Mataram (ANTARA) - Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Sjamdul Hadi, mendorong Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU), memiliki brand kopi lokal yang mampu menembus pasar global.
"Untuk hal ini memang perlu disepakati terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji kualitas yang membuktikan bahwa kopi KLU memiliki cita rasa khas yang beda dengan kopi di daerah-daerah lain," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Minggu.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi dengan sekitar 25 orang perwakilan pelaku Koperasi dan UMKM se-Pulau Lombok khususnya yang berada di lingkar Rinjani, di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang merupakan rangkaian puncak kegiatan Festival Rinjani 2020.
Sjamdul Hadi mengatakan, setelah ada hasil uji kualitas kopi KLU, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah kemasan. Untuk memperkuat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, maka pada kemasan kopi KLU harus memberikan cerita.
Bukan hanya cerita tentang kopi itu saja, melainkan juga seperti apa prosesnya sehingga bisa menghasilkan kopi dengan cita rasa beda dengan daerah lain.
"Saya punya cerita juga dengan Kopi Ngada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, dan itu bisa menjadi contoh. Dengan demikian, kita dapat menikmati kopi hasil olahan UMKM lokal lebih sempurna," katanya.
Selain kopi, Sjamdul Hadi juga mendorong pertumbuhan dan pengembangan IKM tenun, dengan mengangkat desain tenun memiliki kearifan lokal serta cerita daerah.
"Harapan kami, di masa pandemi COVID-19, para pengusaha UMKM di daerah ini bisa terus berkreasi dan produktif dari rumah," katanya.
Sementara Maruli salah satu panitia kegiatan Festival Rinjani 2020, mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali budaya di daerah ini.
"Salah satunya, bagaimana UMKM yang berada di lingkar Rinjani kembali bersaing sehingga menjadi masyarakat mandiri," katanya.
Untuk itu, diharapkan pemerintah kabupatan, provinsi dan pusat memberikan dukungan kepada semua pengusaha baik yang ikut maupun tidak dalam kegiatan ini agar di tengah pandemi COVID-19 saat ini mereka tetap mampu mandiri.
Dengan demikian, tidak semua dampak dari pandemi atau bencana alam, tidak membuat masyarakat adat menjadi masyarakat peminta-minta. Tapi mereka benar-benar mandiri.
"Untuk pembinaan sudah mulai kita lakukan, dan harapan kita 10 tahun ke depan kemandirian ekonomi bisa kita raih," kata Maruli yang merupakan salah satu panitia dari KLU.
Dalam kegiatan Festival Rinjani 2020 di Taman Budaya NTB, digelar juga bazar Koperasi dan UMKM diikuti sebanyak 14 pelaku UMKM lingkar Rinjani dengan menampilkan berbagai hasil produk dan kreasi masing-masing.
"Untuk hal ini memang perlu disepakati terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji kualitas yang membuktikan bahwa kopi KLU memiliki cita rasa khas yang beda dengan kopi di daerah-daerah lain," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Minggu.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi dengan sekitar 25 orang perwakilan pelaku Koperasi dan UMKM se-Pulau Lombok khususnya yang berada di lingkar Rinjani, di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang merupakan rangkaian puncak kegiatan Festival Rinjani 2020.
Sjamdul Hadi mengatakan, setelah ada hasil uji kualitas kopi KLU, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah kemasan. Untuk memperkuat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, maka pada kemasan kopi KLU harus memberikan cerita.
Bukan hanya cerita tentang kopi itu saja, melainkan juga seperti apa prosesnya sehingga bisa menghasilkan kopi dengan cita rasa beda dengan daerah lain.
"Saya punya cerita juga dengan Kopi Ngada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, dan itu bisa menjadi contoh. Dengan demikian, kita dapat menikmati kopi hasil olahan UMKM lokal lebih sempurna," katanya.
Selain kopi, Sjamdul Hadi juga mendorong pertumbuhan dan pengembangan IKM tenun, dengan mengangkat desain tenun memiliki kearifan lokal serta cerita daerah.
"Harapan kami, di masa pandemi COVID-19, para pengusaha UMKM di daerah ini bisa terus berkreasi dan produktif dari rumah," katanya.
Sementara Maruli salah satu panitia kegiatan Festival Rinjani 2020, mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali budaya di daerah ini.
"Salah satunya, bagaimana UMKM yang berada di lingkar Rinjani kembali bersaing sehingga menjadi masyarakat mandiri," katanya.
Untuk itu, diharapkan pemerintah kabupatan, provinsi dan pusat memberikan dukungan kepada semua pengusaha baik yang ikut maupun tidak dalam kegiatan ini agar di tengah pandemi COVID-19 saat ini mereka tetap mampu mandiri.
Dengan demikian, tidak semua dampak dari pandemi atau bencana alam, tidak membuat masyarakat adat menjadi masyarakat peminta-minta. Tapi mereka benar-benar mandiri.
"Untuk pembinaan sudah mulai kita lakukan, dan harapan kita 10 tahun ke depan kemandirian ekonomi bisa kita raih," kata Maruli yang merupakan salah satu panitia dari KLU.
Dalam kegiatan Festival Rinjani 2020 di Taman Budaya NTB, digelar juga bazar Koperasi dan UMKM diikuti sebanyak 14 pelaku UMKM lingkar Rinjani dengan menampilkan berbagai hasil produk dan kreasi masing-masing.