Mataram (ANTARA) - Ketua Harian Empat Pengurus Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Bung Karno Mataram, Nusa Tenggara Barat, Edy Suksmono mengatakan perayaan Jumat Agung menjadi ajang seluruh jemaat untuk introspeksi diri dan menguatkan toleransi.
Edy Suksmono yang ditemui di GPIB Immanuel Bung Karno Mataram, Jumat, mengatakan hal itu dengan berkaca dari insiden besar yang terjadi dalam satu pekan terakhir ini.
"Seperti pesan yang disampaikan pendeta, itu (insiden) bukan suatu titik lemah kita, tapi menjadi upaya introspeksi diri dan toleransi terhadap umat lainnya," kata Edy.
Selain itu, kata dia, pendeta berpesan dalam ibadah Jumat Agung agar selalu menanamkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar.
"Jadi warga kristiani harus menyatu dalam setiap kegiatan masyarakat, berbaur dan tidak ada yang saling membeda-bedakan satu dengan lainnya," ujar dia.
Perayaan Jumat Agung ini menjadi titik perenungan umat kristiani dengan peristiwa wafatnya Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia dengan pengorbanan dirinya.
Antusias jemaat yang mengikuti ibadah Jumat Agung dikatakan Edy tidak seperti perayaan di tahun sebelumnya. Jumlah jemaat yang hadir, cukup banyak.
"Bahkan di lantai dua sampai penuh, syukurnya kapasitas cukup," ucapnya.
Meskipun antusias jemaat yang hadir cukup banyak, namun Edy mengatakan bahwa panitia pengurus gereja tidak lupa menerapkan dengan ketat protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.
"Bangku-bangku kita sediakan dengan jarak tertentu. Makanya penuh sampai lantai dua. Jumlah kehadiran capai 354 jemaat," kata dia.
Dari pantauan, pelaksanaan ibadah Jumat Agung di setiap gereja di Kota Mataram berjalan dengan khidmat. Pengamanan dari aparat gabungan telah terlaksana sejak perayaan Misa Kamis Putih pada Kamis (1/4) malam.
Pengamanan polisi bersenjata lengkap terpantau bersama kendaraan kepolisian berlapis baja. Tidak hanya dari kepolisian, TNI dan Satpol-PP turut serta membantu kepolisian mengamankan kegiatan ibadah umat kristiani.
Edy Suksmono yang ditemui di GPIB Immanuel Bung Karno Mataram, Jumat, mengatakan hal itu dengan berkaca dari insiden besar yang terjadi dalam satu pekan terakhir ini.
"Seperti pesan yang disampaikan pendeta, itu (insiden) bukan suatu titik lemah kita, tapi menjadi upaya introspeksi diri dan toleransi terhadap umat lainnya," kata Edy.
Selain itu, kata dia, pendeta berpesan dalam ibadah Jumat Agung agar selalu menanamkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar.
"Jadi warga kristiani harus menyatu dalam setiap kegiatan masyarakat, berbaur dan tidak ada yang saling membeda-bedakan satu dengan lainnya," ujar dia.
Perayaan Jumat Agung ini menjadi titik perenungan umat kristiani dengan peristiwa wafatnya Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia dengan pengorbanan dirinya.
Antusias jemaat yang mengikuti ibadah Jumat Agung dikatakan Edy tidak seperti perayaan di tahun sebelumnya. Jumlah jemaat yang hadir, cukup banyak.
"Bahkan di lantai dua sampai penuh, syukurnya kapasitas cukup," ucapnya.
Meskipun antusias jemaat yang hadir cukup banyak, namun Edy mengatakan bahwa panitia pengurus gereja tidak lupa menerapkan dengan ketat protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.
"Bangku-bangku kita sediakan dengan jarak tertentu. Makanya penuh sampai lantai dua. Jumlah kehadiran capai 354 jemaat," kata dia.
Dari pantauan, pelaksanaan ibadah Jumat Agung di setiap gereja di Kota Mataram berjalan dengan khidmat. Pengamanan dari aparat gabungan telah terlaksana sejak perayaan Misa Kamis Putih pada Kamis (1/4) malam.
Pengamanan polisi bersenjata lengkap terpantau bersama kendaraan kepolisian berlapis baja. Tidak hanya dari kepolisian, TNI dan Satpol-PP turut serta membantu kepolisian mengamankan kegiatan ibadah umat kristiani.