Mataram (ANTARA) - Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Biro Nusa Tenggara Barat, Jumat (1/4), menggelar acara diskusi untuk mengenang sastrawan Umbu Landu Paranggi.
Diskusi yang digelar di Halaman Belakang ANTARA NTB di Mataram itu, dihadiri beberapa pegiat seni dan sastra di Lombok, seperti Ary Juliyant (Gerilyawan Seni), Sindu (Sastrawan), dan Abeng (Sastrawan), serta musisi violin Ranto dan Budi.
Selain itu, disertai pembacaan puisi dan monolog dari pegiat seni dan sastra di Mataram.
Kepala Biro LKBN ANTARA NTB Riza Fahriza menyatakan kegiatan tersebut komitmen mendukung gerakan literasi di NTB, khususnya Lombok.
"Kita rutin mengadakan diskusi literasi di halaman belakang ANTARA NTB, dan ini merupakan komitmen kami dalam mendukung literasi yang ada di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Pulau Lombok ini," kata dia.
Pegiat seni dan sastra Ida Bagus Sindu Putra menyatakan selama berkarya di bidang seni banyak terinspirasi Umbu Landu Paranggi.
Bahkan, Bli Sindu mengaku telah lima buku tercipta karena terinspirasi tulisan-tulisan Umbu Landu Paranggi.
"Saya menyukai karya-karya beliau (Umbu Landu Paranggi, red.), saya juga banyak terinspirasi oleh kaya Umbu Landu Paranggi, saya telah menulis selama 20 tahun dan lima buku telah tercipta," kata dia.
Ia mengaku secara emosional dekat dengan penulis misterius tersebut. Bahkan, ia sering bertemu dan belajar kepada Umbu di Bali.
"Saya sering bertemu di Bali, ngobrol dan belajar," katanya.
Sabarudin atau yang akrab dipanggil Abeng, juga pernah beberapa kali bertemu Umbu Landu Paranggi, bahkan sering ditelepon.
Abeng mengaku banyak terinspirasi karya-karya Umbu Landu Paranggi, bahkan banyak puisi dan tulisan ia hasilkan tetapi hanya beberapa yang ia publikasikan dan dimuat.
"Beliau banyak menginspirasi saya, terutama dalam tulisan-tulisan puisi-puisi saya, tapi puisi saya itu cuma ada beberapa yang saya muat," katanya.
Umbu Wulang Landu Paranggi adalah sastrawan Indonesia yang berasal dari Sumba. Ia lahir di Sumba pada 10 Agustus 1943, wafat pada 6 April 2021 dalam usia 77 tahun.
Hari tua Umbu Wulang Landu Paranggi dihabiskan di "Pulau Dewata", Bali, untuk membimbing anak-anak muda yang ingin belajar sastra.
Meski dikenal misterius, Umbu banyak berjasa dalam membimbing seniman-seniman ternama, seperti Emha Ainun Najib, Eko Tunas, Korrie layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Ebiet G Ade.
Hingga saat ini, karya-karya puisi Umbu Landu Paranggi masih banyak dibawakan oleh seniman-seniman di Indonesia, tiga di antaranya yang terkenal, "Apa Ada Angin di Jakarta", "Doa", dan "Ibunda Tercinta".
Diskusi yang digelar di Halaman Belakang ANTARA NTB di Mataram itu, dihadiri beberapa pegiat seni dan sastra di Lombok, seperti Ary Juliyant (Gerilyawan Seni), Sindu (Sastrawan), dan Abeng (Sastrawan), serta musisi violin Ranto dan Budi.
Selain itu, disertai pembacaan puisi dan monolog dari pegiat seni dan sastra di Mataram.
Kepala Biro LKBN ANTARA NTB Riza Fahriza menyatakan kegiatan tersebut komitmen mendukung gerakan literasi di NTB, khususnya Lombok.
"Kita rutin mengadakan diskusi literasi di halaman belakang ANTARA NTB, dan ini merupakan komitmen kami dalam mendukung literasi yang ada di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Pulau Lombok ini," kata dia.
Pegiat seni dan sastra Ida Bagus Sindu Putra menyatakan selama berkarya di bidang seni banyak terinspirasi Umbu Landu Paranggi.
Bahkan, Bli Sindu mengaku telah lima buku tercipta karena terinspirasi tulisan-tulisan Umbu Landu Paranggi.
"Saya menyukai karya-karya beliau (Umbu Landu Paranggi, red.), saya juga banyak terinspirasi oleh kaya Umbu Landu Paranggi, saya telah menulis selama 20 tahun dan lima buku telah tercipta," kata dia.
Ia mengaku secara emosional dekat dengan penulis misterius tersebut. Bahkan, ia sering bertemu dan belajar kepada Umbu di Bali.
"Saya sering bertemu di Bali, ngobrol dan belajar," katanya.
Sabarudin atau yang akrab dipanggil Abeng, juga pernah beberapa kali bertemu Umbu Landu Paranggi, bahkan sering ditelepon.
Abeng mengaku banyak terinspirasi karya-karya Umbu Landu Paranggi, bahkan banyak puisi dan tulisan ia hasilkan tetapi hanya beberapa yang ia publikasikan dan dimuat.
"Beliau banyak menginspirasi saya, terutama dalam tulisan-tulisan puisi-puisi saya, tapi puisi saya itu cuma ada beberapa yang saya muat," katanya.
Umbu Wulang Landu Paranggi adalah sastrawan Indonesia yang berasal dari Sumba. Ia lahir di Sumba pada 10 Agustus 1943, wafat pada 6 April 2021 dalam usia 77 tahun.
Hari tua Umbu Wulang Landu Paranggi dihabiskan di "Pulau Dewata", Bali, untuk membimbing anak-anak muda yang ingin belajar sastra.
Meski dikenal misterius, Umbu banyak berjasa dalam membimbing seniman-seniman ternama, seperti Emha Ainun Najib, Eko Tunas, Korrie layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Ebiet G Ade.
Hingga saat ini, karya-karya puisi Umbu Landu Paranggi masih banyak dibawakan oleh seniman-seniman di Indonesia, tiga di antaranya yang terkenal, "Apa Ada Angin di Jakarta", "Doa", dan "Ibunda Tercinta".