Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan konsep penataan Pasar Rembiga menjadi sebuah pasar malam dilengkapi dengan berbagai hiburan hingga "live musik" guna mengoptimalkan dan menghidupkan aktivitas di pasar tersebut.
"Rencana Pasar Rembiga menjadi pasar malam sudah kita siapkan, Insya Allah dalam minggu depan bisa kita uji coba," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Kamis.
Pasar Rembiga merupakan salah satu dari 19 pasar tradisional di Kota Mataram, hanya saja keberadannya kurang efektif karena berada di belakang rumah toko (ruko).
Bahkan jumlah pedagang di Pasar Rembiga saat pagi hanya 29 orang sehingga retribusi yang dapat dalam sehari hanya sekitar Rp120 ribu.
Terkait dengan itu, lanjut Uun, konsep Pasar Rembiga menjadi pasar malam diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi Pasar Rembiga sebagai pusat transaksi masyarakat.
"Pedagang di Pasar Rembiga dulu lumanyan banyak, tapi mereka banyak lari ke Pasar Cemare dan Pasar Sayang-Sayang," katanya.
Namun demikian, potensi Pasar Rembiga terjadi pada sore hari terutama pada bagian depan utara. Dimana pada sorenya lapak Pasar Rembiga dipenuhi pedagang makanan, seperti sate, urap, dan jajanan tradisional lainnya.
"Potensi itulah yang ingin kita kembangkan, agar Pasar Rembiga tetap ramai dari sore hingga malam. Kita bahkan akan siapkan 'live musik' agar menjadi daya tarik tersendiri," katanya.
Selain itu, pihaknya juga berencana akan mengalihkan aktivitas pedagang-pedagang yang menggunakan kendaraan keliling atau "ngampas" di Pasar "Selak" Mandalika ke Pasar Rembiga.
"Dengan demikian, aktivitas di Pasar Rembiga bisa tetap ramai sehingga berdampak pada peningkatan retribusi," katanya.
"Rencana Pasar Rembiga menjadi pasar malam sudah kita siapkan, Insya Allah dalam minggu depan bisa kita uji coba," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Kamis.
Pasar Rembiga merupakan salah satu dari 19 pasar tradisional di Kota Mataram, hanya saja keberadannya kurang efektif karena berada di belakang rumah toko (ruko).
Bahkan jumlah pedagang di Pasar Rembiga saat pagi hanya 29 orang sehingga retribusi yang dapat dalam sehari hanya sekitar Rp120 ribu.
Terkait dengan itu, lanjut Uun, konsep Pasar Rembiga menjadi pasar malam diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi Pasar Rembiga sebagai pusat transaksi masyarakat.
"Pedagang di Pasar Rembiga dulu lumanyan banyak, tapi mereka banyak lari ke Pasar Cemare dan Pasar Sayang-Sayang," katanya.
Namun demikian, potensi Pasar Rembiga terjadi pada sore hari terutama pada bagian depan utara. Dimana pada sorenya lapak Pasar Rembiga dipenuhi pedagang makanan, seperti sate, urap, dan jajanan tradisional lainnya.
"Potensi itulah yang ingin kita kembangkan, agar Pasar Rembiga tetap ramai dari sore hingga malam. Kita bahkan akan siapkan 'live musik' agar menjadi daya tarik tersendiri," katanya.
Selain itu, pihaknya juga berencana akan mengalihkan aktivitas pedagang-pedagang yang menggunakan kendaraan keliling atau "ngampas" di Pasar "Selak" Mandalika ke Pasar Rembiga.
"Dengan demikian, aktivitas di Pasar Rembiga bisa tetap ramai sehingga berdampak pada peningkatan retribusi," katanya.