Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Kobaran si jago merah, Selasa (10/8) malam, belum bisa dijinakkan oleh tim gabungan dari BKPH Rinjani Timur bersama TNI-Polri, TNGR, pengelola bukit dan masyarakat setempat.

Kobaran api sudah berlangsung sejak Minggu (8/8) malam.
 
Dari pantauan, hembusan angin kencang, membuat api terus melahap padang savana dan kayu di blBukit Sempana. 

Sehingga membuat tim gabungan kesulitan untuk memadamkan api tersebut karena titik api berada di jurang dan medan yang terjal.

Sementara luas lahan yang terbakar oleh si jago merah diperkirakan sekitar 100 hektare, karena titik apinya menjalar ke Bukit Nanggi dan hutan sebelah utara barat timur Bukit Sempana.

Baca juga: Kebakaran hutan landa kawasan kaki Gunung Rinjani

 "Hingga saat ini, belum kita bisa pastikan luas lahan yang terbakar. Karena api masih berkobar", terang, Muzhiril Haqqa SH, Kepala Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Sembalun saat dikompirmasi, Selasa (10/8).

Tim gabungan, lanjutnya Muzhiril, sudah berupaya dengan berbagai cara untuk pemadam api tersebut dengan menggunakan alat seadanya. 

Namun api terus berkobar terlebih lokasinya sangat sulit dijangkau dan medan yang terjal sehingga membuat tim kesulitan untuk menjinakkan si jago merah.

“Tim masih kesulitan mematikan apinya, Karena menggunakan alat seadanya. Bahkan sebagian tim kita tarik mundur, mengingat logistik tidak mencukupi dan lokasinya jauh dari jangkauan ," kata Muzhiril.

"Meskipun demikian, sebagian tim kita 'stand by' di sana untuk mengantisipasi meluasnya lahan yang terbakar. Pantang pulang sebelum api bisa dipadam," katanya. 

Kebakaran hutan di wilayah kerja kami, hampir tiap tahun terjadi. Maka ini menjadi atensi kita bersama, seharusnya pemerintah daerah hingga pusat untuk  segera menyediakan peralatan pemadam kebakaran khusus yang bisa digunakan saat kebakaran di hutan, katanya.

Ia pun mengimbau masyarakat dan para wisatawan untuk selalu hati-hati dan waspada jika membuat perapian.

“Kami selalu mengimbau kepada siapapun, terutama wisatawan yang berkunjung ke bukit yang ada untuk mematuhi aturan larangan saat berada di bukit maupun di hutan. Salah satunya jangan membuat perapian dan menebang pohon," kata Muzhiril.

Sementara itu, salah satu founder Sembalun Seven Summits, Rudi Hermansyah menyayangkan kebakaran tersebut, karena bukit itu masuk di ketujuh puncak tertinggi di Sembalun yang direkomendasikan oleh Komite S7S.

“Kita menyayangkan hal itu terjadi, padahal disetiap kesempatan. Kami dari komite S7S selalu mengedukasi pengunjung maupun pengelola untuk menjaga lingkungan dan melestarikan hutan, karena itu bagian dari visi misi Sembalun 7 Summit," kata Rudi.

Ke depan sambungnya, kejadian seperti ini jangan terulang lagi. Untuk itu, ia meminta karhutla menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan intansi terkait.

“Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya, dan saya harap ini menjadi atensi kita bersama. Bukan hanya pemerintah, tapi semua elemen masyarakat," kata Rudi.

Pewarta : Rosidin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024