Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat merilis indeks pembangunan manusia di provinsi itu berada di urutan 29 dari 34 provinsi di Indonesia meskipun rata-rata pertumbuhan IPM pada 2010-2021 mencapai 1,06 persen per tahun.
"IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori capaian sedang dan masih berada di bawah nasional sebesar 72,29 persen," kata Kepala BPS NTB Wahyudin di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan dalam satu dekade pembangunan manusia di NTB, terus mengalami kemajuan. IPM NTB meningkat dari 61,16 persen pada 2010 menjadi 68,14 pada 2019.
Selama periode tersebut, IPM NTB rata-rata tumbuh sebesar 1,21 persen per tahun. Namun, pandemi COVID-19 telah membawa sedikit perubahan dalam pencapaian pembangunan manusia NTB.
Wahyudi menambahkan IPM pada 2020 tercatat sebesar 68,25 persen atau tumbuh 0,16 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kemudian IPM NTB pada 2021 adalah sebesar 68,65 atau tumbuh 0,59 persen.
"Pelambatan capaian IPM pada 2020 disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan komponen pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan, sedangkan komponen lainnya masih tetap tumbuh positif," ujarnya.
Ia juga menyebutkan dari indikator dimensi umur harapan hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selama periode 2010 hingga 2021, UHH NTB telah meningkat sebesar 2,87 persen atau rata-rata tumbuh sebesar 0,40 persen per tahun.
Dari dimensi pengetahuan, lanjut Wahyudin, dibentuk oleh dua indikator, yaitu harapan lama sekolah (HLS) penduduk usia tujuh tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas.
Kedua indikator itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2021, HLS NTB telah meningkat 2,24 tahun, sementara RLS meningkat 1,65 tahun.
"Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, HLS NTB masih tumbuh positif, tapi pertumbuhan RLS melambat," ujarnya.
Dimensi terakhir, kata dia, yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan.
Pada 2021, pengeluaran per kapita yang disesuaikan masyarakat NTB mencapai Rp10,38 juta per tahun, meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 0,25 persen.
"Pengeluaran per kapita yang disesuaikan Provinsi NTB pada 2020, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,72 persen dan merupakan kali pertama sejak IPM dihitung dengan metode baru," kata Wahyudin.
"IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori capaian sedang dan masih berada di bawah nasional sebesar 72,29 persen," kata Kepala BPS NTB Wahyudin di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan dalam satu dekade pembangunan manusia di NTB, terus mengalami kemajuan. IPM NTB meningkat dari 61,16 persen pada 2010 menjadi 68,14 pada 2019.
Selama periode tersebut, IPM NTB rata-rata tumbuh sebesar 1,21 persen per tahun. Namun, pandemi COVID-19 telah membawa sedikit perubahan dalam pencapaian pembangunan manusia NTB.
Wahyudi menambahkan IPM pada 2020 tercatat sebesar 68,25 persen atau tumbuh 0,16 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kemudian IPM NTB pada 2021 adalah sebesar 68,65 atau tumbuh 0,59 persen.
"Pelambatan capaian IPM pada 2020 disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan komponen pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan, sedangkan komponen lainnya masih tetap tumbuh positif," ujarnya.
Ia juga menyebutkan dari indikator dimensi umur harapan hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selama periode 2010 hingga 2021, UHH NTB telah meningkat sebesar 2,87 persen atau rata-rata tumbuh sebesar 0,40 persen per tahun.
Dari dimensi pengetahuan, lanjut Wahyudin, dibentuk oleh dua indikator, yaitu harapan lama sekolah (HLS) penduduk usia tujuh tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas.
Kedua indikator itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2021, HLS NTB telah meningkat 2,24 tahun, sementara RLS meningkat 1,65 tahun.
"Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, HLS NTB masih tumbuh positif, tapi pertumbuhan RLS melambat," ujarnya.
Dimensi terakhir, kata dia, yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan.
Pada 2021, pengeluaran per kapita yang disesuaikan masyarakat NTB mencapai Rp10,38 juta per tahun, meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 0,25 persen.
"Pengeluaran per kapita yang disesuaikan Provinsi NTB pada 2020, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,72 persen dan merupakan kali pertama sejak IPM dihitung dengan metode baru," kata Wahyudin.