Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan pengembangan "smart city" (kota cerdas) diperuntukkan bagi upaya menciptakan kota kohesif dan inklusif bagi masyarakat Indonesia.
"Keberadaan 'smart city' juga kita harapkan akan mendukung kota yang istilahnya kohesif, kota yang memang ada untuk kepentingan semua orang, tidak hanya untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu, kota yang memang inklusif, sekaligus kita juga ingin mengurangi keterbatasan energi dan juga keterisolasian yang sering terjadi di Indonesia," katanya dalam seminar virtual (webinar) bertema "Connecting Indonesia Discover What's Possible" di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dengan konektivitas dalam konsep smart city maka tidak ada lagi batas di antara berbagai kegiatan, dan semua orang mendapatkan akses dari kebutuhan dasarnya.
Kota-kota di Indonesia yang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, kata dia, akan semakin tinggi produktivitasnya karena konektivitas dengan ekonomi global, terutama dengan kota-kota penting yang menjadi "hub" (pusat kegiatan) dari perekonomian dunia akan menjadi lebih lancar.
"Dan itu akan memberikan dampak positif bagi keberlanjutan dan peningkatan bisnis dunia usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," katanya.
Pemerintah Indonesia berupaya agar "smart city smart mobility" menjadi kenyataan dengan berbagai dukungan kebijakan termasuk kebijakan yang mendukung transformasi digital, mendorong peran dari UMKM serta mendorong adanya sektor logistik yang semakin memudahkan kegiatan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan itu, Menristek mengatakan inovasi harus tetap menjadi kunci di dalam pengembangan smart city.
"Tanpa inovasi tanpa pemahaman teknologi maka kita akan terus ketinggalan dan kita hanya akan menjadi 'follower' (pengikut) tidak akan pernah menjadi 'leader' (pemimpin)," demikian Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.
"Keberadaan 'smart city' juga kita harapkan akan mendukung kota yang istilahnya kohesif, kota yang memang ada untuk kepentingan semua orang, tidak hanya untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu, kota yang memang inklusif, sekaligus kita juga ingin mengurangi keterbatasan energi dan juga keterisolasian yang sering terjadi di Indonesia," katanya dalam seminar virtual (webinar) bertema "Connecting Indonesia Discover What's Possible" di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dengan konektivitas dalam konsep smart city maka tidak ada lagi batas di antara berbagai kegiatan, dan semua orang mendapatkan akses dari kebutuhan dasarnya.
Kota-kota di Indonesia yang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, kata dia, akan semakin tinggi produktivitasnya karena konektivitas dengan ekonomi global, terutama dengan kota-kota penting yang menjadi "hub" (pusat kegiatan) dari perekonomian dunia akan menjadi lebih lancar.
"Dan itu akan memberikan dampak positif bagi keberlanjutan dan peningkatan bisnis dunia usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," katanya.
Pemerintah Indonesia berupaya agar "smart city smart mobility" menjadi kenyataan dengan berbagai dukungan kebijakan termasuk kebijakan yang mendukung transformasi digital, mendorong peran dari UMKM serta mendorong adanya sektor logistik yang semakin memudahkan kegiatan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan itu, Menristek mengatakan inovasi harus tetap menjadi kunci di dalam pengembangan smart city.
"Tanpa inovasi tanpa pemahaman teknologi maka kita akan terus ketinggalan dan kita hanya akan menjadi 'follower' (pengikut) tidak akan pernah menjadi 'leader' (pemimpin)," demikian Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.