Mataram (ANTARA) - Petani buah naga di Desa Murbaya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggunakan metode penyinaran lampu listrik untuk memperbanyak produksi sehingga pendapatannya bertambah.
Kadri (48), salah seorang petani buah naga di Desa Murbaya, Lombok Tengah, Selasa, mengaku setelah menggunakan metode penerangan lampu listrik, produksi buah naga yang ditanam di lahan seluas empat hektare mencapai 200 kilogram sekali panen atau meningkat 100 persen dibandingkan sebelum menggunakan penerangan lampu.
"Lampu itu membuat pohon menjadi hangat pada saat malam. Serangga juga akan lebih tertarik pada lampu dan tidak mendekati bunga atau buah. Jadi, produksi kebun buah naga saya naik," katanya.
Sapi'i (37), yang juga menanam buah naga mengaku mengalami peningkatan produksi dari yang sebelumnya 200 kilogram naik menjadi 300 kilogram setiap kali panen di lahan tanam seluas 4,5 hektare.
Menurut dia, setelah menggunakan metode penyinaran, buah naga yang dihasilkan juga semakin besar. Bunganya juga selalu ada dan jarang ada yang rusak. Selain itu, buah yang dihasilkan juga terasa lebih manis.
"Kami bisa panen terus sekarang. Dalam sebulan bisa dua kali panen. Penghasilan jelas bertambah. Dengan harga buah naga Rp8.000 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp1,8 juta per sekali panen, sekarang menjadi Rp2,4 juta," tutur Sapi'i.
Sementara itu, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Praya Samrun Haji menjelaskan bahwa kedua kebun buah naga di Desa Murbaya tersebut dilayani melalui program MCB On Game - Goes to Agriculture Market. Program itu dibuat khusus yang ditujukan bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor agrikultura.
Program tersebut menawarkan fleksibilitas layanan listrik, di mana para pelaku usaha dilayani dengan listrik pra bayar sehingga dapat membeli token sesuai dengan kebutuhan listriknya.
"Daya yang terpasang untuk buah naga Pak Kadri dan pak Sapi'i total 5,5 kVA. Karena dilayani dengan program MCB On Game, jadi tidak perlu membayar Biaya Penyambungan," katanya.
Saat ini, kata dia, sebanyak 50 pelaku usaha agrikultura di NTB, elah memanfaatkan program tersebut. Mereka terdiri atas sektor peternakan, perikanan dan kelautan, tambak dan juga perkebunan.
"Ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan PLN untuk terus mendukung usaha yang berkelanjutan. Kami berharap, dapat membantu meringankan beban masyarakat di tengah pandemi ini," kata Samrun.
Kadri (48), salah seorang petani buah naga di Desa Murbaya, Lombok Tengah, Selasa, mengaku setelah menggunakan metode penerangan lampu listrik, produksi buah naga yang ditanam di lahan seluas empat hektare mencapai 200 kilogram sekali panen atau meningkat 100 persen dibandingkan sebelum menggunakan penerangan lampu.
"Lampu itu membuat pohon menjadi hangat pada saat malam. Serangga juga akan lebih tertarik pada lampu dan tidak mendekati bunga atau buah. Jadi, produksi kebun buah naga saya naik," katanya.
Sapi'i (37), yang juga menanam buah naga mengaku mengalami peningkatan produksi dari yang sebelumnya 200 kilogram naik menjadi 300 kilogram setiap kali panen di lahan tanam seluas 4,5 hektare.
Menurut dia, setelah menggunakan metode penyinaran, buah naga yang dihasilkan juga semakin besar. Bunganya juga selalu ada dan jarang ada yang rusak. Selain itu, buah yang dihasilkan juga terasa lebih manis.
"Kami bisa panen terus sekarang. Dalam sebulan bisa dua kali panen. Penghasilan jelas bertambah. Dengan harga buah naga Rp8.000 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp1,8 juta per sekali panen, sekarang menjadi Rp2,4 juta," tutur Sapi'i.
Sementara itu, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Praya Samrun Haji menjelaskan bahwa kedua kebun buah naga di Desa Murbaya tersebut dilayani melalui program MCB On Game - Goes to Agriculture Market. Program itu dibuat khusus yang ditujukan bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor agrikultura.
Program tersebut menawarkan fleksibilitas layanan listrik, di mana para pelaku usaha dilayani dengan listrik pra bayar sehingga dapat membeli token sesuai dengan kebutuhan listriknya.
"Daya yang terpasang untuk buah naga Pak Kadri dan pak Sapi'i total 5,5 kVA. Karena dilayani dengan program MCB On Game, jadi tidak perlu membayar Biaya Penyambungan," katanya.
Saat ini, kata dia, sebanyak 50 pelaku usaha agrikultura di NTB, elah memanfaatkan program tersebut. Mereka terdiri atas sektor peternakan, perikanan dan kelautan, tambak dan juga perkebunan.
"Ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan PLN untuk terus mendukung usaha yang berkelanjutan. Kami berharap, dapat membantu meringankan beban masyarakat di tengah pandemi ini," kata Samrun.