mengintegrasikan tanggung jawab sosial ke dalam proyek-proyek infrastruktur BRI dan mendorong pertumbuhan ekonomi global yang hijau, inklusif, dan adil.

Selanjutnya, pernyataan itu sepenuhnya mendukung dan mendorong para pelaku bisnis di seluruh dunia untuk berpartisipasi aktif dalam proyek-proyek infrastruktur BRI dalam kerja sama, melampaui batas-batas negara, memperkuat kemitraan, dan bersama membangun infrastruktur yang hijau, inklusif dan berkelanjutan.

“Melalui inisiatif Infrastruktur Berkelanjutan untuk BRI guna mempercepat platform Aksi SDGs, kami berkomitmen untuk membina kolaborasi yang lebih mendalam di seluruh komunitas bisnis global dalam infrastruktur berkelanjutan dan mempercepat realisasi SDGs untuk kesejahteraan seluruh umat manusia,” menurut pernyataan tersebut.

UNGC juga mendukung pembentukan mekanisme jangka panjang untuk “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals”, menjadikannya platform penting untuk mempromosikan inovasi kolaboratif dan meningkatkan kerja sama internasional di antara para pelaku bisnis.

“Kami mengajak komunitas bisnis global bersama-sama untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dalam ekonomi, lingkungan, dan masyarakat dunia, dan berkontribusi positif terhadap kemakmuran dan kemajuan global,” menurut pernyataan itu.

Forum bisnis internasional itu juga meluncurkan sembilan proyek kerja sama antara Indonesia dan China. Proyek kerja sama tersebut adalah Jaringan Aksi Komunitas Korporat Indonesia China untuk mempercepat SDGs antara Huayou Cobalt, Indonesia Global Compact Network (IGCN), UN Indonesia dan UN China.

Yang kedua adalah kerjasama teknologi dan budaya memberikan dukungan bakat dan pemberdayaan teknologi untuk pembangunan berkelanjutan dari BRI antara Institut Teknologi Bandung (ITB), Central South University (CSU) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.

Baca juga: KPI-TPPI jalin kolaborasi memproduksi "heavy aromatic"

Ketiga, inisiatif untuk Aliansi Berkelanjutan Tenaga Surya Global (GSSA) untuk mempercepat transisi energi dari JA Solar, Jinko Solar, Tongwei Co. Ltd., LONGi, dan GCL Group.

Proyek keempat yaitu inisiatif global pengobatan tradisional dunia dari ZAN Group. Proyek kelima, memberdayakan UKM untuk kehidupan yang lebih baik dan tidak meninggalkan sapa pun antara FinVolution dari China, AdaKami dari Indonesia dan JuanHand dari Filipina.

Proyek keenam, memberdayakan pendidikan melalui inovasi teknologi dari VIVO. Proyek ketujuh yaitu membangun desa yang lebih baik di Indonesia dan negara-negara mitra BRI dari Tencent dan China Agricultural University.

Baca juga: Presiden Prabowo jamu PM Li Qiang lewat santap siang dan pertunjukan seni budaya

Selanjutnya, proyek kedelapan yaitu meningkatkan rantai nilai yang bertanggung jawab: Peluncuran Sistem Penetapan Harga Logam yang Bertanggung Jawab oleh SMM China. Proyek terakhir, yaitu menuju pembangunan ekosistem bisnis internasional yang bersih dan transparan antara YINGKE Law Firm dan peserta UNGC.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.