Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat terus berupaya mengembangkan program jeranjang olah sampah setempat (Joss) untuk dijadikan sebagai sumber bahan bakar alternatif untuk menghasilkan energi listrik.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Lasiran di Mataram, Rabu mengatakan selain untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan penerapan energi baru terbarukan, terutama teknologi energi ramah lingkungan, program Joss juga merupakan satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah di NTB.
"Tak hanya itu saja, program tersebut tentunya mendukung program zero waste yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi NTB," ujarnya.
Melalui program Joss, kata dia, sampah yang terkumpul diberikan cairan bio activator untuk proses peuyeumisasi. Setelah kering, sampah dimasukkan ke mesin pencacah untuk selanjutnya dibentuk menjadi pelet.
Pelet yang kering dapat langsung digunakan untuk campuran bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.
Selain bertujuan melestarikan lingkungan, Lasiran menambahkan program Joss juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam menghasilkan energi listrik sebesar Rp48,91 per kilo Watt hours (kWH).
"BPP untuk PLTU Jeranjang bisa turun dari yang sebelumnya Rp751,73 menjadi Rp702,82 per kWh," ujarnya.
Ia menyebutkan total potensi pelet yang bisa digunakan sebanyak 45 ton per hari untuk tiga unit PLTU Jeranjang yang merupakan tiga persen dari total kebutuhan bahan bakar yang digunakan untuk proses co firing.
"Kami terus berinovasi. Salah satunya, kami mengubah bentuk akhirnya sudah tidak berupa pelet lagi, namun berupa serabut," ucap Lasiran.
Selain untuk proses co firing PLTU, kata dia, pelet dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar oven pengering tembakau dan juga bahan bakar kompor di masyarakat, selain briket.
"Itu merupakan salah satu komitmen kami untuk penyediaan energi bersih dan ramah lingkungan di NTB. Semoga program tersebut dapat berjalan kontinyu dan memberikan manfaat untuk kita semua," kata Lasiran.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Lasiran di Mataram, Rabu mengatakan selain untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan penerapan energi baru terbarukan, terutama teknologi energi ramah lingkungan, program Joss juga merupakan satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah di NTB.
"Tak hanya itu saja, program tersebut tentunya mendukung program zero waste yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi NTB," ujarnya.
Melalui program Joss, kata dia, sampah yang terkumpul diberikan cairan bio activator untuk proses peuyeumisasi. Setelah kering, sampah dimasukkan ke mesin pencacah untuk selanjutnya dibentuk menjadi pelet.
Pelet yang kering dapat langsung digunakan untuk campuran bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.
Selain bertujuan melestarikan lingkungan, Lasiran menambahkan program Joss juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam menghasilkan energi listrik sebesar Rp48,91 per kilo Watt hours (kWH).
"BPP untuk PLTU Jeranjang bisa turun dari yang sebelumnya Rp751,73 menjadi Rp702,82 per kWh," ujarnya.
Ia menyebutkan total potensi pelet yang bisa digunakan sebanyak 45 ton per hari untuk tiga unit PLTU Jeranjang yang merupakan tiga persen dari total kebutuhan bahan bakar yang digunakan untuk proses co firing.
"Kami terus berinovasi. Salah satunya, kami mengubah bentuk akhirnya sudah tidak berupa pelet lagi, namun berupa serabut," ucap Lasiran.
Selain untuk proses co firing PLTU, kata dia, pelet dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar oven pengering tembakau dan juga bahan bakar kompor di masyarakat, selain briket.
"Itu merupakan salah satu komitmen kami untuk penyediaan energi bersih dan ramah lingkungan di NTB. Semoga program tersebut dapat berjalan kontinyu dan memberikan manfaat untuk kita semua," kata Lasiran.