Mataram (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memperpanjang program belajar dari rumah (BDR) baik melalui sistem dalam jaringan (daring) atau "online" maupun luar jaringan (luring), sebagai alternatif kegiatan belajar selama pandemi COVID-19.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Minggu mengatakan, perpanjangan BDR pada semester genap tahun ajaran 2020/2021, karena kondisi perkembangan COVID-19 di daerah ini belum memungkinkan untuk membuka sekolah dan menerapkan proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka di kelas.
"Kita memang sudah menjadwalkan, PBM tatap muka dimulai pada 5 Januari 2021, setelah masuk libur semester ganjil. Tapi, ternyata perkembangan COVID-19 kembali menunjukan tren peningkatan sehingga simulasi PBM pun ditunda," katanya.
Dari data Tim Gugus Tugas Penangan COVID-19 Kota Mataram pada Minggu (3/1-2021) pukul 12.00 Wita, tercatat jumlah kasus COVID-19 sebanyak 1.437 orang, dalam perawataan 85 orang, sembuh 1.256 orang dan 96 orang meninggal dunia.
Karena itulah, lanjutnya, kegiatan belajar dari rumah tetap berjalan dengan dua sistem yaitu sistem daring atau "online" dan luring bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas android dan jaringan internet.
"Untuk sistem pembelajaran luring digunakan 2 opsi yakni, guru yang mendatangi siswa atau orang tua yang datang ke sekolah mengambil materi pembelajaran," katanya.
Fatwir mengakui, saat ini sudah banyak orang tua yang meminta agar sekolah dibuka, namun masih ada juga orang tua yang kontra karena khawatir terhadap penyebaran dan penularan COVID-19.
Membuka sekolah berarti harus berani dalam segala risiko yang ada, tapi jangan sampai sekolah disalahkan apabila ditemukan kasus positif baru COVID-19, dengan klaster sekolah.
"Karena itu, kami tetap berkomitmen tidak akan membuka sebelum ada izin dari gugus COVID-19," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Minggu mengatakan, perpanjangan BDR pada semester genap tahun ajaran 2020/2021, karena kondisi perkembangan COVID-19 di daerah ini belum memungkinkan untuk membuka sekolah dan menerapkan proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka di kelas.
"Kita memang sudah menjadwalkan, PBM tatap muka dimulai pada 5 Januari 2021, setelah masuk libur semester ganjil. Tapi, ternyata perkembangan COVID-19 kembali menunjukan tren peningkatan sehingga simulasi PBM pun ditunda," katanya.
Dari data Tim Gugus Tugas Penangan COVID-19 Kota Mataram pada Minggu (3/1-2021) pukul 12.00 Wita, tercatat jumlah kasus COVID-19 sebanyak 1.437 orang, dalam perawataan 85 orang, sembuh 1.256 orang dan 96 orang meninggal dunia.
Karena itulah, lanjutnya, kegiatan belajar dari rumah tetap berjalan dengan dua sistem yaitu sistem daring atau "online" dan luring bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas android dan jaringan internet.
"Untuk sistem pembelajaran luring digunakan 2 opsi yakni, guru yang mendatangi siswa atau orang tua yang datang ke sekolah mengambil materi pembelajaran," katanya.
Fatwir mengakui, saat ini sudah banyak orang tua yang meminta agar sekolah dibuka, namun masih ada juga orang tua yang kontra karena khawatir terhadap penyebaran dan penularan COVID-19.
Membuka sekolah berarti harus berani dalam segala risiko yang ada, tapi jangan sampai sekolah disalahkan apabila ditemukan kasus positif baru COVID-19, dengan klaster sekolah.
"Karena itu, kami tetap berkomitmen tidak akan membuka sebelum ada izin dari gugus COVID-19," katanya.