Mataram (ANTARA) - Pegiat seni dan sastra di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ida Bagus Sindu Putra, meski berprofesi sebagai dokter hewan tak mengurangi aktivitas melahirkan puisi.
Bahkan, pada 2021 ia membuat buku kumpulan puisi berjudul "Rumah C19", dengan ilham pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia.
"Sampai sekarang saya sudah membuat lima buku puisi, yakni 'Dongeng Anjing Api' pemenang Khatulistiwa Literary Award 2009, 'Segara Anak' (2011), 'Burung Origami' (2016), 'Di Lombok Aku Dapatkan Puisi' (2018)," katanya di sela acara "Tribute to Umbu Landu Peranggi" di Halaman Belakang ANTARA NTB di Mataram, Jumat (1/4).
Baca juga: Kenang sastrawan Umbu Landu Paranggi, ANTARA NTB gelar diskusi
Pria berkacamata yang kelahiran Bali, 31 Juli 1968 itu, menyebutkan komitmen dirinya untuk tetap berkarya seni dan sastra meski harus tetap menjalani profesi sebagai dokter hewan.
Dalam berkarya sastra tersebut, ia mengaku tidak sekonyong-konyong namun menjalani prosesnya sejak bangku SMP pada 1983.
"Saya sejak SD sudah senang membaca kemudian pas SMP, ibu saya berlangganan koran dan ada rubrik seni dan sastra, " katanya.
Ia mencoba menulis puisi yang secara kebetulan pengasuh rubrik seni dan sastra koran di Bali itu, yakni sastrawan kesohor di Indonesia serta melahirkan orang terkenal di dunia sastra, yakni Emha Ainun Najib, Eko Tunas, Korrie layun Rampan, Linus Suryadi A.G., dan Ebiet G. Ade.
"Saya ini bisa dikatakan korban Umbu," katanya sembari tersenyum.
Sindu Putra mengaku selama berkarya di bidang seni banyak terinspirasi Umbu Landu Paranggi.
"Saya menyukai karya-karya beliau (Umbu Landu Paranggi, red.), saya juga banyak terinspirasi oleh karya Umbu Landu Paranggi, saya telah menulis selama 20 tahun dan lima buku telah tercipta," kata dia.
Bahkan, saat dirinya diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana melalui Sipenmaru, bisa dikatakan salah jurusan.
"Namun saya tetap kuliah sembari tetap membuat karya sastra," katanya.
Ia mengaku bersyukur sebagai dokter hewan dengan tetap membuat karya puisi.
"Saya tetap mensyukuri pekerjaan saat ini dan menjadi bagian hidup. Toh saya masih bisa berkarya (menulis puisi, red.)," katanya.
Sindu sang sastrawan yang berprofesi dokter hewan
Saya ini bisa dikatakan korban Umbu